17 + 08 + 45 = 70!!
Sweet 70 for Indonesia!!♡♡♡
Happy Independence day, everyone!Elsa terbangun dan melihat kamarnya begitu terang, tapi bukan karena cahaya matahari melainkan cahaya lampu. Dibalik gorden, matahari sudah tidak lagi terlihat, begitupun dengan bulan-sepertinya tertutup oleh awan.
Elsa mengusap matanya, menghilangkan kantuk yang masih tersisa. Lalu ia mencari-cari jam di kamarnya yang terletak tidak cukup jauh. Jam itu menunjukan pukul tujuh empat-puluh-lima. Itu berarti ia sudah tertidur lebih dari setengah hari, dan tentu saja itu sangat membantu. Sebagian lukanya sudah tidak terasa sakit lagi. Tiba-tiba Elsa teringat akan sesuatu. Jack.
Ia berguling turun dari ranjang dan bergegas menuju kamar cowok rambut putih itu. Dan ketika mencapai pintu kamar Jack, Elsa mengetuk pintu tersebut dengan sopan. Lalu pintu berdecit sebelum terbuka. Elsa menahan napasnya, bersiap untuk bertemu dengan Jack tapi berusaha sekuat mungkin untuk tidak memeluknya karena itu akan memperparah lukanya. Elsa ingin mengucapkan rasa terima kasihnya karena telah menyelamatkannya, mengatakan betapa ia mencintainya dan juga betapa leganya ia melihat Jack sudah sadar. Tetapi keinginan itu menguap ketika Elsa mengetahui yang bahwa orang yang membukankan pintu untuknya adalah pelayan yang sama yang ia lihat sebelum meninggalkan ruangan itu pagi tadi.
Orang yang ia cari masih belum bangun dari tidurnya. Ia berada di tempat yang sama namun dengan pakaian yang berbeda. Jack terlihat begitu tenang dalam tidurnya hingga membuat Elsa bertanya-tanya seberapa parah luka yang ia terima.
"Dia masih belum sadar?" tanya Elsa. Ia berjalan ke arah Jack dan duduk di tepian tempat tidur.
Pelayan itu menggeleng. "Lukanya memang cukup parah, tapi tubuh sudah mulai membaik. Tadinya kami mengira dia akan segera sadar, tapi.." pelayan itu tidak melanjutkan, karena sudah jelas apa yang akan ia katakan setelahnya.
Tangan Elsa berada di kepala Jack, mengelus rambut putih cowok itu. Lalu tangannya turun ke pipi Jack. "I hope he's okay," katanya, lebih kepada diri sendiri.
"Bagaimana keadaanmu sendiri, Ratu?" Pelayan itu mengalihkan topik.
Elsa berbalik untuk menatap pelayan tersebut. "Jauh lebih baik. Terima kasih," katanya sambil memberikan senyum yang dipaksakan. Setelah itu, ia kembali menghadap Jack.
Merasa ratunya sedang tidak ingin diganggu, pelayan itu memutuskan untuk meninggalkan mereka.
Beberapa jam berlalu tanpa ada tanda tanda pergerakan dari Jack membuat Elsa mengantuk, tetapi ia terlalu khawatir dengan kondisi cowok itu. Bagaimana jika Jack terluka lebih parah dari yang ia sangka? Apa Jack benar-benar butuh istirahat selama itu? Bagaimana jika ia bukan istirahat melainkan tertidur untuk selamanya?
Elsa menggeleng keras-keras Tidak tidak, itu tidak mungkin. Ia abadi. Ya. Abadi.
**
Hari sudah menjelang siang. Beberapa bangunan di Arendelle sudah dalam tahap pemulihan. Sedangkan keadaan di istana jauh dari kata tenang. Sulit bagi Elsa untuk meyakinkan para warganya bahwa keadaan saat ini sudah cukup aman untuk melanjutkan aktivitas mereka masing-masing, ia bahkan harus berdebat dengan sebagian warga yang keras kepala dan bahkan hanya mementingkan urusan pribadi mereka saja. Dan dari perdebatan panjang tersebut membuahkan hasil yang memuaskan-paling tidak untuk saat ini.
Arendelle kembali ke aktivitas biasanya. Pelabuhan dipenuhi kapal yang masuk dan meninggalkan dermaga, aktivitas pasar di sekitar pelabuhan juga mulai produksi, bahkan beberapa toko yang tidak terbakar mulai kembali dibuka. Mereka semua terlihat seolah-olah tidak memperdulikan keadaan sekitarnya, tapi tentu saja tidak seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Frozians
FanfictionJack tidak pernah tahu mengapa salju di Arendelle selalu turun sebelum ia tiba. Hingga akhirnya ia bertemu Elsa. Dan tanpa Elsa ketahui, ada seseorang yang menyimpan dendam padanya. --Hampir semua orang berpikir kematian adalah hal terburuk yang pas...