⊹ diciotto ⊹ ¹⁸

26.4K 1.9K 22
                                    

"lu pada duduk aja dulu ya, gua panggil mama dulu."

Elio kini baru saja pulang dari sekolahnya, namun ternyata remaja yang baru memasuki umur tujuh belas itu tak sendiri. Kali ini ia membawa empat temannya untuk datang kerumah.

Keempat remaja itu menurut apa yang Elio katakan, mereka duduk anteng di sofa ruang tamu. Lagi pula, ini bukan kali pertama mereka ke rumah besar ini. Mereka semua teman Ezra dari kelas sepuluh, jadi sudah tak terhitung lagi seberapa sering mereka main kesini.

"El, gua bagi kue ya."

"Iyee, makan dah." Ucap Elio seraya melangkah pergi mencari keberadaan ibu dan adiknya.

Mendapat izin, Andi -salah satu teman Elio langsung saja mengambil toples kaca berisi cookies coklat.

Tak hanya Andi. Gio, Deon dan Raka pun mulai memakan kue kue yang ada di meja.

sedangkan dua orang yang kini dicari Elio kini berada di halaman belakang rumah, ada Anita yang sibuk menyirami tanamannya dan Ezra yang memberi ikan ikannya makan. Ikan yang Arjuna semua memiliki badan yang besar, namun Ezra seperti tak kenal takut bahkan anak itu kini mengusap satu satu licinnya permukaan sisik ikan.

"Hati hati ya dek." Anita memperingati ketika melihat badan anaknya yang sudah mulai condong ke depan, takut jika kejadian seperti kemarin terulang kembali.

"iyaaa."

"Abang cari cari ternyata disini." ucap elio yang baru saja datang dari pintu belakang.

Anita menoleh dan tersenyum pada Elio, pemuda itu berjalan menghampirinya dan memberikan satu kecupan pada pipi sebelah kanan. "Abang baru pulang?"

"iya, baru aja. Ada temen teman aku juga Ma."

"kalo gitu mama cuci tangan dulu sekalian buat minuman, kamu ajak adeknya masuk bang."

Elio mengangguk dan berjalan menghampiri Ezra yang masih asik pada ikan di kolam. Sebelum itu, Elio sempatkan memfoto adiknya dan ia kirimkan foto itu pada Arjuna. Sengaja, agar papanya itu ingat rumah dan segera pulang.

Ezra mendongak begitu menyadari keberadaan Elio, "Abang!" ia memanggil Elio yang masih sibuk dengan ponselnya.

"hai, didalem ada teman abang loh, adek mau kenalan?"

"Mauuu!" Ezra menjawab dengan semangat ketika mendengar kata teman keluar dari mulut elio.

"Let's gooo!"

Sebelum masuk kedalam rumah, Elio mengajak adiknya untuk cuci tangan terlebih dulu.

Suara langkah kaki Elio membuat ke empat temannya menoleh, mereka membulatkan matanya - Terkejut. Bertanya tanya siapakah yang berada dalam gendongan Elio kini.

"Siapa tuh El?"

"Adek gua lah." Jawab Elio dengan senangnya, nada suaranya terkesan seperti sedang memamerkan sesuatu.

"Ha?" Ucap yang semua yang disana secara bersamaan.

Elio tak mengindahkan kebingungan teman temannya, ia membawa Ezra duduk bersama di sofa. "Say hi sama teman teman abang, dek." Titahnya pada Ezra.

"Alo abang, ini Ezla." Tangannya menunjuk dirinya sendiri, ia memperkenalkan diri pada teman abangnya yang masih menatap dirinya dengan pandangan bingung.

"Bentar bentar, gua ngga paham."

Mau tak mau, Elio akhirnya memilih menjelaskan bagaimana Ezra bisa ada disini. Tak secara rinci, namun yang terpenting bisa membuat ke empat temannya paham asal muasal Ezra.

Lagi pula keempat teman Elio ini mengetahui batasan mereka dan memilih tak bertanya terlalu dalam tentang masalah keluarga Gavinandha. Walau mereka sudah berteman lama bahkan sudah bisa dibilang sahabat, namun tetap saja tak semua hal mereka harus tau bukan?.

Ezra, anak bungsu. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang