Fajar menyingsing membagikan cahayanya kepada dunia yang baru saja terbangun, suara kicauan burung di atas pohon mangga menambah suasana hangat di pagi hari.
Remi membuka pagar rumah dengan tergesa-gesa, pagi ini ia terlihat sudah rapi; memakai sweater berwarna mauve, celana kain panjang warna cokelat tua, serta surainya yang ia tata———tidak mencuat seperti sebelumnya.
Cowok manis itu melangkahkan kakinya dengan langkah besar, sedikit berlari. Ia terlihat sangat buru-buru, karena tujuannya adalah rumah Hideki.
Betul, ia baru ada waktu mengunjungi Hideki untuk sekadar meminta maaf. Namun langkahnya berhenti ketika sesampainya ia di depan rumah Hideki. Remi mengepal erat, tatapannya kosong, dadanya seperti ada lubang besar begitu melihat plang di depan pagar rumah itu yang bertuliskan, 'Rumah ini dijual.'
"Gue telat," gumamnya tak terima. Ia melangkah lebih dekat, memegang pagar besi minimalis itu dengan tangan gemetar. "H-hideki ... " suaranya terputus oleh napas yang tercekat, ia berusaha untuk tidak menangis.
"Gue bahkan belum ngucapin selamat tinggal," lanjutnya. Lantas, ia mendongak melihat jendela kamar yang tertutup rapat.
Kamar yang menjadi saksi bisu perihal isi hati keduanya, sekaligus kamar yang menjadi saksi bisu terjadinya perselisihan antara dirinya dan Hideki.
Remi jadi semakin merasa bersalah atas kejadian malam kemarin, ketika Hideki meminta maaf, bukannya dimaafkan tapi malah ia pukuli.
Dadanya kian merasa sesak, Remi mulai merasa kehilangan. Apakah ini akhir dari semuanya? Bagaimana dengan event jejepangan yang sering mereka kunjungi? Bagaimana dengan kedai susu murni yang jadi tempat mereka berteduh? Bagaimana dengan Nico Robin?
Tunggu, harusnya Remi senang karena tidak akan ada lagi yang mengajaknya debat dan merebut waifunya itu.
Tidak akan ada lagi yang membuat Remi jengkel, serta tidak akan ada lagi yang akan membuat Remi merona, karena kini orang yang ia cintai sudah tidak ada di kota ini.
Sial, Remi melamun cukup lama. Sampai tidak sadar ada seseorang yang mematung di belakang sambil memeluk satu box action figure serta printilan anime lainnya.
Orang itu sama diamnya seperti Remi saat ini, mematung memperhatikan punggung cowok manis itu tanpa sepatah kata.
Sampai Remi merasakan kehadirannya di belakang, lantas ia membalikan badan sekaligus. Di sana, Hideki dengan sorot mata yang tak bisa di artikan, membeku menatap Remi.
"Remi," ucapnya sedikit bergumam.
Hal yang membuat Hideki terkejut adalah ketika Remi tiba-tiba mendekat dan memeluk lehernya. Mendekap kepalanya dengan lembut, lantas menangkup kedua pipi Hideki, ditatapnya setiap lebam karyanya malam itu.
"Maaf, maaf Bang Deki," katanya dengan suara parau. Ia mengusap hati-hati luka yang hampir hilang di sudut bibir Hideki. "Masih sakit, hm?"
Mendengar tutur kata Remi yang begitu lembut ketika mengkhawatirkan luka-luka itu, membuat Hideki perlahan mengulas senyum. Menatap balik binar manik milik lelaki yang ia sayangi di hadapannya ini. Kemudian digenggam tangan Remi yang masih menyentuh pipinya. "It's okay, pukulan kamu gak sakit."
Senyumnya teduh, Hideki jauh dari kata Hideki yang galak dan selalu menautkan kedua alisnya itu.
Remi balas memberi senyuman, menatap Hideki sedekat ini cukup membuat jantungnya seakan ingin loncat dari tempat asal. Hideki selalu mampu membuatnya merasakan butterflies di perut, terlepas dari sikap cowok anak FH itu yang agak bajingan dan red flags, tapi di mata Remi, Hideki tetap green.
Sungguh nais, cinta itu buta.
"Remi, maaf."
Kesekian kalinya Hideki mengatakan kata maaf, membuat Remi menggelengkan kepalanya. "Gak, di sini gue juga posisinya salah."
"Rem," Hideki semakin menggenggam erat jemari Remi yang berada di pipinya. "Lu gak benci gue, 'kan? Gue mohon jangan kayak kemarin lagi, ayo kita perbaiki semuanya," lanjutnya dengan intonasi gelisah, pupilnya bergetar menatap Remi.
Sementara itu Remi melihat sekeliling terlebih dahulu, kemudian memberi kecupan singkat di ranum Hideki. Jujur, Hideki terkejut mendapat perlakuan secara tiba-tiba seperti ini.
"Ayo kita mulai semuanya dari awal," balas Remi.
Hideki mengangkat kedua sudut bibirnya, dapat dilihat mata indah milik cowok tampan itu sedikit berkaca-kaca.
"Bang Baska udah bilang semuanya ke gue, tentang lu semalem. Gue pikir, gue siap kalo jadi pengganti Miju di hidup lu."
Mendengar pernyataan Remi, Hideki mengerjapkan matanya berkali-kali. Detik kemudian, ia menaruh box yang sedari tadi ia pegang ke atas rerumputan. Lalu, ia menangkup kedua pipi gembil Remi. "Gak!"
Remi mengangkat sepasang alisnya, ia kebingungan dengan balasan Hideki. Namun, kedua pipinya malah di tekan sehingga bibir mungilnya mengerucut lucu.
"Maksud gue, yang harusnya ambil garis start itu gue, Rem. Denger, ya ... " Hideki menatap manik Remi sedalam laut jawa, tak lupa sambil memainkan pipi gembil milik sang terkasih. "Jadi pacar gue, Rem. Ini perintah, gak ada penolakan. Tapi kalau lu sekali nolak, ya udah."
"Yawudwah awpwa?" tanya Remi susah payah.
"Yaudah, gue paksa."
"Sat!" Remi melepas tangkupan tangan Hideki di pipinya. "Lu udah tau kalau gue gak akan nolak."
Hideki membalasnya dengan kekehan kecil, mengusak surai Remi sampai berantakan, kemudian menarik tubuh itu ke dalam pelukannya. Remi ikut terkekeh, membalas pelukan Hideki.
"Gue sayang sama lu, Remi. Tolong percaya sama gue, maaf atas perlakuan gue beberapa hari yang lalu."
Remi menepuk-nepuk punggung Hideki. "Gapapa, lu udah mengakui kalau lu salah aja itu udah cukup."
Hideki membenamkan wajahnya di ceruk leher Remi, menghirup aroma tubuh Remi dan memeluknya semakin erat. "Remi, lu sayang gue, 'kan?"
"Of course, bro! Mau se-bajingan apapun lu, di mata gue lu tetep Hideki wibu stress yang gue sayang. Saran dari gue, kurang-kurangin nonton anime genre NTR sama shounen-ai."
Cowok anak FH itu tertawa di ceruk leher Remi. "Gue se-goblok itu, Rem?"
"Jelas."
"Kampret."
Kini giliran Remi yang tertawa.
"Ikut gue ke Bali, Rem."
— season 1 ending completed —
See you Hideki to Remi
In season 2!
wkwk sorry
epilognya kelamaan,
jujur watashi lupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hideki To Remi - Minsung ✓
Fanfictionkenapa cowok redflags kayak hideki lebih menarik? [ minsung, lokal!au ] ©jjemonads, 2023.