Chapter 2: Teriakan

200 42 0
                                    

Ketika mendengar dari Yujin kalau sesuatu yang buruk akan terjadi, mata Wonyoung melebar dan dipenuhi kecemasan.

Tetapi, tak lama kemudian she jadi sedikit lebih tenang. Tak mungkin Yujin yang baru saja bangun dari tidur mengatakan kalau ada hal buruk yang terjadi. Kecuali itu adalah sesuatu yang berasal dari mimpi buruknya.

"Yujin, sepertinya kau harus mencuci muka dulu," kata Wonyoung diiringi senyuman hangat.

"Tidak." Yujin menggeleng. "Aku sudah sehat sepenuhnya. Sekarang aku ingin kau percaya padaku."

Yujin menoleh ke arah jendela lagi. Dia melihat kalau si tukang kebun yang sudah jadi zombie itu berjalan semakin dekat ke arah gedung sekolah.

Yujin menoleh ke arah Wonyong. "Sebentar lagi akan ada wabah zombie. Lihat itu."

Yujin meminta Wonyoung untuk melihat ke arah jendela. Karena itu bukan sesuatu yang menyusahkan, Wonyoung pun menurutinya.

Dia menoleh ke arah guru yang sedang mengajar dulu. Lalu, ketika merasa kalau sang guru sedang tak memperhatikannya, Wonyoung segera menaikkan pandangan nya untuk menatap ke luar jendela.

Wonyoung terkesiap dan mengeluarkan suara kecil ketika dia melihat sosok tukang kebun yang berjalan terseok-seok. Persis seperti gerakan manusia yang sudah berubah jadi zombie di film yang dia tonton.

"Apa itu benar?" Wonyoung bertanya ketika sudah duduk kembali lagi ke bangkunya.

Yujin memberikan anggukan pasti. "Ya, sekarang kita harus bangunkan Jiwon dan Rei, lalu keluar dari kelas ini."

Wonyoung menoleh ke sekitarnya. Teman-teman sekelasnya masih tak tahu apapun tentang apa yang terjadi.

"Bukankah menurutmu kita harus memberitahu mereka?" tanya Wonyoung.

Yujin mengedipkan matanya. Setelah menjalani hidup selama lima tahun di tengah dunia yang telah hancur, Yujin sudah lupa tentang bagaimana rasanya memperhatikn orang lain.

Dia sudah terlalu banyak melihat kekacauan dan kejahatan yang dilakukan oleh manusia. Di dunia yang sudah hancur, zombie hanyalah awal.

Manusia yang ingin bertahan hidup pada akhirnya akan kembali ke sisi paling brutal mereka. Yaitu bertahan hidup dengan diri mereka sendiri. Maka, hidup orang lain tidak akan jadi sesuatu yang penting lagi.

Yujin sudah tidak asing dengan membunuh orang lain selama lima tahun yang panjang di kehidupannya yang sebelumnya. Begitupun teman-temannya, mereka pun sudah pernah membunuh orang lain untuk bertahan hidup.

Ketika sekarang Yujin kembali lagi ke saat semuanya baru saja dimulai, dia baru ingat kalau sekarang teman-temannya masih punya sifat manusia yang baik itu.

Jadi, sudah sewajarnya Wonyoung mengatakan untuk memperingatkan teman-teman sekelasnya yang lain. Sesuatu yang sama sekali tak terpikirkan oleh hati Yujin yang sudah jadi sedingin es.

"K-Kau benar. Kita harus memperingatkan mereka," ucap Yujin.

Wonyoung mengangguk lalu dia berdiri.

"Teman-teman dan bu guru!" Wonyoung berkata dengan keras sehingga memancing perhatian guru dan teman-temannya. "Di luar sedang ada-"

"AAAAA!!!"

Sebelum Wonyoung sempat menyelesaikan ucapannya, sebuah suara teriakan yang sangat keras dan memilukan terdengar. Semua orang di kelas pun langsung menuju ke jendela untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Jiwon dan Rei tentu saja juga langsung bangun dari tidur mereka.

"Apa yang terjadi?" Rei bertanya dengan wajah mengantuk.

"Sudah dimulai," kata Yujin dengan wajah tegang. "Ayo! Kita harus pergi mencari senjata!"

"Apa? Senjata?" Jiwon menatap Yujin dengan heran.

"Wonyoung, ayo!" Alih-alih, menjawab pertanyaan Jiwon, Yujin berlari dari kursi nya.

Jiwon dan Rei yang masih menatap mereka dengan bingung. Namun pada akhirnya mereka mengikuti Yujin dan Wonyoung begitu tangan mereka ditarik oleh mereka berdua.

Yujin membawa mereka ke gudang tempat banyak peralatan berkebun dan peralatan yang lain disimpan.

Gudang itu memang jarang sekali dikunci. Karena siapa yang mau repot-repot merampok gunting rumput dan teman-temannya?

Yujin membuka pintu gudang dan mereka langsung masuk ke dalam.

Suara teriakan yang lain terdengar. Lama kelamaan suara teriakan yang semula hanya satu itu bertambah dan berkembang jadi suara kekacauan.

"Apa yang terjadi?" Jiwon bertanya dengan khawatir.

"K-Kenapa kau menarik kami ke sini?" Rei juga bertanya.

Wonyoung yang menyadari bahwa ada orang yang berubah jadi zombie pun menjawab.

"Ada zombie yang masuk ke sekolah ini."

Rei dan Jiwon menatap ke arahnya secara bersamaan. Tatapan mata mereka mengatakan kebingungan yang sangat jelas.

"Apa?"

"Zombie?"

"Kalian dengar itu?" Tanya Yujin. Di tanganya kini sudah ada sebuah parang berkarat yang sepertinya sudah lama tak dipakai.

Yujin memasukkan kembali parang itu ke sarungnya dan memakainya di pinggang.

"Wabah zombie seperti yang kalian lihat di film-film itu akan terjadi sekarang," Tambah Yujin.

"L-Lalu... Apa yang harus kita lakukan?" Rei bertanya dengan panik. Pertanyaannya mewakili perasaan Wonyoung dan Jiwon.

"Jangan khawatir. Untuk sekarang aku sepertinya bisa melindungi kalian," Jawab Yujin. "Tapi kalian harus tetap membawa senjata."

Yujin menyerahkan tongkat baseball tua kepada Jiwon, lalu menyerahkan sebuah batang besi pada Rei. Wonyoung mendapatkan sebuah sabit.

Mereka bertiga memegang benda-benda itu dengan tangan bergetar.

"Kalian harus ingat." Yujin menatap mereka dengan tegas. "Mulai sekarang, dunia tidak akan sama lagi. Kalian harus menguatkan diri kalian. Dan pahamilah kalau yang akan kita bunuh adalah zombie. Bukan manusia."

Dengan itu, Yujin membuka pintu gudang. Teriakan-teriakan dan keributan langsung bisa terdengar dengan sangat jelas.

"AAAAAA!!!"

"TOLONG AKU! TOLOOOONNGGG!!!"

"PERGI KAU MAKHLUK MENIJIKKAN! AAARRGHHHH!!!"

Semua teriakan itu terdengar familiar di telinga Yujin. Itu bukan lagi sesuatu yang membuatnya ketakutan. Namun membuatnya merasa awas dan siap bertarung.

Yujin menggenggam parang di tangannya.

"Ayo!"

~~~

(IVE) Rebirth In ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang