FH : 21. Disappointment

44 9 5
                                    

(✿⁠)✿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(✿⁠)✿

Diperjalanan pulang, Yuna meminjam jaket yang dikenakan Juna. Mereka pulang dalam keadaan habis hujan, dan posisi waktu pun udah menunjukkan pukul tujuh malam. Yuna sih udah kabarin Ma-Pa nya dirumah kalo pulang telat, dianter Juna juga. Tapi nggak tahu kenapa beberapa menit yang lalu Mamanya Yuna telfon sampai berkali-kali. Yuna waktu itu belum bisa ngangkat yang hasilnya jadi panggilan tak terjawab, tapi gantian di telfon balik Mamanya malah nggak ngangkat.

Jujur jadinya Yuna agak khawatir, takut ada apa-apa dirumahnya. Makanya Yuna minta Juna buat naiknya agak cepetan. Ya Yuna sih pegangan bahu sama Juna, tapi kok makin lama makin cepet jadi buat Yuna meluk perutnya Juna saking takutnya. Apalagi jalanan licin.

Sesampainya didepan gerbang rumah Yuna, dari posisinya terlihat terparkir dua motor gede ala ala pembalap liar dengan masing masing helm full face diatas joknya.

Yuna mendorong gerbang rumahnya hingga terbuka lebar, menyuruh Juna untuk masuk terlebih dahulu sebelum pulang. Ya walaupun jarak rumahnya sama rumah Juna beberapa langkah doang, yang padahal motor Juna dititipin dirumah Yuna juga nggak masalah sama sekali.

"Yuna pul...... ang..." seakan terkejut, Yuna yang baru saja masuk diiringi Juna yang tiba-tiba menabraknya dari belakang sambil menenteng helm full facenya.

Mamanya berdiri, begitu pula juga sosok yang berhadapan dengan Mamanya Yuna. Dilanjut Sean yang ikut berdiri menyambut Yuna.

"Pantes lama, pacaran dulu sama si Juna." celetuk Sean, dan dibalas tatapan maut oleh Yuna.

"Baru pulang?" ucap sosok yang berhadapan dengan Mamanya Yuna.

Yuna hanya terdiam sambil menjawab pertanyaan sosok itu dengan sedikit gugup. "I-iya.."

"Yuna, Kamu udah ditungguin temenmu daritadi. Mau ngobrol dulu berdua? Sana di balkon aja, atau dikamar kamu tapi nggak usah dikunci kamarnya.." Mamanya menarik nafas sebentar. "Buat Sean, Kamu gausah ganggu adikmu dulu. Biarin dia selesaiin masalahnya."

Sean mengacungkan tangannya, seakan tengah hormat. "Siiiap bu negara!" ucapnya lalu kabur kembali ke kamarnya.

"Buat Juna.. Kalau Juna masih mau disini, boleh pakai kamar yang biasanya ya. Buat makan malam biar Mama yang buatin aja, Juna mandi ganti baju dulu." ucap Mamanya lalu pergi menuju dapur.

Disisi lain Yuna berjalan menuju kamarnya dan mempersilahkan Kai buat duduk di salah satu sofa yang menghadap kearah TV di kamarnya, sembari hanya menutup sedikit pintu kamarnya.

Sembari membuka jaket milik Juna, Yuna bertanya. "K-Kai dari kapan?"

Kai tampak sedikit kecewa, terlihat dari raut wajahnya.

"Kenapa nggak hubungin gue aja?" ujarnya.

"Apanya?"

Kai menoleh, "Lo kerja 'kan?"

Yuna mengangguk cepat. "Iya."

"Kenapa nggak nyamperin gue?"

"Itu---"

"Yun gue selalu bersedia nganterin lo, lo tahu nggak sih?" Kai tiba-tiba menoleh kearahnya. "Gue kaget waktu dilihatin Chaera tentang Instastory lo yang tiba-tiba membeludak,"

"Dia bahkan bilang 'Yuna nggak lagi ngejar lo ya?'"

"Lo se-nggak mau itu ya hubungan kita ke publish?"

"Lo malah lebih seneng dianter Juna?"

Yuna menarik nafasnya perlahan, lalu membuangnya. "Kai.."

"Hm? "

"Yang lebih dulu, elo kan?"

Kai tampak menaikkan satu alisnya. "Maksudnya?"

"Lo yang lebih dulu ingkar janji?"

"Lo bilang mau anter-jemput gue? Tapi tadi pagi gue tunggu nggak dateng? Kenapa nggak hubungin gue?"

"Sampai siang loh gue nunggu.."

Terdiam. Kai seakan kehabisan kata-kata untuk membela dirinya.

"Sorry.."

"Enggak. Bukan cuma itu.." Yuna berjalan mendekati Kai.

"Gue ngelihat lo berangkat bareng cewek disaat gue hampir dihukum Joan, Kai."

Kai terlihat kaget. "Hah?"

"Hah.." Yuna mengimitasi ucapan Kai sambil sedikit mengejek. "Lo kemana aja? Jangan bilang karena cuma Joan yang lo punya, lo ngelupain gue Kai."

"Gue pengen banget hubungan kita ke-publish juga, tapi gue juga nggak mau reputasi lo hancur cuma karena pacaran sama cewek begajulan banyak masalah kayak gue, Kai!"

Kai menarik tangan Yuna dan menggenggamnya. "Yun gue nggak bermaksud..--"

"Nggak bermaksud darimana sih Kai? Bahkan saat istirahat tadi aja lo masih ada kesempatan buat deketin cewek itu? Chaera bilang lo lagi ngerjain tugas bareng cewek pindahan itu." jelas Yuna sambil sedikit emosi.

Air matanya menggenang.

"Yuna gue bisa jelasin.."

Yuna hanya menarik nafasnya perlahan lalu membuangnya. "Coba.."

"Cewek yang lo maksud.. Dia Diara, dia temen kecil gue.."

"Emang dia anak pindahan, dia pindahan dari Bandung kesini. Gue tahu gue salah karena nggak ngabarin lo dulu, gue minta maaf.."

Yuna melepaskan genggaman tangan Kai dari tangannya lalu menyeka air mata yang membasahi pipinya.

"Juna juga temen kecil gue.."

"Udahlah Kai, kita sama sama salah. Gue yang nggak mau ngejelasin terus terang, juga lo yang tiba-tiba menghilang."

Kai membelai pipi Yuna dengan lembut. "Maaf ya?"

Yuna mengangguk pelan.

Setelah selesai berbincang, Kai berdiri. Bukan. Bukan mau keluar kamar, dia malah berdiri mengitari kamar Yuna. Ia melihat satu per satu bingkai foto Yuna dari kecil hingga besar. Lalu ia berputar juga melihat beberapa foto yang terpajang di meja belajarnya Yuna. Kai begitu kaget ketika mendapati hasil photobox mereka, Yuna pajang didepan bingkai gambar foto Kai saat masih menjadi calon Ketua OSIS kelas sebelas dulu.

Saat Kai masih memperhatikan foto itu, Yuna tiba-tiba menyambarnya. Mengambilnya dan memeluk foto itu. Menolak Kai untuk melihatnya, meski itu fotonya sendiri tapi Yuna tak memperbolehkannya.

"Nggak! Nanti lo ambil fotonya!" ucap Yuna menyergah pergerakan Kai.

Kai hanya tertawa kecil. "Lo suka banget sama gue ya?"

Yuna mengangguk cepat. "Jadian sama lo tuh salah satu cita-cita gue tau, Kai.."

Pria itu lalu menarik Yuna kedalam pelukannya. "Gue harap lo nggak bohong, Yun.." dan tak perlu menunggu, Yuna ikut memeluk tubuh Kai dengan satu tangannya. Satu tangan lainnya masih mempertahankan bingkai berisi foto Kai yang masih menjadi calon Ketua OSIS itu.

Tiba-tiba Kai mendekatkan bibirnya ke telinga Yuna. "Yun, besok rabu ada acara kemah." ungkapnya, yang membuat Yuna membeku seketika.

Ya gimana enggak? Kata-kata itu bener bener ngagetin Yuna, mana hari ini hari Senin. Masa iya tiba-tiba hari Rabu udah dikabarin mau kemah? Yang bener aja ini sekolah maksudnya gimana? acara mendadak gitu?

-----------

🌻

Flower Heart -Hyuna-  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang