"Hans?" kata Elsa, tidak percaya dengan perkataannya sendiri.
Ingatannya masih begitu jelas akan hari itu. Hari dimana adiknya melindungi dirinya dari kematian. Dan ia juga masih sangat ingat bahwa Hans juga di bawa pulang untuk dilaporkan pada saudaranya tentang kelakuannya atas perintahnya.
"Oh? Kau masih mengenaliku?" kata Hans dengan ekspresi terkejut yang dibuat-buat.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Elsa, tidak memerdulikan perkataan Hans.
"Oh kau tau," katanya sambil bersandar ke tiang lampu, "latihan."
"Latihan apa?"
Hans menganggat sudut bibirnya. "Aku punya kekuatan baru dan tidak tau harus berlatih dimana."
"Dan tau menjadikan Arendelle sebagai targetmu?" kata Elsa, tidak perlu repot menyembunyikan kemarahan dalam suaranya. Ia bisa merasakan kekuatannya berdenyut disetiap inci nadinya, meronta-ronta ingin menyerang. "Kalau kau benci padaku, lawanlah aku. Jangan jadi pengecut dengan melakukan ini."
"Benci?" Hans menggelengkan kepala. "Perasaanku lebih dalam dari pada itu. Pada awalnya yang aku inginkan hanyalah menikah dengan adikmu. Tapi apa yang kau katakan? 'You can't marry a man you just met.'," katanya, meniru ucapan Elsa.
"Belum cukup dengan menggagalkan rencanaku untuk menjadi raja, kau juga menyuruh pengawal itu mengirimku kembali ke saudaraku," kata Hans, suaranya naik satu oktaf. "Dan kau tau? Mereka menghukumku membersihkan hal-hal menjijikan dan tidak mengijinkanku keluar dari kerajaan lagi. Kau mempermalukanku Elsa. Dan aku sangat yakin kau jugalah yang melemparkan bola salju raksasa itu kepadaku."
"Bola salju apa?"
"Jangan pura-pura!"
Elsa memutar otaknya, berusaha mengingat apa yang ia maksud.
*start flashback*
Anna: "Ok. To bed with you."
Anna menarik Elsa, tapi Elsa balik menariknya.
Elsa: "Tunggu. Tunggu. Yang terakhir, sang ratu meniup terompet ulang tahun."
Elsa meniup terompet besar tersebut diikuti oleh bersin. Lalu terompet itu mengeluarkan bola salju raksasa yang terbang entah kemana.
(episode Frozen fever)
*end flashback*
Mulut Elsa membentuk oh kecil. Ia tidak menyangka salju itu akan mengenai Hans.
Hans mendengus. "Akhirnya kau ingat. Tapi tenang, aku tidak perlu maaf darimu. Lagipula, kau tau aku begitu jatuh cinta pada tempat yang sudah mengajarkan aku banyak hal, Elsa. Aku hanya ingin tempat ini menjadi yang pertama yang tau tentang kekuatanku," jelas Hans lalu mengacungkan jari telunjuknya, "daaaan aku tidak bisa menahan diri untuk bertemu dengan adikmu lagi. Aku begitu merindukannya!"
Elsa mengepal kedua tangannya untuk mengendalikan emosinya. Kesabarannya tengah berada diambang batas. Jack yang tidak mengerti apa-apa hanya bisa menatap perdebatan seru itu tanpa berkedip, ia berusaha memahami keadaan. "Kau tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. Aku tak akan membiarkanmu."
"Oh! Rude. Bad Elsa," katanya lalu tertawa terbahak-bahak. "Tapi sungguh, adikmu terlihat begitu indah ketika menjadi sebuah seni es."
"Tutup mulut." Kepalan tangan Elsa semakin mengeras.
"Tidak, tidak. Aku bersungguh-sungguh. Aku menyukai karyamu yang satu itu."
"Kubilang tutup mulut!" teriak Elsa. Ia langsung menyerang Hans dengan kekuatannya tetapi ia langsung menghindar dan mundur beberapa langkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Frozians
FanfictionJack tidak pernah tahu mengapa salju di Arendelle selalu turun sebelum ia tiba. Hingga akhirnya ia bertemu Elsa. Dan tanpa Elsa ketahui, ada seseorang yang menyimpan dendam padanya. --Hampir semua orang berpikir kematian adalah hal terburuk yang pas...