Part 8

3.7K 337 4
                                    

"Apa maksudmu?" tanya Elsa.


"Aku mendapatkan mimpi tentangmu, Elsa," jawab Grandpa. Tetapi Elsa hanya menyipitkan mata dan bergeleng samar.


Grandpabbie menghela napas keras-keras, kemudian menggerakan lengannya dengan anggun seperti memerintahkan sesuatu. Dan benar saja, cahaya berwarna-warni -yang entah dari mana- mulai bermunculan. Elsa ingat dengan cahaya itu. Cahaya yang pernah memberi ilustrasi akan bahaya dan keindahan dibalik kekuatannya.


Cahaya tersebut mulai bersatu dan samar-samar membentuk seorang gadis. Elsa langsung mengetahui bahwa gadis itu adalah dirinya. Ia melihat siluet berwarna dirinya yang bingung dan cemas tidak berhenti mengamati keadaan sekitar. Siluetnya mengeluarkan kekuatan es yang diarahkan entah kemana. Lalu sosoknya menghentakan tubuh untuk berbalik secara tiba-tiba. Seperti melihat sesuatu yang tak terduga. Kemudian cahaya itu pecah lalu merajut dirinya kembali.


Cahaya-cahaya itu mulai membentuk siluet kembali. Kali ini ia melihat dirinya yang sedang mengangkat tangan seperti sedang bersiap untuk mengeluarkan kekuatannya. Elsa dalam bentuk cahaya terlihat begitu panik hingga mengarahkan esnya ke sembarang arah. Namun setiap kali ia melakukannya, es tersebut langsung jatuh seperti air. Ia melihat sosoknya semakin keras mencoba ketika cahaya merah mulai menutupi gambaran hingga gambaran tersebut menjadi pudar dan akhirnya tidak ada apapun.


Elsa langsung bergidik setelah kilasan cahaya tersebut menghilang. Ia bahkan harus berkedip beberapa kali untuk menghilangkan gambaran tadi. Ia tidak mengerti apa yang cahaya itu coba sampaikan, tetapi ia tau, apapun itu tidak akan baik.

"Apa yang terjadi?" ucapnya, tidak bisa menyembunyikan getaran pada suaranya.


"Itulah yang aku lihat, Elsa," katanya. Lalu memunggungi Elsa, seperti tidak ingin menunjukan kegelisahannya.


Elsa menarik napas untuk menenangkan diri, lalu memutuskan untuk bertanya sekali lagi. Ia melangkah mendekati Grandpabbie dan menegang bahunya. Kali ini Elsa bertanya dengan nada yang lebih stabil.

"Grandpa, apa yang akan terjadi padaku?"


Grandpabbie memegang tangan Elsa yang berada di punggungnya dan berbalik menghadap Elsa. "Aku" ucapnya dengan nada parau, "pernah menikah."


Elsa mengerutkan alis. Ia tidak mengerti apa hubungannya antara pernikahan pemimpin troll-yang sudah kandas, mungkin-dengan gambaran mengerikan yang baru ia lihat. Elsa tidak berkata apapun sebagai isyarat meminta Grandpa menjelaskan lebih lanjut.


"Pada awalnya," ia memulai, "pernikahan kami begitu harmonis dan indah. Dan beberapa bulan setelah pernikahan kami, kami memiliki seorang anak perempuan. Melihatnya begitu lucu dan sehat merupakan hal yang paling membahagiakan bagi aku dan dia. Tetapi tidak lama setelah itu, kau lahir."

Grandpabbie berpaling dan duduk di gundukan batu yang biasa ia gunakan untuk tempat menaruh kakinya. Lalu memberi isyarat kepada Elsa untuk duduk di sebelahnya.


Elsa menghela napas keras-keras namun memenuhi keinginannya. Lalu ia melanjutkan ceritanya. "Kelahiranmu membuatnya begitu khawatir."


"Khawatir? Apa aku pembawa petaka atau sebagainya?" kata Elsa, mulai kehilangan kesabaran.


"Untuk istriku? ya," jawabnya.


"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan," ucap Elsa terus terang. Karena tidak ada satupun dari ucapannya yang dapat ia dimengerti. "Bisakah kita langsung ke intinya?"


"Ia memiliki lawan dari kekuatanmu Elsa. Dan ketika kau lahir, ia merasa terancam bahwa suatu hari kekuatanmu akan membunuhnya. Lalu, ia meminta bantuanku untuk menyingkirkanmu," katanya. Melihat ekspresi Elsa yang berubah menjadi terkejut, Grandpabbie dengan cepat menambahkan, "Tapi aku menolaknya. Walaupun aku tidak ingin melukainya dan aku juga tidak bisa melukai orang yang tidak bersalah. Setelah kejadian itu ia mengurung diri bersama anak kami. Hingga aku melihat api mulai menyala di hutan di sekitarnya, hingga menyebabkan kebaharan yang cukup parah. Dan setelah api padam, aku hanya menemukan kalung anakku di bawah pepohonan yang tumbang."


"I'm so sorry," kata Elsa, bersungguh-sungguh.


"It's okay, dear," ucapnya, "jangan perdulikan kejadian itu. Yang terpenting sekarang, kau harus lebih berhati-hati Elsa. Ia bisa menempel dan merasuki setiap orang yang ia tempeli."


**

Setelah selesai berterima kasih, Elsa kembali ke tempat terakhir ia meninggalkan Jack dan kudanya. Namun, tidak ada siapapun di sana, selain dua buah kuda yang sedang asik memakan rumput. Para trollpun sudah kembali ke wujud batunya. Elsa mencari-cari Jack bersama Olaf, tetapi tidak membuahkan apapun hingga Elsa memutuskan untuk pulang.


Elsa membuat sebuah kereta kayu beroda dua sederhana, dengan tujuan ia dapat lebih mudah membawa kedua kudanya. Merekapun kembali kekerajaan, dengan pikiran Elsa yang berkecamuk.

FroziansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang