☆ 7

550 75 13
                                    

Hari semakin sore, selama itu pula Gama duduk di sebelah Remi yang masih tak sadarkan diri di kamarnya.

Mengapa tiba-tiba Remi bersama Gama?

Kala itu, sekolah dibubarkan karena guru sedang rapat. Maka, Gama pergi ke warkop bersama teman-temannya termasuk Jean. Mereka baru memasuki warkop dan sudah melihat keributan. Bukan orang yang bertengkar, tetapi ada yang pingsan.

Setelah dilihat, ternyata bang Remi!!!!

"Bang Remi kapan sadarnya sih, Gam?" Rupanya Jean juga berada di kamar Gama, ia sibuk bermain playstation.

"Mana gue tau, anjir."

"Itu lo juga gak bosen liatin bang Remi mulu? Cuma diliatin doangmah gak bakal sadar," ucap Jean lagi, lalu dia heboh sendiri karena hampir kalah.

"Terus kudu ngapain?"

"Cium, lah."

Deg!

Gama langsung gelagapan, kedua pipinya terasa panas. Apalagi saat melihat Remi terlelap di atas ranjangnya, Gama jadi leluasa untuk memperhatikan tiap inci dari wajah manis itu. Sorotnya pun turun guna menatap ranum mungil milik Remi, kemudian ia menelan ludahnya susah payah.

"Gak bakal lo cium beneran, 'kan?" lanjut Jean yang masih sibuk dengan game.

"Gak lah, bego!" Gama memilih untuk mengatai temannya tersebut, menutupi niat yang sebenarnya.

Di susul suara erangan Remi, cowok berpipi gembil itu membuka kelopak matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah Gama.

"Je! Kak Remi sadar!" ucap Gama membuat Jean menyimpan joystick lalu beranjak mendekat. "Bang Rem, lu gapapa? Lama banget lu pingsan 5 jam."

"Kayaknya kak Remi mah udah sadar tiga jam lalu, dua jamnya lagi tidur."

Terlihat Remi menghela napas sambil melihat langit-langit kamar. "Sekarang jam berapa dah?"

"Jam 5 sore, Kak."

Jean menepuk-nepuk bahu Remi sambil tersenyum lebar. "Bang Ikal udah cerita, tenang aja kita gak bakal cepuin ke bang Deki."

Kalimat penenang Jean tidak mempan. "Mereka udah pulang belum?" tanya Remi panik.

Gama menjawab, "udah kayaknya, tadi gue liat bang Baska naik sepeda keliling komplek."

Jean melirik Gama. "Lah, ngapain?"

"Beliau kan suka bersepeda, kek gak pernah tau aja lu," balas Gama.

Setelah mendengar ocehan kedua bocah SMA itu, Remi memilih untuk beranjak duduk, dia mencium hoodie milik Haikal yang masih ia kenakan——bau asap rokok. "Duh, coy. Gue tiba-tiba males kalo sampe berhadapan sama si Deki."

"Gapapa, gak usah panik. Hoodie-nya lepas dulu, nanti kita bantu jawab, yakan, Gam?" lalu Gama mengangguk atas ucapan Jean dan mengulas senyuman.






















Hideki baru saja membuka gerbang rumah, lalu ia di suguhkan dengan pemandangan Remi yang berada di tengah-tengah Gama dan Jean. Ketiganya ikut berhenti bergerak saat melihat cowok berbalut kaus hitam itu mendekat ke arah mereka.

"Eh, Bang Deki. Mau kemana, Bang?" Jean basa-basi.

Hideki melirik Remi yang sedang menggaruk telinganya sambil melihat ke segala arah. Lalu menjawab pertanyaan Jean, "mau nonjok orang, ikut?"

Kedua bocah SMA itu melotot kaget, diam-diam Remi ketar-ketir.

"Wih, ngeri kali Bang. Tidak baik masalah di selesaikan dengan kekerasan." Jean kembali bersuara, diikuti Gama yang mengangguk ribut.

"Abis darimana lo pada?" tanya Hideki.

Jean dan Gama saling melirik. "Abis main PS di rumah gue, kita bertiga." Gama sebisa mungkin memasang raut wajah meyakinkan.

Sementara itu, Hideki menyipitkan matanya menatap Gama. "Yang beneeeer??"

"Beneeer~" ucap keduanya.

"Itu yang tengah, ngapa diem mulu? Pusing abis push rank sambil belajar?"

Fak untuk semuanya, fakkkkk.

__________________

Sudah seminggu sejak kejadian hari itu. Bahkan sampai sekarang Hideki masih tidak mau bicara dengan Remi. Hideki juga tidak ikut nongkrong di komplek apabila ada Remi.

"Lu udah minta maaf belum, Rem?" tanya Baska.

"Udah, Bang."

Chris menghela napasnya. "Susah emang si Deki, biarin aja ntar juga butuh lagi."

"Lu sih, Rem. Pake bohong segala," ucap Haru. Ia menyeruput segelas kopi buatan mama-nya, lalu kembali melanjutkan kata, "sebenernya kita tuh tau itu elu pas di warkop. Tapi pas ngeliat Hideki, kita milih pura-pura gak kenal aja."

Jean terkekeh. "Kalian gak tau aja, abis itu bang Remi pingsan. Kita bawa ke rumah Gama, di sana bang Remi lemah lunglai tak berdaya selama 5 jam," jelasnya, lagi-lagi menjelaskan kronologinya dengan detail.

"Saking paniknya, Rem?" Chris menepuk-nepuk leher belakang Remi yang hanya menunduk dari tadi.

"Temen lu si Haikal kocak banget, Rem. Kapan-kapan ajak ngopi di mari." Baska kembali tergelak setelah mengingat ucapan Haikal beberapa waktu lalu.

Sementara di pojokan, ada Gama yang cemberut setelah mendengar nama Haikal.

Seolah tahu, Jean melirik Gama dan langsung merangkulnya, cowok bermata sipit itu mengulas seringaian. "Cukup tau, Gam."

Mendengar bisikan Jean, Gama berdecak malas lalu melepas rangkulan. "Berisik, Je."

Jean malah terkikik, membuat yang lainnya otomatis melihat kedua bocah SMA itu.

"Kenapa, cil?" Remi bertanya.

















"Ada yang suka sama lu, Bang Rem."

×

Hideki To Remi - Minsung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang