Setelah sarapan pagi selesai, Kristoff langsung pergi melakukan pekerjaannya bersama Olaf dan Sven. Walaupun Kristoff menolak mati-matian agar boneka salju itu tidak ikut, tetap saja Olaf tidak mengerti kata tidak. Sedangkan Elsa memiliki beberapa kepentingan di dermaga dan Jack menawarkan diri untuk membantu kalau itu diperlukan. Dan hanya tersisa Anna yang tidak memiliki kegiatan apapun. Dan walaupun ia yakin ini akan membosankan, ia harus tetap berada di istana.
Di dermaga Elsa harus mengecek tentang barang-barang yang tiba dikarenakan beberapa hari yang lalu beberapa barang yang di pesan Arendelle belum sampai sehingga Elsa harus ikut memeriksanya.
Keadaan di dermaga saat itu begitu ramai. Itu karena sebagian wilayah dermaga dijadikan sebagai pasar. Disebelah Elsa, seorang wanita Elsa sedang menawar harga untuk membeli sebuah vas bunga dan isinya. Tidak jauh dari wanita itu, ada sekumpulan pria yang mengeluh tentang harga yang diberikan oleh penjual untuk sebuah cerutu.
Elsa menuju ke jantung demaga, tempat orang penting berkumpu. Mereka berbincang selama kurang lebih 1 jam. Salah satu wakil dari tempat pembelian barang menjelaskan bahwa keterlambatan disebabkan oleh faktor cuaca sehingga kapal tersebut tidak bisa dilacak. Ia memohon agar Elsa dan warga Arendelle memakluminya. Sedangkan menteri kembali berceloteh tentang persediaan yang semakin menipis membuat orang tersebut semakin merasa bersalah. Hingga ia berjanji akan mengirim ulang barang itu jika kapal tersebut belum tiba dalam waktu 2 hari.
Setelah perbincangan yang cukup menguras energi tersebut selesai, Elsa memutuskan untuk menemui Jack. Namun, keadaan dermaga semakin ramai. Elsa tidak tahu harus mulai dari mana untuk mencarinya. Atau bahkan mungkin Jack sudah meninggalkan Arendelle.
Elsa menggeleng keras-keras, menyingkirkan pemikiran itu. Entah mengapa ia tidak ingin Jack pergi dari Arendelle secepat ini.
Elsa bertanya ke setiap orang yang ia temui. Tetapi semuanya tidak tahu dimana Jack hingga membuat Elsa menyerah. Ia memutuskan untuk kembali ke istana. Mungkin saja Jack sudah lebih dulu kesana, pikirnya. Elsa mencoba berpikir sepositif mungkin untuk menghilangkan kecemasannya.
"Ratu! tunggu," teriak Jack.
"Jack?" guam Elsa. Ia berbalik dan melihat Jack berlari kearahnya.
"Kau berniat meninggalkanku?" gerutu Jack.
"Kau pikir dari mana saja kau? Aku mencarimu kemana-mana dan tidak ada yang tahu dimana kau berada," Elsa menggerutu balik sambil berdecak pinggang.
"Tunggu. Tunggu." Jack memperhatikan nada suara Elsa yang terdengar cemas. "Kau cemas padaku?" ledek Jack sambil terkekeh.
Merasa dipermainkan Elsa memilih untuk pergi. "Terserah," katanya dengan jengkel. Elsa memaki dirinya sendiri karena dengan jelasnya menunjukkan rasa cemasnya pada orang yang salah.
"Hei, aku hanya bercanda." Jack menghentikan Elsa dengan berdiri menghalangi jalannya. "Aku suka kau cemaskan," kata Jack dengan lembut.
Kontan saja kata-kata Jack membuat Elsa berdebar dan pipinya bersemu merah. "Ada apa dengan wajahmu?" ucapnya. Elsa mendorong Jack dari jalannya, tatapi kali ini bukan karena jengkel. Berbicara dengan Jack hanya akan membuat pipinya semakin memerah.
"Oh, ayolah, jangan dianggap terlalu serius," Jack bersungguh-sungguh. "Tadi itu aku membantu seseorang mengangkut barang ke kapal dan mereka memberiku beberapa NOK(mata uang Norwegia). Dan aku dengar kau suka cokelat panas."
"Dari mana kau tahu?"
"Aku bisa membaca pikiranmu," kata Jack. Dan Elsa hanya menaikan sebelah alis. "Aku bertanya pada Kristoff."
"Kau bertanya pada Kristoff?" ulang Elsa tidak percaya. Karena belum pernah ada orang asing yang mau bertanya tentang makanan atau minuman kesukaan Elsa sebelumnya. Terlebih Jack bertanya bukan kepada Elsa sendiri. "Untuk apa?"
"Entahlah," jawab Jack santai.
"Jack," kata Elsa memperingatkan.
"Oke, oke. Kau tau, kau orang pertama yang memberi orang asing sebuah tempat untuk tinggal. Terlebih tempat itu adalah istana." Ia tersenyum, teringat ketika ia bertmu Elsa kemarin. "Dan bagaimana kalau coklat panas sebagai rasa terima kasihku?" lanjutnya.
Elsa membuka mulut untuk mengatakan terima kasih dan ya, namun tidak ada suara yang keluar dan hanya sebuah anggukan kecil sebagai jawaban.
Mereka menembus kerumunan pasar menuju taman umum Arendelle. Di sana masih terdapat gerai-gerai yang mejual berbagai bagai hal yang memang sengaja didirikan selama seminggu penyambutan ulang tahun Arendelle. Jack membawa Elsa ke gerai yang menjual berbagai makanan dan minuman.
Rakyat yang melihat kebersamaan Elsa dengan Jack bertanya-tanya tentang siapa Jack dan apa hubungannya dengan ratu mereka. Jack menyadari hal tersebut, namun memilih untuk masa bodoh.
Sementara Jack memesan 2 coklat panas, Elsa mencari tempat yang tidak terlalu ramai untuk duduk. Dan ia memilih dermaga di dekat toko bunga. Elsa duduk di pinggirannya, menurunkan kaki dengan hati-hati agar tidak membekukan perairan Arendelle lagi, kemudian mengayun-ayunkannya dengan bosan.
"Ratu?" panggil Jack. Elsa berbalik dan melihatnya membawa dua gelas kertas berukuran sedang dan menjepit tongkat kayu yang tidak pernah ia tinggalkan dengan lengannya. Jack menyodorkan salah satunya dan duduk di sebelah Elsa.
"Thanks," kata Elsa ketika menerima gelas kertas itu. Beberapa tahun lalu, Elsa mungkin tidak akan memegang sesuatu tanpa sarung tangan, tapi kini dia sudah lebih bisa mengendalikan kekuatannya. Walaupun terkadang sulit mengendalikan kekuatannya jika emosinya meluap.
"Terima kasih kembali," jawab Jack.
Mereka mengamati kapal yang berlabuh dan berlayar. Dan mengamati ikan yang bergerak kesana kemari dibawah mereka. Tapi tak satupun yang sudah meminum coklatnya.
"Jack," Elsa memulai. "Boleh aku bertanya beberapa pertanyaan?"
Jack menatap Elsa dengan ekspresi bingung yang dibuat-buat. "Dan mengapa harus minta izin?"
"Jack, aku serius." Elsa mulai berpikir kalau Jack tidak pernah serius dalam apapun.
"Aku juga, Ratu."
Elsa menghela napas keras-keras. "Oke," katanya.
"Mengapa kau selalu membawa benda itu kemana-mana?" tanya Elsa sambil menunjuk tongkat yang tidak pernah ditinggalkan Jack sejak pertama mereka bertemu.
"Oh, tongkat ini spesial," kata Jack menatap tongkatnya. "Separuh dari jiwaku berada di sini."
Walaupun jawaban yang ia katakan sama sekali tidak masuk akal untuk Elsa, tapi ia tidak mendengar nada guyonan di sana. Dan dari pada menerima jawaban aneh lagi, Elsa melanjutkan pertanyaannya. "Dari mana kau berasal?"
Selama beberapa detik hanya ada keheningan diantara mereka. Jack hanya menatap coklat panasnya yang masih beruap dan terlihat larut dalam lamunan. Elsa berpikir Jack tidak ingin bercerita tentang masalah ini dan berniat meminta maaf. Elsa mengamati Jack yang tanpa sadar meniup coklat panasnya dan membuat isinya membeku dalam sekejap.
Elsa menatap gelas yang isinya sudah beku itu dengan bingung. Jack sepertinya baru tersadar dari lamunannya, namun langsung menyadari apa yang terjadi. Secara refleks ia berguam pelan, "Ups,".
Jack mencoba menatap Elsa dengan ragu-ragu, namun Elsa masih terlalu bingung untuk mengalihkan pandang hingga tatapan mereka bertemu.
"Kau," kata Elsa, masih tidak percaya. "Tapi bagaimana bisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Frozians
FanfictionJack tidak pernah tahu mengapa salju di Arendelle selalu turun sebelum ia tiba. Hingga akhirnya ia bertemu Elsa. Dan tanpa Elsa ketahui, ada seseorang yang menyimpan dendam padanya. --Hampir semua orang berpikir kematian adalah hal terburuk yang pas...