⊹ trentadue ⊹ ³²

17.2K 1.4K 16
                                    

Bulan terus berganti seiring berjalannya hari, detik demi detik mereka lalui dengan penuh perasaan bahagia ketika melihat si kecil kini tumbuh dengan baik. Wajah manis dan lucu kini perlahan menjadi tampan dan tegas, semakin mirip dengan Arjuna.

Mainan boneka boneka miliknya kini sudah tersingkirkan dan berganti menjadi mainan mobil mahal serta beberapa robot berukuran besar. Si kecil yang dulu begitu polos dan hanya bisa menangis jika di jahili oleh sang kakak kini sudah bisa melawan dengan caranya sendiri.

Seperti saat ini, anak itu sedang menahan amarahnya ketika lagi lagi ia terkena kejahilan Elio. Ia tak menangis namun juga tak langsung melawan, melainkan terdiam dengan otak yang sibuk memikirkan apa yang harus ia lakukan. Persis seperti cara Arjuna saat menyelamatkannya dari culikan Hartono.

bibirnya menyunggingkan senyum tipis saat tahu apa yang harus ia lakukan, "Kejar adek kalo bisa."

Ezra berlari kearah kolam yang di penuhi dengan ratusan bola kecil berwarna warni, di belakangnya ada Elio yang mengejarnya. Seringai tipis muncul di bibirnya saat tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"AAAH, ADUHH."

Brakk

Ezra menyemburkan tawanya ketika melihat Elio yang kini sudah jatuh tersungkur masuk kedalam kolam bola. Persis seperti apa yang ada di pikirannya, Elio yang ceroboh  menginjak mainan mobil kecil hingga membuat nya terpeleset dan jatuh kedalam kolam bola yang berada tepat di depan.

"Makanya jangan jahil sama adek." Ezra dengan angkuh meninggalkan Elio yang kini masih meringis kesakitan.

Ia berjalan keluar dari ruang bermainnya dan menghampiri Anita yang kini sudah menonton drama di ruang keluarga.

"Mama." Rengekan keluar dari mulutnya, ia memeluk Anita dari samping den mengusak wajahnya pada dada sang ibu.

"Kenapa sayang?"

Anita tetaplah Anita, perempuan dengan suara halus serta hati yang lembut. Selama ini jarang sekali Ezra melihat wanita itu marah jika ia melakukan kesalahan, paling tidak mama-nya itu hanya akan menegurnya dengan tutur kata lembut.

"Abang jahil sama adek lagi." Ia mengadukan apa yang Elio perbuat terhadap dirinya. Arjuna yang berada disana pun turut mendengarkan.

Lelaki itu terkekeh ketika Ezra menyelesaikan ceritanya, "udah bales jahilin abang belum?"

"Sudah adek balas."

Arjuna semakin melebarkan tawanya mendengar balasan Ezra, "Pintar anak papa."

"Adek memang pintar." Kalimat itu yang sedari dulu selalu ia ucapkan jika Arjuna memujinya.

Hening, kedua orang dewasa itu kembali pada kesibukannya masing masing. Arjuna yang kembali membaca berita dari ponsel pintarnya dan Anita yang kembali menonton drama dari televisi. Dan Ezra yang kini bosan dan tak tahu harus melakukan apa, ia memilih merebahkan dirinya di sofa dengan paha Anita sebagai bantalannya.

Surai hitam tebalnya langsung di usap lembut membuat ia merasa nyaman hingga tak lama setelahnya mata itu perlahan tertutup dan juga nafasnya yang kini sudah berhembus secara teratur menandakan ia sudah masuk ke alam mimpinya.

Tak lama dari itu Elio datang dari arah dapur dengan membawa satu kaleng minum bersoda, Remaja itu duduk di samping sang ibu dan menyandarkan kepalanya pada bahu Anita membuat wanita itu menghela nafas-

-Ia serasa memiliki dua bayi.

"Sebentar lagi adek happy birthday." ucap Elio asal dengan pandangan yang tertuju pada televisi.

"Oh iya, Kita rayain dimana ya kali ini?"

Percakapan kali ini sepertinya membuat sang kepala keluarga merasa tertarik, terbukti ia yang kini melepaskan kacamata yang sudah sejam lalu menempel pada wajah tampannya dan juga langsung mematikan ponselnya kemudian ikut bergabung dalam pembicaraan ini.

Ezra, anak bungsu. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang