⊹ uno ⊹ ¹

53.9K 3.4K 35
                                    

Ezra Gavinandha namanya, anak lelaki yang umurnya belum genap empat tahun itu kini sedang menjual koran koran yang sang kakek berikan.

Ezra kini berada di sebuah halte bus dekat sekolah menengah atas. banyak orang yang berlalu lalang disana, sehingga makin banyak peluang koran nya laku terjual.

"Ibuu, mau beli Kolan nya ndak? cuma lima libu caja," Ezra menawarkan dagangannya pada wanita yang sedang bermain ponsel

Wanita tersebut melirik Ezra, "ngga dulu deh, zaman sekarang udah canggih berita terbaru bisa liat dari hp ngga perlu beli koran segala," setelah mengucapkan itu wanita tadi melanjutkan kembali kegiatan awalnya.

Ezra yang mendengar itu hanya bisa mengangguk, ia tak mengerti apa itu handphone dan bagaimana kegunaannya.

Tak patah semangat, Ezra kembali menawarkan koran koran yang ia bawa kepada orang orang yang ia temui di jalan.

Ini sudah hampir jam sepuluh, namun koran yang terbeli baru lima. Ezra ingin menangis rasanya, dagangannya hanya laku sedikit. bagaimana ini?

Ezra terduduk di trotoar jalan, kakek pasti akan sedih jika koran yang ia bawa hanya laku sedikit.

Bocah kecil itu memutuskan untuk pulang, karena kata sang kakek ia hanya boleh berjualan dari jam tujuh sampai dengan jam sepuluh.

Ezra terus berjalan menyusuri jalanan menuju rumah tempat ia tinggal. Matanya bergerak kesana kemari melihat toko toko yang berada di sepanjang jalan.

"kue itu kayaknya enak, ezla jadi lapel," matanya melihat kearah beberapa macam kue yang terpajang didalam toko roti, sembari tangannya yang mengelus elus perutnya buncit khas anak kecil.

tak lama ada pegawai dari toko donat tersebut yang keluar dan menghampiri nya, Ezra segera berlari dari tempat ia berdiri tadi karena ia pikir pegawai toko tersebut akan memarahinya.

sesampainya di rumah yang bahkan bisa di nyatakan tak layak huni itu pun Ezra bisa melihat di teras rumah sang nenek yang entah sedang membuat apa.

"Nenek, Ezla sudah pulang," ucapnya sembari menyalimi tangan nenek.

"Ezra capek? mau nenek ambilkan minum?" tawar nenek. Ezra menggeleng, lalu mandudukan dirinya di samping nenek.

"Ndak usah nenek, nanti Ezla ambil sendili caja,"

"Yasudah, nenek sudah masak. Ezra kalau mau makan bisa ambil sendiri di dapur yaa?" ucap nenek sembari mengelus rambut hitam legam milik Ezra.

Bocah manis itupun menganggukkan kepalanya, "nenek, kakek dimana?"

"kakek belum pulang, mungkin sebentar lagi," nenek pun kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.

"hali ini nenek jualan apa caja?" Ezra bertanya sembari mengikuti langkah nenek ke arah dapur.

"Seperti biasa, Ezra mau ikut nenek berjualan lagi?" Nenek berucap sembari memasukan dagangan yang akan dijualnya kedalam keranjang.

"iya, boleh kan nek?"

"boleh sayang, tapi Ezra makan dulu ya, setelah itu baru kita berangkat. nenek ngga ajak Ezra kalo Ezra belum makan,"

Dengan patuh, Ezra mulai mengambil nasi lalu menaruhnya di piring kecil tempat biasa ia makan, menggambil lauk seadanya, nenek hanya masak tumis kangkung dan tahu hari ini. Tapi menurut mereka ini sudah sangat nikmat, karena biasanya jika benar benar tak ada uang mereka hanya makan nasi dengan kerupuk dan kecap.

Ezra menyuapkan nasinya kedalam mulut, pipi itu bergoyang dengan lucunya. "Enak nenek, masakan nenek yang telbaik,"

nenek tertawa mendengarnya, bocah kecil itu memang paling suka memuji masakannya. "kalau begitu habiskan, jangan sampai ada yang tersisa atau nanti nasinya akan menangis,"

"ciiap bos."

