Part 23

2.9K 211 11
                                    

Hai semua!
Author tau wattpad ini emang lama updatenya, tapi author cuma mau bikin ini sebagus yang author bisa.
Thanks buat kalian yang setia nunggu updateannya.
Makasih juga buat CaiusLonginus and Ms. S yang udah kasih masukan.

Anyways, happy reading!!




Snow. It has to be snow.

Entah mengapa malam ini badai salju seakan mengamuk. Mungkin kemarahan cowok itu yang menyebabkan ini terjadi.

Tapi bagaimana dengan perempuan itu? Ia menerobos badai tanpa menghiraukan betapa dinginnya badai tersebut. Ia tidak memiliki arah. Tidak memiliki tujuan. Yang ia lakukan hanya mengikuti langkah kakinya, berusaha mengalihkan pikirannya.

Setelah pertemuannya dengan seorang teman lama, pikirannya dipenuhi oleh beragam hal. Dan berdiam di tempat itu hanya akan membuatnya semakin tidak bisa berpikir. Jadi perempuan itu memutuskan untuk meninggalkan sepucuk surat untuk si pemilik rumah dan pergi.

Berjalan seperti ini mengingatkannya dengan waktu ketika ia melarikan diri ke North Mountain. Tapi pelariannya saat itu berakhir dengan ia yang membuat sebuah istana. Tentu saja kali ini ia bisa melakukan hal tersebut, tapi ia tidak memiliki cukup tenaga. Perempuan itu sudah berjalan selama dua hari dan selama itu pula ia belum memakan apapun.

Perempuan itu menghentikan langkahnya ketika ia sadar, ia berada di depan pintu masuk Arendelle. Diantara semua tempat yang ia tau, Arendelle merupakan tempat yang paling tidak ingin di datanginya untuk saat ini. Tapi perempuan itu terlalu lelah untuk kembali berjalan, terlalu lapar untuk perpikir dengan benar. Jadi ia mengikuti satu-satunya hal yang dapat dipikirkannya saat ini, meskipun ia merasa akan menyesalinya nanti.

Ketika ia memasuki Arendelle, tempat itu sudah jauh lebih baik sejak terakhir kali ia melihatnya. Beberapa rumah-rumah yang tadinya hangus karena lalapan api, kini sudah kembali ke bentuknya semula.

Perempuan itu berjalan dengan leluasa diantara rumah penduduk tanpa perlu repot memikirkan kalau orang - orang mungkin akan mengenalinya. Karena saat itu semua orang tengah berada dalam tempat tinggalnya, berlindung dari badai malam itu. Hembusan napas yang beruap seolah menjadi spanduk besar yang bertuliskan 'it's freezing, don't come out.'.

Hanya beberapa meter lagi ia mencapai pintu, tapi langkah perempuan itu sudah tidak teratur dan pandangannya terlihat kabur. Dan ia tidak melihat siapapun atau apapun, selain gerbang bak tembok penghalang yang menjulang. Perempuan itu berusaha menguatkan diri untuk mencapai pintu tersebut tapi itu sia-sia.

Aku harus berhasil mencapai gerbang. Jika aku hanya bisa sampai sini mereka pasti akan menemukanku yang sudah terkubur salju keesokan harinya. pikirnya. Tapi ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Ia sudah mencapai batas kemampuannya. "H...he..help," lirihnya sebelum akhirnya terjatuh dan kehilangan kesadaran.

*

"Elsa? Apa ia sudah sadar?" ucap suara itu. Elsa langsung mengetahui kalau itu adalah suara adiknya yang mengkhawatirkannya. Mereka menemukanku, gumam Elsa dalam hati penuh kelegaan. "Aku bersumpah, aku melihat jarinya bergerak."

"Princess Anna, tolong tenang," kata suara yang tidak Elsa kenali.

"Ini sudah tiga hari, bagaimana aku bisa tenang."

tiga hari? Aku tidak sadar selama tiga hari? gumam Elsa.

"Anna, kakakmu memerlukan waktu untuk memulihkan dirinya." Suara laki-laki yang Elsa kenali, Kristoff.

Anna mendesah tidak sabar. Elsa tau kalau adiknya memang tidak akan berhenti mencoba sampai ia mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Anna?" panggil Elsa dengan susah payah.

FroziansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang