⊹ dieci ⊹ ¹⁰

39.5K 2.4K 13
                                    

Masih dihari yang sama, namun diwaktu yang berbeda. Jam kini sudah menunjukan pukul sembilan malam. Biasanya keluarga Gavinandha masih berkumpul diruang keluarga.

Namun karena hari ini adalah hari yang panjang dan cukup melelahkan, jadi mereka memilih untuk langsung kekamar masing masing dan beristirahat.

Dikamar utama yang ditempati oleh Arjuna dan Anita kini bertambah satu orang, yaitu bungsu Gavinandha, Ezra.

Anak itu kini sedang terdiam mendengar sang papa yang membacakannya cerita sebelum tidur.

Tak terasa cerita pun habis, Arjuna menoleh kearah anaknya yang sedari tadi tak bersuara karena ia pikir tertidur. Namun yang diliat sungguh mengejutkan, si bungsu kini malah terdiam dengan lelehan air mata yang mengalir.

Arjuna yang panik langsung terduduk, lalu membawa tubuh mungil itu kedekapan hangatnya.

"Adek, kenapa kok nangis?" Arjuna melonggarkan sedikit pelukannya, lalu mengusap air mata nakal yang membasahi pipi anaknya.

Ezra bukannya tenang malah semakin terisak, dan sepertinya suara tangisnya sampai kedalam kamar mandi karena pintu kamar mandi itu langsung terbuka dan keluarlah Anita dengan wajah bingungnya.

"Kenapa Mas?" Tanya Anita pada suaminya yang hanya dibalas gelengan pelan.

"Adek hey, liat mama." Ezra pun menoleh kearah mamanya yang kini menatap dirinya khawatir.

"Adek kenapa, ada yang sakit?" Anita kembali bertanya seraya mengusap teratur punggung mungil itu. Dan pertanyaan Anita tadi dibalas gelengan kepala oleh Ezra.

"Terus kenapa adek nangis? cerita dong." Arjuna kini mencoba membujuk.

Dengan masih terisak, Ezra pun mencoba berbicara. "Adek kacian, hiks. Celigala nya mati papa huaaa." Tangis anak itu pun terdengar lagi.

Lain hal dengan Ezra yang kini menangis, kedua orang tuanya kini tertawa lebar dengan hati yang teramat lega ketika mendengar jawaban anaknya.

"Jadi adek nangis karena kasian sama serigala yang mati?" Ezra pun mengangguk dengan polos.

"Astaga, hahahaha aku kira kenapa. Yaampun." Arjuna berusaha menghentikan tawa nya namun tak bisa, astaga ini terlalu lucu untuknya.

Hanya karena serigala mampu membuat anak bungsunya menangis sesenggukan? Perasaan anak kecil memang se-sensitif itu ternyata.

Sedangkan Ezra kini malah dibuat bingung dengan kedua orangnya yang tertawa. Hey, apa orang dewasa tak punya rasa kasihan terhadap binatang? pikirnya.

tok tok tok

Pintu pun terbuka, munculah kepala Elio. "Aku masuk ya." Izinnya lalu masuk kedalam kamar.

"Eh, adek kenapa nangis?" Tanya Elio yang kini duduk disamping papanya.

Ezra yang melihat sang abang datang pun langsung kembali mengencangkan tangisnya. Ia mengulurkan tangan pada Elio meminta gendong.

"Adek kenapa?" Tanya Elio pada Ezra yang kini sudah berada dalam gendongannya.

"Celigala nya kacian. dia mati hiks abang." Ezra pun kembali memberitahu alasan ia menangis.

Dan lagi lagi respon yang diberikan sama seperti kedua orang tuanya, kini Elio pun sedang tertawa setelah mendengar jawaban adiknya.

"Kenapa cemuanya ketawa? jahat hiks."

Arjuna langsung bangun dari duduknya, ia mengambil alih Ezra dari gendongan si sulung. Menggendong tubuh mungil itu ala koala, Arjuna mengusap pelan punggung anaknya yang agak bergetar.

Ezra, anak bungsu. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang