☆13

539 70 12
                                    

"Don't push deeper——"

Ctak!

"Aw! Sat!" Remi mengusap-usap dahinya yang disentil Hideki.

"Apanya yang don't push deeper, anying? Ngeselin lu, geli gue dengernya."

Hideki berbicara ketus sambil bermain playstasion, tentu saja bersama Remi. Bocah itu juga rupanya sedang mabar.

Detik kemudian Remi berteriak kencang. "FAKKKKKK!"

Hideki memperhatikan bocah gila yang kini sedang mengacak-acak surainya karena kalah bermain street fighter.

Ngomong-ngomong, mereka berada di kamar Hideki di lantai paling atas. Lebih tepatnya di bagian atap yang dijadikan hidden game oleh Hideki sendiri, banyak koleksi seperti action figure dan lain-lain yang ia pajang, juga terdapat spanduk survey corpse berwarna hijau serta logo sayap kebebasan di pojok dekat jendela, tidak lupa bendera One Piece ia kibarkan di dalam kamar.

Bejir lah wibu banget intinya.

Funfact, tidak ada yang boleh masuk hidden game ini tanpa se-izinnya, bahkan kedua orang tua Hideki dilarang masuk. Dipikir-pikir, hanya Remi orang pertama yang dapat izin masuk kamar ini.

Gimana Remi gak baper ...

Dirinya merasa spesial, namun Hideki malah menyepelekan perasaannya itu.

"Sekarang jam berapa, Bang?"

Hideki menyimpan joy stick nya, ia melihat sekeliling dan baru sadar di kamar ini tidak ada jam dinding.

"Liat di hp lu, hp gue mati," jawab Hideki.

"Hp gue juga mati."

"Kalo gitu liat ke jendela, kalo ada matahari berarti udah pagi."

Dengan bodohnya Remi menurut, ia mengintip gordyn dan melihat langit masih gelap gulita. Setelah itu, matanya tak sengaja melihat sekumpulan anak karang taruna sedang nongkrong, ia dapat melihat sepiring pisang goreng di tengah-tengah mereka. Remi yakin itu pasti buatan mama-nya Haru.

"Bang, mereka masih nongkrong."

Hideki mendekat, ia ikut mengintip. Tapi setelah itu kedua bola matanya melotot kaget dan buru-buru menarik Remi menjauh dari jendela.

"Kenapa?" Remi planga-plongo.

Di sisi lain Hideki berusaha untuk kembali memasang ekspresi like everything's okay.

"Kaga, mending lu nginep aja dah di sini, Rem."

Deg.

Remi gelagapan, ia menggaruk tengkuknya. "Y-yang bener lu?"

"Iyeeee."

"Gak ah, gue mau pulang aja."

Hideki mengernyit. "Lah, napa?"

Ia menunggu Remi menjawab, sampai tiba-tiba bocah itu mengangguk. Setelah itu senyuman terpatri di raut tampan Hideki.












































"Gue salah liat apa yak?"

Semuanya menoleh pada Baska yang sedang duduk di atas sepedanya.

"Kenapa, Bas?" tanya Chris.

"Liat demit, Bang Baska?" Gama penasaran.

"Belum yakin sih." Baska masih mendongak, kemudian semua orang ikut keluar ingin melihat apa yang Baska lihat. Chris, Haru, Jean, dan Gama mendongak memandang jendela lantai atas milik Hideki secara bersamaan.

"Apasih, Bang?" Haru greget, lantaran Baska gak kasih clue.

"Barusan gue ngelihat gordennya kebuka, ada bayangan item yang langsung ngilang pas gue perhatiin."

Deg.

Chris terkekeh pelan. "Ngantuk lu, pulang sana."

Semuanya ikut menertawakan Baska yang dianggap halusinasi karena ngantuk.

Di sisi lain, ada seseorang di antara mereka yang ketar-ketir takut ketahuan kalau Remi sedang bersama Hideki di ruangan atas.

Jangan sampai rencana Hideki gagal.





































"Kenapa cengar-cengir lu?" Chris menatap aneh pada Haru.

××

Hideki To Remi - Minsung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang