⊹ tre ⊹ ³

43K 3.2K 20
                                    

Kakek kini sedang duduk di kursi tunggu rumah sakit, disampingnya ada remaja yang tadi menabrak Ezra yang sudah diketahui namanya, Elio.

Raga keduanya memang hanya diam, namun tidak dengan pikirannya. Kakek yang sedang memikirkan kondisi Ezra di dalam sana yang sedang ditangani oleh dokter, lalu Elio yang lebih memikirkan akan reaksi kedua orang tuanya ketika mengetahui jika ia baru saja menabrak bocah mungil yang kini sedang berbaring tak berdaya.

Elio yang merasakan tepukan dipundaknya pun mengalihkan pandangannya pada si kakek, "Hubungi orang tua kamu, saya mau minta pertanggungjawaban,"

Elio langsung mengangguk, jarinya bergerak lincah di atas ponsel mencari kontak kedua orang tuanya. Tak berani untuk menelpon, Elio hanya mengirimkan pesan kepada kedua orang tuanya untuk segera datang kerumah sakit ini.

"Sudah Elio chat kek, mungkin sebentar lagi datang," Kakek hanya mengangguk, ia lupa belum mengabari nenek tentang ini. ia tak punya ponsel, bagaimana ini?

Tak lama setelahnya, sekitaran lima belas menit terdengar suara langkah kaki yang berlari menghampiri. Elio yang menyadari bahwa itu adalah kedua orang tuanya langsung berdiri, ah dia merasa jantungnya berdegup kencang sekarang.

"Elio, ada apa nak? siapa yang sakit?" Tanya Anita -Mama Elio yang baru saja tiba, bahkan nafasnya masih sedikit terengah.

"Anak ibu dan bapak ini sudah menabrak cucu saya," ucapan kakek barusan mampu membuat Anita dan Arjuna -Papa Elio terkejut bukan main. Segera ia melihat kearah anaknya meminta penjelasan

"Maaf Ma, Pa. Tadi Elio buru buru karena udah terlambat ke sekolah, jadi ya.. gitu... ngga sengaja...ketabrak,"

Arjuna yang mendengar itu langsung beralih menatap kakek, Pria berumur empat puluh empat tahun menggenggam tangan keriput kakek dengan raut wajah penuh penyesalan

"Maafin anak saya, Pak. Saya janji saya akan tanggung jawab untuk semua biaya pengobatan cucu bapak."

"Saya akan tanggung jawab. saya janji," Lanjut Arjuna.

Kakek menepuk nepuk punggung Arjuna pelan, seolah menyuruh nya untuk berdiri tegap karena tadi saat lelaki itu berbicara dengan tubuh yang membungkuk.

"Terimakasih sudah mau tanggung jawab. Saya percaya bapak bisa menepati apa yang sudah bapak ucapakan,"

"Lalu kondisi cucu bapak sekarang gimana? apa dia sudah sadar?"

Kakek menggeleng, lalu matanya melirik kearah ruang IGD dengan sendu. "Saya belum tau, masih diperiksa dokter. Semoga Ezra baik baik saja,"

Ezra? Semua keluarga Gavinandha yang mendengar nama itu seolah Dejavu, namun mereka tak ingin terlalu berharap lebih.

Bertepatan dengan itu, pintu IGD terbuka lalu keluarkan seorang dokter yang menggunakan maskernya.

kakek buru buru menghampiri, "Cucu saya baik baik saja kan dok? bagaimana keadaanya."

Dokter muda itu membuka maskernya, laku menepuk pelan punggung kakek bermaksud menenangkan, "Kakek tenang saja, saya sudah menangani cucu kakek dengan baik. Sekarang dia masih dalam pengaruh obat bius, perkiraan saya dua atau tiga jam lagi akan sadar,"

kakek mengangguk, ia mendengar penjelasan dari dokter itu dengan seksama begitu pun yang lainnya, "Nanti jika pasien sudah sadar dan mengeluh tubuhnya sakit, kakek tidak usah panik. itu wajar karena sepetinya Pasien terpental cukup jauh. cukup dielus elus saja punggungnya ya."

"baik terimakasih dok,"

"Sama sama, kalau gitu saya permisi. Pasien sudah bisa di jenguk jika sudah dipindahkan keruang inap ya,"

Ezra, anak bungsu. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang