Intro [ season 2 ]

516 72 18
                                    

Asap mengepul di seluruh ruangan, baunya seperti isi bak sampah yang dibakar, sekilas asapnya wangi vanilla, lalu tercium wangi baccarat dari perfume yang digunakan Haikal. Ketiga dari mereka duduk di meja pojok seperti biasa, mengobrol dengan pembahasan tentang segala hal, bahkan saat ini Surya menjadi topik hangat mereka.

"Surya belum balik, dia masih ada kelas," kata Haikal menjawab pertanyaan Remi sambil menyesap pod-nya. "Lu sendiri ngapa disini, Rem?" lanjut cowok Bandung itu setelah menghembuskan asap nikotin dari mulut.

Sementara itu Remi menyesap sebatang rokok sebelum menjawab pertanyaan Haikal. "Gak ada kelas, gatau dah dosen gue ada aja alesannya buat batalin kelas.. Males, jujur. Setelah ini hari libur gue bakalan dimakan sama ntuh dosen."

Felix tertawa pelan, meski begitu suara tawanya tetap menggelegar persis seperti bapak-bapak ronda. "Chill, braw. Emang hari minggu lu ada kesibukan? Orang pengangguran."

Haikal terkikik, di sisi lain Remi mengumpat.

"Gini-gini gue terpaksa jadi pengangguran."

Felix mengangkat sepasang alisnya. "But, why?"

Remi menopang dagu, pupilnya bergulir ke langit-langit warkop seolah menimang-nimang sesuatu. "Hmm, apa ya. Gue gak punya alesan spesifik sih, kayaknya karena gue capek aja punya dua kesibukan dalam waktu bersamaan."

"Makes sense." Felix setuju. "Jangan terlalu keras ke diri sendiri."

Haikal mengangguk, merangkul Felix di sebelahnya. "Tenang, Rem. Kita berdua juga nganggur, nganggur bukan berarti beban orang tua, wajar karena kita masih pelajar."

"Itu hal wajar?" tanya Remi.

"Of course!" sahut Felix.

"Tapi ... " Remi menghela napasnya, ia memainkan sebatang rokok di jemari. "Waktu gue part time beberapa bulan lalu, gue gak pernah minta jajan lagi ke ortu. Jadi, karena sekarang nganggur, selama ini gue jajan hasil dari ngamen."

"Wait--what?" Felix mengernyit bingung.

Remi terkekeh. "Maksud gue manggung di cafe, itu pun kalo tiap diajakin sama temen gue yang masih bocah SMA."

"Gama, 'kan?" tebak Haikal yang mendapat anggukan dari Remi. "Jadi kalo tuh bocah gak ngajakin lu manggung, lu dapet duit jajan dari mana?"

Hening sejenak, pupil Remi bergulir ke sembarang arah bak orang gugup.

"Di kasih sama pacar?" kini Felix yang menebak. Namun, tebakan Felix nyaris membuat Remi tersedak ludah sendiri.

Kemudian Haikal tertawa. "Remi mana ada pacar, Lix."

"Gue pikir cowok yang namanya Hideki-Hideki itu pacar lu, Rem." Lagi-lagi Felix membuat Remi kehilangan kata-katanya.

"Jir, mana ada, Lix. Kocak banget lu." Haikal masih tertawa. Sampai tiba-tiba tawanya itu berhenti.

Ia memandang Remi, kemudian kembali bertanya.

"Jadi, itu bener?"

_________________

Malam ini terasa begitu hangat, entah itu karena cuaca, atau karena kebersamaan di teras karang taruna.

Haru mengunyah pisang goreng buatan mama-nya, diikuti Baska yang mengambil dua pisang goreng sekaligus.

"Wih, Bang Baska santai aja Bang, gak bakal Jean abisin," kata Gama yang mendapat geplakan dari Jean.

Di sisi lain Baska mendelik. "Sotoy lu bocah, ni satu lagi buat Remi." Kemudian ia berikan satu pisang goreng kepada cowok yang sedang memainkan gitarnya itu.

Chris tertawa memperhatikan mereka yang ada saja tingkahnya.

"Oh iya, Bang Deki gimana kabarnya, ya?" celetuk Jean, membuat semuanya kembali mengingat cowok random wibu stress anak FH yang kini berdiam di Bali.

"Baik-baik aja lah pasti, lagian ini baru tiga hari dia pindah," jawab Chris.

Haru mengangguk setuju. "Belum seminggu etdah, lu kangen Deki, Je?"

"Iya anjir, bang Deki nih diem-diem suka ngasih gue duit soalnya."

"Eh si tai," umpat Haru dengan pipi gembul isi pisang goreng, mata sipitnya mendelik pada Jean yang kini cengengesan.

"Kata siapa gue pindah?"

Refleks semuanya menoleh ke luar.

Bola mata mereka hampir copot karena melotot tak percaya melihat orang yang baru saja jadi topik pembicaraan, kini malah berdiri sambil menenteng koper kecil.

"Bang Deki anjir!!!!" heboh Jean.

Haru menutup mulutnya yang menganga lebar sambil melotot. Jangan lupakan Remi, ia menatap Hideki dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.

"Ki, gak di Bali, lu?" tanya Chris.

Hideki mengangkat sudut bibirnya. "Gue diizinin jaga ni rumah, Bang," ucapnya.

Chris mengangguk setuju. "Syukurlah, lu jadi gak usah repot-repot urus pindahan lagi."

Hideki tersenyum dan mengangkat dagunya sebagai anggukan kecil, kemudian sorotnya menatap ke arah Remi.





























"Halo sayang," sapanya di depan semua orang.

××

Hideki To Remi - Minsung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang