Mereka semua terdiam selama beberapa menit. Kesunyian di dalam ruang loker itu terasa begitu dingin.
Setelah beberapa saat Wonyoung, Rei, dan Jiwon mulai menangis. Sesuai yang sudah Yujin duga, semua ini pasti masih begitu berat untuk mereka.
Yujin membiarkan mereka semua menangis tanpa mengatakan apapun.
Akan tetapi, Gaeul membuat Yujin terkejut. Dia tidak terlihat begitu syok seperti teman-temannya.
"Hey, Gaeul," Panggil Yujin. "Sebenarnya bagaimana kau bisa sampai dikejar oleh zombie lev- uh... maksudku zombie raksasa itu?"
Gaeul menghela nafasnya. "Kupikir ceritanya tak jauh berbeda dari apa yang terjadi dengan kalian. Tiba-tiba semuanya berubah jadi seperti itu dan aku lari. Lalu kebetulan aku bertemu dengan zombie raksasa itu."
Jawaban Gaeul memang terdengar masuk akal. Tapi, itu masih belum menjelaskan bagaimana dia tidak nampak syok.
"Kau kelihatan lebih tenang daripada orang-orang lain," kata Yujin. "Teman-temanku saja mungkin masih tidak bisa menerima kenyataan ini."
"Soal itu..." Gaeul menatap ke depan dengan pandangan menerawang. Seolah dia sedang menatap sesuatu dari masa lalunya. "Mungkin aku terlalu terkejut sampai tidak lagi bisa merasakannya."
Yujin tidak begitu mengerti tentang jawaban itu. Tapi raut wajah Gaeul dan tatapan matanya menunjukkan sebuah kesedihan yang tidak bisa Yujin pikirkan.
Mungkin saja, Gaeul telah kehilangan keluarga atau orang yang dia cintai secara mengenaskan di depan matanya. Lalu dia kabur karena keinginannya bertahan hidup sangat kuat dan meninggalkan mereka.
Gaeul mungkin sudah melewati proses yang melelahkan bagi mentalnya sampai akhirnya dia sudah sampai pada fase merasa hampa pada semua yang terjadi.
Yujin bisa membayangkan semua itu di benaknya. Dan itu semua tampaknya sangat masuk akal. Jadi, Yujin pun memutuskan untuk tidak mempertanyakan lagi tentang latar belakang Gaeul. Di dunia yang sudah seperti ini, mempertanyakan alasan seseorang melakukan sesuatu sama saja menggali aib mereka.
Setelah beberapa menit akhirnya Wonyoung, Rei, dan Jiwon sudah bisa jadi lebih tenang daripada sebelumnya. Akan tetapi pandangan mereka masih kosong dan hampa.
"Yujin..." panggil Wonyoung dengan suara lirih.
Yujin segera pergi ke arah mereka. Dia duduk di sebelah Wonyoung dan mengusap pelan kepalanya diiringi senyuman tipis.
"Aku ada disini," kata Yujin.
"Apakah ini semua nyata?" Wonyoung bertanya sambil menatapnya. Mata Wonyoung yang masih berair nampak penuh penderitaan dan ketakutan.
Yujin sekali lagi mengusap kepala Wonyoung dengan pelan. "Tentu saja. Ada aku disini jadi kau tidak perlu khawatir."
Wonyoung kemudian melingkarkan lengannya di tubuh Yujin. "Aku begitu takut waktu kau tadi pergi meninggalkan kami."
"Tapi yang terpenting aku sudah kembali dengan selamat, kan? Aku sudah ada di sini bersama kalian lagi."
Wonyoung terisak lagi. "Jangan lakukan itu lagi."
Dalam hati Yujin berpikir kalau dia tak bisa berjanji. Akan tetapi, dia tak bisa mengatakan itu kepada Wonyoung.
"Tentu saja," kata Yujin.
~~~
Mereka keluar dari ruangan loker itu beberapa jam kemudian. Ketika perut mereka merasa lapar setelah menangis. Jadi mereka keluar untuk mencari makanan.
Rei menoleh ke arah kelompok wanita dan pria yang ada di dekat pintu keluar ruang loker. Begitu melihat mereka sedang makan ramen dengan lahap, tentu saja Rei secara reflek menatap dengan pandangan penuh keinginan.
Kelompok yang sepertinya adalah kumpulan mahasiswa itu menyadari tatapan Rei.
"Hey! Apa yang kau lihat?!" salah satu wanita yang ada di kelompok itu menatap Rei dengan tatapan tajam.
"A-Aku hanya melihat sedikit." Rei yang mendapat tatapan dan suara yang tinggi seperti itu pun merasa takut.
Yujin yang menyadari itu segera menarik tangan Rei. Dia membawa semua teman-temannya menjauh.
"Kita bisa mencari makanan sendiri, Rei. Jangan khawatir," kata Yujin pada Rei.
"Dimana?" Tanya Rei dengan polos.
"Dimana lagi? Kita bisa keluar dan mencari makanan di banyak tempat, kan?" jawab Yujin.
Mendengar kata 'keluar', semua yang ada di sekitarnya mendadak memasang wajah kaku. Yujin tentu saja menyadari hal itu.
"Jangan khawatir. Di luar, semua zombie sudah pergi ke suatu tempat jadi keadaan di luar relatif aman," ucap Yujin, berusaha meyakinkan mereka.
"K-Kau yakin?" Jiwon bertanya dengan wajah cemas.
Yujin memberikan anggukan tegas. "Ya!"
Akhirnya, mereka berdua pun keluar dari gedung olahraga itu untuk mencari makanan dan perlengkapan lain.
Wonyoung, Rei, Jiwon, dan Gaeul masih terus menggenggam senjata mereka masing-masing dengan erat. Mata mereka juga selalu menyebar ke sekitar seolah ada zombie yang bisa keluar dari setiap sudut bangunan.
Sementara itu Yujin hanya bersikap tenang dan melangkah seolah dia hanya berjalan-jalan di akhir pekan. Hanya saja dengan pemandangan kota yang berantakan.
Yujin memeriksa [Jendela Status] nya lagi. Kali ini dia ingin memeriksa sebenarnya masih butuh berapa poin Exp lagi supaya dia bisa naik Level.
[ Exp: 110/200 ]
'Aku masih butuh 90 poin Exp lagi.'
Jika dia bisa mendapatkan 10 poin Exp setiap kali membunuh satu zombie level 1 biasa, berarti dia masih harus membunuh 9 zombie lagi.
Sebenarnya itu tidak terlalu banyak. Yujin yakin bisa membunuh 9 zombie dengan mudah dengan kekuatan nya saat ini. Tapi itu bisa saja membuat teman-temannya jadi semakin bingung dan syok ketika melihat dia membantai begitu banyak zombie sendirian.
'Kalau begitu aku hanya akan membunuh zombie ketika mereka muncul saja.'
Mereka akhirnya menemukan sebuah minimarket dan langsung pergi ke sana.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
(IVE) Rebirth In Apocalypse
FanficAhn Yujin kembali ke lima tahun setelah kematiannya yang menyakitkan. Pada saat itu, bencana zombie itu baru saja dimulai. Yujin tidak hanya kembali sendirian. Tapi dia juga kembali membawa sebuah kekuatan misterius yang membuat perubahan besar dal...