𖢷 ⊹ ꒰♡꒱ ⊹ 𖢷

"kuee kuee, ciapa yan mau beli kue. cuma selibu caja, enak loh," Ezra terus meneriakkan kalimat itu berulang kali, dengan maksud agar menarik pembeli.

Nenek berjalan disampingnya dengan tangan yang membawa keranjang berisi kue kue kering. sesekali ia tersenyum melihat cucunya yang begitu antusias membantu ia jualan.

"dek sini, ibu mau beli kuenya," Sepasang cucu dan nenek itu menoleh kearah belakang mendengar seseorang memanggil mereka.

Ezra tersenyum senang, langkah kecil nya menarik lengan sang nenek menuju si ibu yang akan membeli dagangannya.

"Mau beli belapa, bu?"

"Ibu beli sepuluh ya, risol lima onde onde lima."

Nenek yang mendengar itu dengan telaten menyiapkan apa yang ibu tersebut mau. Sedangkan bocah manis itu kini sedang menghitung kue kue yang nenek masukan kedalam kantong plastik.

Si ibu menerima kue itu, lalu memberi uang berwarna ungu Ezra. "Telimakacih Bu," Ia memberikan uang yang ia pegang ke nenek agar dimasukan kedalam dompet.

Mereka lanjut berkeliling hingga tak terasa waktu sudah menunjukan pukul dua belas siang. Nenek mengajak cucunya pulang, dagangan mereka sudah habis tak tersisa. Nenek tak henti hentinya mengucapkan syukur didalam hati, jarang jarang dagangannya bisa habis seperti ini.

Sesampainya di rumah nenek dan Ezra langsung mendudukan diri di Bale depan rumah. nafas Ezra terengah engah membuat nenek menjadi tak tega melihatnya.

tangan keriput itu mengusap peluh yang menetes dikepala Ezra dengan sayang. "Besok besok jangan ikut lagi ya?"

Anak manis itu menoleh kearah nenek dengan bibir yang melengkung kebawah, mata nya sudah berkaca kaca. "ngg? kenapa? ezla susahin nenek ya?"

"enggak, nenek kasian sama Ezra kalo harus ikut nenek keliling. capek kan?"

Ezra menggelengkan kepalanya ribut. Rasanya memang melelahkan, tapi ia senang bisa membantu nenek berjualan. Rasanya sangat menyenangkan, terlebih ketika banyak yang membeli kue kuenya.

"Kalian udah pulang, gimana hari ini?"

oh, itu suara kakek. Ezra buru buru mendekat kearah kakek yang berada di depan pintu. "kakek, Ezla minta maaf ya kolan nya tadi pagi hanya laku lima."

bocah itu menatap bingung kearah kakek yang kini hanya tersenyum sambil berjongkok, mensejajarkan diri dengan Ezra. kakek kenapa sih?

"kakek, Ezla minta maaf. dimaafin ndak?"

"iyaa, kakek maafin. Ezra hebat korannya sudah bisa laku lima. Kalo tadi jualan kue sama nenek, laku berapa?"

Ezra tersenyum senang, tak ada raut sedih atau kecewa diwajah kakeknya. Kakek justru ini menggendongnya dan mengusap usap rambutnya dengan sayang.

ditanya seperti itu membuat Ezra langsung menceritakan apa saja yang ia lewati saat berjualan kue tadi bersama nenek. ia juga bercerita bahwa tadi ada pengemis yang meminta minta.

"Telus Ezla kacih kakek itu lima libu, telus kakeknya doain Ezla cupaya jadi anak pintel."

"Ezra kan memang pinter, masih kecil sudah bantu kakek sama nenek jualan, terus mau bersedekah. cucu nenek memang paling pinter." Ucap nenek sambil mencium kening Ezra, sedangkan yang dicium kini sedang tersipu malu mendapat pujian dari nenek.

"telimakacih nek, hehe."

sampai bertemu di chapter selanjutnya, terimakasih sudah membaca.

!) Ezra nih anak kecil yang kadang bisa ngomong S kadang ngga bisa😢 Aku liat anak kecil ada yang kayak gitu soalnya, dan itu kayak lucu aja wkwk

Ezra, anak bungsu. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang