*Elsa POV*
Pagi itu aku masih berada di ranjangku, tidur menghadap ke arah jendela. Aku tidur begitu lelap semalam, membayar sesuatu yang tidak aku dapat selama beberapa minggu belakangan ini. Dan perlu aku akui, tidur seperti itu membuat tubuhku jadi terasa lebih segar dan fit.
Aku memang masih setengah tertidur tapi aku bisa mendengar langkah seseorang. Suara itu terdengar seperti seorang yang sedang melintas dari satu sudut kamarku ke sudut lainnya. Mungkin itu adalah pelayan istana yang ingin mengecek piring atau gelas kotor, pikirku. Memilih untuk tidak memerdulikannya, aku menyusupkan lenganku ke bawah bantal dan menempatkan kepalaku ke posisi yang lebih nyaman.
Beberapa detik setelahnya kamarku begitu sunyi, suara langkah kaki itu sudah tidak ada, tidak ada suara pintu yang di buka ataupun ditutup, tidak ada apapun selain suara napasku. Aku jadi bertanya-tanya apa orang itu sudah keluar atau masih berada di ruangan ini. Kemudian aku mendengar suara gorden yang dibuka yang menandakan kalau orang itu masih di kamarku. Aku mengerang karena sinar matahari langsung menyinari wajahku, meskipun tidak menyengat karena ini adalah pengujung November, tapi tetap saja sinarnya menyilaukan mataku.
Aku mengerang dan berkata, "Kill the light, please." Lalu menutup wajahku dengan bantal yang ada di bawah kepalaku.
"Rise and shine, Snowflake," Jack berseru.
Aku mengabaikannya dan berusaha mendapatkan kenyamanannya lagi ketika aku merasa Jack berada tepat dihadapanku. Ia menyentuh tepian bantalku, berusaha menariknya, tapi aku berguling ke arah yang berlawanan dan membuat posisiku membelakanginya. "Wake up, sleepy head!" kata Jack sambil-secara bercanda-menarik-narik rambutku yang terurai.
"Mengapa begitu semangat?" tanyaku dengan suara yang teredam bantal.
Jack menjatuhkan diri di sebelahku, menyebabkan semua yang ada di atas ranjang melompat. Ia menarik bantal itu dari wajahku lalu berkata, "Karena malam ini aku akan membawa salju ke Arendelle."
Mataku langsung membelalak. Tugas yang dulu adalah tanggung jawabku, kini menjadi tanggung jawab Jack. Samar-samar aku masih mengingat bagaimana aku menurunkan salju dulu, prosesnya kurang lebih sama dengan yang aku lakukan untuk menurunkan salju sekarang, hanya saja kekuatan yang aku gunakan sekarang tidaklah sebesar dulu. Aku merindukan saat-saat itu, dan sekarang aku diberi kesempatan untuk mendapatkan itu kembali tapi aku malah ragu untuk menjawabnya. "Sungguh?" ucapku seraya bangun dan menatap Jack.
Jack tertawa kecil lalu berkata, "Lihat siapa yang bersemangat sekarang."
"Well, aku belum selesai bicara," kataku sambil mencari alasan. "Yang ingin aku katakan adalah 'sungguh, aku tidak perduli'."
Jack memasang ekspresi terkejut yang dibuat-buat lalu meletakkan kedua tangannya di dada. "Itu menyakitkan, kau tau," katanya. Dan aku tidak dapat menahan diri untuk tidak tertawa, begitu pula dengan Jack.
Setelah selesai tertawa, Jack mengecup keningku dan meletakkan tangannya di puncak kepalaku hanya untuk mengacak-acak rambutku. "Kebanyakan orang berkata kalau kecantikan alami wanita akan terlihat saat mereka bangun tidur. Dan kau adalah pengecualian," katanya sambil mengangkat daguku, membuat wajah kami sejajar. Aku hendak memprotes perkataannya ketika ia melanjutkan, "Kecantikanmu selalu terlihat, tidak perduli pada saat apapun dan kapanpun."
Aku mengalihkan pandanganku, menghindari kontak mata dengan Jack dan berusaha untuk tidak tersenyum seperti seorang idiot. Pipiku terasa begitu panas di udara November yang dingin ini. "Aku tidak secantik itu, kau tau," gumamku.
Jack menggeleng. "Kau secantik itu, hanya saja kau tidak pernah menyadarinya. Kau terlalu sibuk menganggap orang lain cantik sampai-sampai kau lupa kalau kau juga demikian. Bagiku kau cantik, dan selamanya akan seperti itu," ucap Jack.
KAMU SEDANG MEMBACA
Frozians
FanfictionJack tidak pernah tahu mengapa salju di Arendelle selalu turun sebelum ia tiba. Hingga akhirnya ia bertemu Elsa. Dan tanpa Elsa ketahui, ada seseorang yang menyimpan dendam padanya. --Hampir semua orang berpikir kematian adalah hal terburuk yang pas...