⊹ venti ⊹ ²⁰

23.5K 1.6K 9
                                    

Setelah menempuh beberapa jam perjalanan di dalam pesawat, mereka kini sudah duduk manis di dalam mobil yang sudah di siapkan Arjuna. Lelaki itu benar benar sudah menyiapkan segalanya, jadi mereka tak perlu repot repot lagi.

Semua tampak lelah kecuali Ezra yang malah terlihat semangat, salah satu kaca mobil ia buka dan ia keluarkan sedikit wajahnya.  Jalanan sepi, hanya ada satu mobil yang tadi lewat saja, selain itu tak ada kendaraan apapun lagi yang melintas selain mobil mereka.

Angin berhembus kencang menerpa wajah manis Ezra, anak itu tersenyum senang. Rambutnya ikut berantakan terkena terpaan angin namun ia tak perduli.

Tetapi saat sedang asik memakan angin, tubuh kecilnya di tarik paksa masuk kedalam. Ezra menoleh kesal mencari sang pelaku.

"Apa? Mau marah?" Ternyata Elio lah yang menarik ia tadi, Ezra tak menjawab ia hanya menatap abangnya dengan tatapan kesal. Lagi pula ia sedang tidak bersemangat untuk mengajak Elio bertengkar sekarang.

Kaca mobil di tutup oleh Anita membuat Ezra bertambah kesal, namun ia tak bisa marah pada mamanya. Jadi ia hanya diam

"Nanti masuk angin." Ujar Arjuna dari kursi depan.

"Lama sekali pa." Ucap Ezra.

"Sebentar lagi sampai dek." Ucap Anita seraya mengelus lembut surai Ezra.

"Kasian octopus adek." Ia teringat boneka kesayangannya yang masih ada di dalam koper. Pasti sesak karena tak bisa bernafas bebas, pikirnya.

Sepuluh menit setelahnya, tiba lah mereka di sebuah villa besar yang terlihat sangat nyaman untuk dihuni. Walau dari modelnya terlihat seperti model lama, namun ternyata bangunan di dalamnya masih sangat kokoh.

Villa ini juga memiliki halaman yang luas, cocok sekali untuk tempat bermain anak dan bersantai. Bahkan ada sebuah kolam berenang pribadi yang cukup besar di ujung sana.

Lalu di sampingnya ada beberapa kandang hewan, seperti burung dan kelinci. Ezra berjalan mendekat kearah kelinci yang terlihat sedang memakan wortelnya dengan lahap di dalam kandang.

"Papa, ada labbit." Telunjuknya menunjuk si kelinci dengan gemas hingga matanya berbinar senang.

Arjuna berjalan mendekat, "oh iya ada rabbit, lucu ya."

"Lucu, adek mau."

Arjuna mengeluarkan kelinci itu dari kandangnya, lalu menggendongnya dengan penuh hati hati. Ezra yang melihat itu semakin mendekatkan badannya hingga menempel sepenuhnya pada Arjuna.

Ia mengelus kepala kelinci dengan sayang, badannya bergidik geli merasakan sensasi lembutnya bulu kelinci untuk pertama kali.

"Adek berani pegang?" Tanya Arjuna yang di balas gelengan kepala oleh si bungsu.

"Ndak, nanti dia gigit adek."

"Nggak dong, dia baik kok." Arjuna mendekatkan kelinci pada Ezra, namun sang anak langsung spontan menjauh.

"Ndak, papa!." Ezra berucap, nada nya bicaranya tinggi antara terkejut dan takut.

"Adek, ngga boleh gitu nak."  Anita akhirnya berucap, karena sedari tadi ia hanya memperhatikan interaksi keduanya dari jauh.

Ezra menunduk, "Sowly [ sorry ] papa, adek takut." Ia berucap pelan.

"Ngga papa nak, maafin papa juga ya."
Setelah mengecup sekilas kening si bungsu ia akhirnya memilih untuk memasukan kembali kelinci putih itu kedalam kandang.

Anita menyuruh mereka untuk cuci tangan dan masuk kedalam villa, niatnya malam nanti mereka akan barbeque-an di halaman belakang, itu pun jika cuaca bagus, mari kita berdoa saja semoga malam ini tak turun hujan.

Ezra, anak bungsu. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang