Hi reader, sorry author baru bisa update.
Happy reading~~
"Kau sudah lihat semuanya?" tanya Mom sambil tersenyum.
Aku masih terlalu terkejut dengan kehadiran mereka hingga tidak tau harus menjawab apa. Jika aku tidak ingat kalau aku sudah meninggal, aku pasti menganggap kalau diriku sudah gila.
"Kau baik-baik saja, Elsa?" tanya Dad yang menatapku dengan ekspresi khawatir.
Aku mengerjap beberapa kali untuk memastikan kalau mereka benar - benar berada disana. Mereka yang telah tiada terlihat begitu nyata didunia ini. Orang tuaku masih terlihat sama seperti ketika mereka meninggalkanku. Aku tidak yakin, tapi 'kembali muda setelah kematian' sepertinya hanya berlaku pada mereka yang meninggal dengan wajar, maksudku, usia tua.
"Yea, i'm fine," kataku pada akhirnya. Kemudian aku turun dari panggung kecil itu dan berlari kekedua orang tuaku untuk memeluk mereka.
Aku memeluk kedua orangtuaku dengan erat hingga aku mengira akan mematahkan tulang punggung mereka. Kedua orang tuaku balas memelukku hingga kami mungkin terlihat seperti Teletubbies. Entah karena sudah lama tidak mereka peluk atau ini hanya perasaanku saja, tapi pelukan itu terasa begitu hangat dan nyaman. Dan bagian terbaiknya adalah aku punya waktu selamanya untuk merasakannya.
"I miss you, Mom, Dad." Aku mulai terisak dan merasakan air mataku mulai meleleh tapi aku tidak memperdulikannya, orang tuakupun tau sebabnya. "So much," bisikku.
"We miss you too, Elsa," jawab Mom. Sepertinya ia juga ikut menitikan air mata.
Akulah yang pertama kali melepaskan diri lalu menyeka mataku dengan punggung tangan. Mom juga melakukan hal yang sama lalu kembali tersenyum. Kemudian perasaan bersalah kembali merasukiku. Aku tidak berani untuk bercerita tentang apa yang sudah terjadi selama ini, tapi aku juga tidak bisa untuk menyembunyikannya dari mereka. Mungkin Mom dan Dad sudah tau semuanya, tapi bukankah sebuah pengakuan dan kejujuran lebih berharga dibanding apapun.
Aku menarik napas panjang-seraya mengumpulkan keberanian-lalu menghembuskannya kuat-kuat. "Mom, Dad.." kataku memulai. Aku menjatuhkan pandanganku, tidak berani melakukan kontak mata.
"Yes, Sweetheart?" ucap Mom.
"Aku minta maaf telah mengecewakan kalian," ujarku.
"Tidak, Elsa," kata Mom dengan lembut.
Perasaan bersalahku semakin menjadi. Aku membayangkan kedua orang tuaku yang akan beteriak memarahiku atau melakukan apapun yang menunjukkan kekecewaan mereka. Tapi melihat reaksi mereka yang demikian membuatku merasa begitu tidak pantas berada dihadapan mereka.
"Aku mengecewakan kalian. Aku nyaris membunuh Anna karena tidak dapat mengendalikan kekuatanku. Aku membiarkan Arendelle terbakar bahkan ketika aku ada disana. Dan sekarang aku meninggalkan Anna yang masih terlalu muda untuk mengemban tugasku. Ia hanya memiliku sebagai keluarga dan aku menghianatinya dengan pergi begitu saja." Aku mengucapkannya dengan cukup keras hingga aku yakin akan membuat mereka lebih kecewa lagi.
Aku menundukan wajahku semakin dalam. Air mataku yang tidak bisa berhenti sudah membasahi seluruh wajahku. "Aku bahkan tidak pantas menyebut diriku sebagai seorang kakak," bisikku pada diri sendiri.
Sebuah tangan menyentuh pundakku dan tangan satunya berada pada daguku, menaikan wajahku hingga aku melihat Mom. Pandanganku yang terhalang oleh air mata membuat figur Mom terlihat blur.
Mom menghapus kedua air mataku menggunakan jarinya dan membuatku dapat melihat wajahnya dengan jelas. "Kau tidak perlu merasa seperti itu."
"Ibumu benar. Kami tidak menyalahkanmu atas apapun yang terjadi," tambah Dad dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Frozians
FanfictionJack tidak pernah tahu mengapa salju di Arendelle selalu turun sebelum ia tiba. Hingga akhirnya ia bertemu Elsa. Dan tanpa Elsa ketahui, ada seseorang yang menyimpan dendam padanya. --Hampir semua orang berpikir kematian adalah hal terburuk yang pas...