Selama ini Elsa takut untuk mencintai, takut kalau ia akan melukai orang yang ia cintai. Kematian orang tuanya, orang yang selalu melindungi Elsa walau harus menutup diri dari dunia luar, meninggalkan begitu banyak kesedian. Belum lagi ia melihat adiknya sendiri pernah membeku dan nyaris kehilangan nyawanya akibat dirinya. Kejadian itu sudah cukup meyakinkannya saat itu untuk menutup hatinya.
Mengetahui Jack memiliki perasaan yang sama membuat keyakinannya runtuh. Sebagian dirinya merasa kecewa karena ia terlalu cepat jatuh cinta pada Frost dan melupakan keyakinannya, sebagian lagi menginginkan Elsa untuk mulai membuka hatinya dan mencoba mencintai sekali lagi.
Elsa hanya tertidur selama kurang lebih 4 jam ketika Anna menggoyang-goyang tubuhnya, memaksa kesadaran memenuhi dirinya. Semalam, setelah kembali ke kamar, ia berusaha tidur secepat mungkin tetapi pikirannya tidak bisa beralih dari Jack.
"Elsa, wake up." Anna semakin kuat menggoyang tubuh Elsa. Jika ini adalah kamar Elsa (yang sesungguhnya di Arendelle), Anna pasti sudah melompat-lompat di kasur, bahkan meniban kakaknya.
Elsa mengeluarkan erangan pelan. Tempat tidur terlalu menggoda untuk di tinggalkan, pikirnya.
Anna berhenti menggoyangkan tubuh kakaknya dan berpikir cara lain yang lebih efektif. "Elsa, Jack is looking for you," katanya sembari menyulingkan senyum. Got you.
Elsa membuka mata dan berbalik menghadap adiknya. Kontan saja senyuman Anna semakin mengembang di wajahnya.
Elsa cemberut kemudian menutup kembali matanya dan membuat Anna mendesah lalu meninggalkan kamar. Elsa bersorak dalam hati karena dapat membalas adiknya. Tapi tidak lama setelah itu ia merasakan kasurnya melesak karena bobot tubuh yang lain.
"Wake up, Snowflake." Sebuah bisikan di telinga Elsa. Ia langsung tau siapa itu, bukan hanya dari suaranya, tetapi juga nama panggilan itu.
Elsa membuka mata, kali ini kesadarannya benar-benar utuh. Jack berada di sebelahnya, nyengir. Ia mengenakan hoodie birunya yang biasa.
Elsa menatap sekitar, mencari adiknya, karena ini pasti ulahnya. Ia mendapati Anna berdiri di dekat pintu dengan tangan terlipat di depan dada. Senyum penuh kemenangan terlihat jelas di wajahnya. Senyuman itu berubah menjadi tawa tanpa suara ketika Elsa menyipitkan mata kearah adiknya.
Elsa bangkit dari tempat tidur lalu mendorong Jack dan Anna keluar dari kamar. "Ok, aku sudah bangun. Sekarang keluar."
Ketika sampai di pintu, Jack menabrak Anna yang merentangan tangan ke pintu dan membuat tubuhnya menghalangi jalan keluar. "Aku hanya berusaha membangunkanmu Elsa. Satu jam lagi kita harus pergi ke bandara, ingat," kata Anna membela diri.
"Dan aku tidak bisa bersiap kalau kalian masih disini," jawab Elsa.
"Oh, ya, benar," kata Anna, langsung melepaskan pegangannya dan keluar bersama Jack.
Elsa menutup pintu di depannya kemudian menghela napas keras-keras. "Terkadang caranya menunjukan kebaikan begitu menjengkelkan."
**
Lima belas menit kemudian Elsa muncul dari kamar mandi. Ia mengenakan gaun esnya yang biasa, rambutnya disanggul seperti saat pesta coronationnya dengan tiara tersemat disana. Ia membawa gaun tidurnya dan memasukannya ke koper yang terlihat dua kali lebih besar dari sebelumnya.
Tiba-tiba saja ia merasakan jantungnya berdebar lebih cepat dan entah bagaimana pikirannya langsung beralih ke Arendelle. Ia merasakan hawa dingin mulai memenuhi punggungnya dan membuatnya sedikit bergidik. Elsa menggelengkan kepala keras-keras, berusaha tidak memikirkan apapun dan memilih bergabung dengan Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Frozians
Fiksi PenggemarJack tidak pernah tahu mengapa salju di Arendelle selalu turun sebelum ia tiba. Hingga akhirnya ia bertemu Elsa. Dan tanpa Elsa ketahui, ada seseorang yang menyimpan dendam padanya. --Hampir semua orang berpikir kematian adalah hal terburuk yang pas...