Langit Ibukota nampak cerah, matahari bersinar terik menembus tempurung kepala. Benar-benar panas, dan kini Remi berada di ruangan full asap rokok. Gilak, pengap banget.
Remi duduk di hadapan Surya dan Felix. Sejujurnya, mereka berdua yang mengundang Remi untuk datang ke warkop. Tatapan merasa bersalah dari keduanya dapat Remi lihat dengan jelas.
"Remi, gue minta maaf. Sebetulnya gue gak nyalahin lu, gue cuma kesel sama Hideki." Felix meminta maaf dengan tulus, ia bahkan memberi Remi beberapa camilan dari minimarket. "Gue bawain snack buat lu, semoga mood lu baik lagi kalo nongkrong bareng kita, itu juga kalo lu masih mau nongkrong sama kita."
"Rem, lu udah baik-baik aja, 'kan? Maksud gue, hubungan lu sama Hideki setelah kejadian minggu kemaren?" timpal Surya.
Sementara itu Remi yang mendapat serangan kalimat dari teman-temannya hanya menghela napas panjang, meski begitu tangannya menarik satu kresek camilan dari Felix tanpa sungkan. "Gak usah khawatirin gue."
Hening sejenak, kemudian Remi tertawa. "Kenapa dah? Santai aja kali, gue kalo ada di posisi kalian juga pasti bakal kesel. Gak usah dipikirin, gue udah baik-baik aja."
Mereka bertiga saling melempar senyum, sampai Remi teringat seseorang. "Haikal mana?" Seketika senyum mereka luntur dalam hitungan detik.
"Dia ketauan bertingkah, jadi bokapnya nyuruh dia balik," kata Surya.
"Jadi, dia gak bakal kesini lagi?" tanya Remi penasaran.
Surya mengedikkan bahunya. "Gak tau, sih."
Remi menunduk, memainkan kunci motor di tangannya. Felix menyadari perubahan sikap itu.
"Bukan gara-gara kemarin kok, emang si Haikal banyak tingkah aja disini."
Mendengar kalimat penenang dari Felix membuat Remi terkekeh kecil. "Gue belum minta maaf sama dia."
"Gak usah, lu gak ada salah apa-apa ngapain minta maaf? Lagian, Haikal anaknya santuy."
Surya setuju dengan pendapat Felix.
Detik kemudian pintu warkop terbuka, ketiganya menoleh. Ternyata Hideki bersama Chris, dua manusia itu berjalan menghampiri meja Remi.
"Wih, Bang Chris udah balik magang?" sapa bocah berpipi gembil.
Chris duduk di sebelah Surya sambil memberi senyuman. "Belom, Rem. Lagi libur aja."
Sementara itu Hideki duduk di sebelah Remi dan merangkul kekasihnya itu. "Ngerokok gak?" tanyanya.
Remi menggelengkan kepala, lalu Hideki tersenyum dan mengusak surai lembut milik Remi. "Pinter sayang," pujinya dengan intonasi lembut.
"Disini gak ada yang pacaran, Ki. Kalo mau pacaran di tempat lain," ucap Chris.
Hideki mendecih. "Biarin, selagi gak ada plang tulisan dilarang pacaranmah gue gas aja."
Surya dan Felix terkekeh, kedua bocah itu mendadak jadi pendiam semenjak kedatangan Chris dan Hideki. Sampai cowok pulang magang itu menoleh, melirik ke arah Surya dan memberi senyuman sampai kedua matanya menyipit. "Halo guys, prodi apa di kampus?"
Felix menjawab, "informatika, Bang."
"Semester berapa?"
"Semester 4."
Chris mengangguk-anggukan kepalanya, kemudian menatap Surya. "Ni di sebelah gue kenapa diem mulu?"
Surya gelagapan, telinganya merah padam. Lantas ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "S-sariawan," katanya.
Di sisi lain, Hideki melihat Remi yang nampak lesu. Entah apa yang dipikirkan bocah di sampingnya ini. "Kenapa, Rem?" tanya Hideki dengan suara nyaris berbisik, ia khawatir.
Remi menoleh, kemudian mengulas senyum tipis sambil menggelengkan kepala. "Gapapa, gue kayaknya mau pulang aja."
"Ayo atuh, kita pulang." Hideki memegang pergelangan tangan Remi di balik meja. "Lu kecapekan abis pulang ngampus malah kesini."
"Iya kayaknya," jawab Remi. Keduanya berpamitan untuk pulang lebih dulu, meninggalkan Chris bersama Surya dan Felix.
"Bang, gue balik dulu," ucap Hideki sambil menggenggam pergelangan tangan mungil Remi. "Lu pulang pake motor Remi aja, ni anak gue bawa."
Chris mengangguk pada Hideki. "Iye, hati-hati di jalan."
"Lu masih mau disini?"
Kemudian Chris memberi senyuman penuh arti. "Yoi."
Entah kenapa langit yang tadinya cerah tiba-tiba menjadi teduh, angin sepoi-sepoi menerpa wajah manis Remi di boncengan motor milik Hideki. "Boleh gak sih peluk aja?" celetuk Remi.
Hideki tertawa, suara tawanya membuat Remi ikut tersenyum. "Peluk aja sih, ay. Gak usah peduliin orang-orang."
Detik itu juga, tangan Remi melingkar di perut Hideki. Dipeluknya tubuh itu, wangi woody aromatik dari bleu de chanel langsung menyeruak di hidung Remi. Gila ni anak, parfumnya gak main-main, pantes mantan-mantannya pada betah.
"Kenapa sayang, hari ini kayak lemes banget."
Remi bersandar di bahu lebar Hideki. "Gak apa-apa, energi gue lagi abis aja. Ini lagi recharge." Tak lama setelah itu Remi merasakan punggung tangannya dielus sejenak.
"Rem ... "
"Uhm?"
Remi menunggu lanjutan kata dari Hideki. Ngomong-ngomong, hari ini jalanan tidak terlalu padat, mungkin karena sebentar lagi hujan akan turun. Tapi, Hideki malah memelankan motornya, lalu terdengar helaan napas.
"Remi, gue mau bilang, gue gak bakal kecewain lu lagi. Maaf, ya?" ucap Hideki setelah mengusap tangan Remi dengan lembut. "Maaf kalau selama jadi pasangan lu, gue banyak kurangnya. Gue masih suka cemburu gak jelas, atau mungkin terlalu overprotectif. Sumpah, gue mau belajar perbaiki itu semua."
Setelah itu hening, Hideki melirik spion motor. Di pantulan kaca itu, Remi sedang tersenyum sambil menutup kelopak mata indahnya.
Hideki ikut tersenyum, hatinya terasa hangat dan penuh. Kemudian Remi terkekeh kecil di punggung sang kekasih, lalu berkata, "Ayo kita tumbuh bersama-sama untuk menjadi lebih baik."
"Of course, my world."
- end -
Akhirnya selesai, maaf banget kalau ending sama epilognya gak sesuai ekspektasi kalian, jujur aku agak kaku bikin happy ending, i'm still learn guys. Sekali lagi terimakasih banyak udah ngikutin Hideki to Remi ya, minna-san. Semoga kalian sehat selalu!!
Kata Hideki sama Remi, "bye-bye~"
11 july 2024.
Hideki to Remi.
End.cr. jjemonads
KAMU SEDANG MEMBACA
Hideki To Remi - Minsung ✓
Fanfictionkenapa cowok redflags kayak hideki lebih menarik? [ minsung, lokal!au ] ©jjemonads, 2023.