Part 19

3.2K 236 11
                                    

Hai readers, maaf baru update. Authornya lagi banyak tugas sekolah nih-.-
Harap maklum, ya. Happy reading~~




(Elsa POV)

Aku selalu merasa tidak menyukai orang itu, bahkan sejak pertama kali kami bertemu. Sesuatu dalam diriku, entah bagaimana, memperingatkanku kalau dia bukanlah orang yang baik, bahkan untuk seorang pangeran.

Kau tidak bisa melihat buku dari sampulnya. Aku bahkan tidak ingat sudah berapa kali mengucapkan kalimat itu pada diriku sendiri. Hingga peristiwa itu terjadi. Rasanya seperti mendapat tamparan diwajah. Mempercayai seorang psikopat-terlebih untuk menjaga adikku- merupakan kesalahan terbesar yang tidak akan pernah aku lupakan.

Belum lama ini aku bertemu dengan psikopat itu. Ia menyimpan dendam padaku. Meskipun itu bukanlah hal bagus, setidaknya aku tau kalau kemungkinan Anna akan terbunuh tidaklah sebesar sebelumnya.

Kini, orang itu berada dihadapanku. Lengannya mencekik seorang sandera yang berada tepat di depannya seperti tameng. Ia tersenyum keji, memperlihatan gigi putihnya. Goresan mengerikan di wajah sebelah kirinya bekas pertarungan kami yang terakhir masih terlihat seperti baru. Sepertinya menjadi cacat permanen.

Disebelahku, Jack tidak menunjukan ekspresi apapun. Jika aku tidak berada disisinya dan menyaksikan nyawanya yang terancam selama seminggu kemarin, aku pasti akan mengira kalau mereka hanya melihat satu sama lain sebagai orang asing.

*10 menit lalu*
Setelah selesai bercerita tantang apa yang sebenarnya terjadi antara Hans, Anna, dan Aku, Jack hanya bisa ikut perihatin atas apa yang telah terjadi. "Andai saat - saat seperti ini dapat berlangsung lebih lama," aku merajuk.

Aku merasakan pelukan Jack semakin erat. "Setelah semua ini berakhir, hanya akan ada kita," katanya dengan suara khasnya yang aku sukai.

Aku tau ia tidak pernah mengingkari perkataannya, tapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas. "Andai bisa dipercepat."

Aku baru menyelesaikan perkataanku ketika es yang menjadi pijakan kami terasa berguncang. Guncangan itu terjadi begitu cepat hingga membuatku bertanya-tanya kalau itu hanya imajinasiku saja.

"Kau merasakannya?" tanya Jack.

"Guncangan? Aku pikir itu hanya imajinasiku saja," kataku sambil melepaskan diri dari pelukannya.

Tidak lama setelah itu, guncangan itu terasa lagi. Tetapi kali ini lebih keras dan diikuti oleh erangan yang aku yakin aku tau siapa.

Jack tengah melongok ke bawah melalui balkon ketika pintu kamar tersebut terbuka. Lalu segerombolan boneka salju kecil yang masuk dengan cara berdesakan. Mereka terlihat seperti melarikan diri dari sesuatu.

Aku menggerang dalam hati. Mengapa kebahagiaanku selalu pergi dengan begitu cepat, gerutuku. Kemudian aku menatap Jack dan dengan cepat ia menangkap maksudku.

Aku berlari menuruni tangga secepat yang kubisa, sedangkan Jack terbang di sebelahku. Melalui pembatas es yang transparan, samar-samar aku melihat lantai istana yang dipenuhi oleh air dengan kepala monster salju yang tengah mencair. Dengan mengangkat gaun panjangku agar tidak tersandung, aku mempercepat gerakanku.

Ketika kami sampai dibawah, aku melihat Toothy yang tengah meronta, berusaha mengendurkan kuncian di lehernya untuk menghirup udara. Tapi tubuh orang itu lebih besar dua kali daripada tubuh peri gigi itu sehingga membuat semua usahanya sia-sia.

"Tak kusangka, peri gigi ini benar - benar gigih." Bersamaan dengan itu, Hans menunjukan wajahnya.

*kembali ke kenyataan*

FroziansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang