⊹ venticinque ⊹ ²⁵

16.8K 1.4K 22
                                    

Ini sudah tepat dua puluh empat jam sejak Ezra menghilang, Anita dan Elio pun sudah terbangun dari tidur panjangnya. Mereka semua sedang berkumpul di ruang keluarga, memikirkan bagaimana kondisi si bungsu saat ini.

Arjuna sedari tadi sibuk dengan ponselnya, mengecek beberapa informasi terbaru yang anak buahnya kirimkan. Di luar rumah mereka banyak sekali bodyguard yang menjaga, Arjuna sengaja memperketat keamanan rumahnya agar keluarganya bisa merasa aman.

Tak berselang lama pintu utama terbuka, Opa dan Oma masuk dengan terburu buru menghampiri mereka. Belum sempat Anita menyapa keduanya, mereka lebih dulu menanyai kabar tentang si bungsu.

"Mas Juna udah tau siapa yang nyulik Ezra, cuma kita belum tau Pa lokasi mereka saat ini." Ujar Anita saat sang mertua menanyainya.

"Siapa, siapa yang berani nyulik cucu mama Jun?" Oma bertanya pada anaknya.

"Damian Hartono."

"Si brengsek Hartono." Opa berdecih pelan, entah kenapa sejak Arjuna memenangkan olimpiade saat sekolah menengah atas keluarga Hartono selalu mencari masalah pada Gavinandha.

Ada saja yang mereka lakukan untuk memancing emosi lawannya. Sebelum kejadian itu, hubungan antara Hartono dan Gavinandha bisa di katakan baik baik saja walau tak terlalu dekat. Namun sejak kejadian itu, sikap mereka seakan berubah 180 derajat.

Saat semua orang sedang di selimuti emosi, Doni datang dari arah luar dengan terburu buru. Ia menunduk pelan sebagai rasa hormat pada atasannya.

"Saya berhasil menemukan lokasi Ezra saat ini, pak." Ucapan Doni bagaikan setitik cahaya di gelapnya pikiran mereka saat ini.

Arjuna langsung berdiri menghampiri asisten pribadinya, "Dimana mereka sekarang?"

Setelah tahu dimana keberadaan Ezra saat ini, Arjuna beralih keruangan khusus dan memanggil setengah dari banyak nya bodyguard. Mereka semua mulai menyusun rencana matang matang sebelum berangkat ketempat.

Semua membawa senjata masing masing, begitupun dengan Arjuna.

"Mas, aku ikut." Anita menahan lengan suaminya yang akan masuk kedalam mobil.

"Kamu tunggu sini aja ya, biar aku sama ayah aja."

"Aku mau ikut mas." Melihat Anita yang kembali menitikkan air matanya membuat ia tak tega, ia tarik pelan wanita kesayangan kedalam dekapannya.

Ia kecup pelan kening Anita, "Bahaya sayang, biar aku aja ya. Kamu tunggu disini, nanti aku pulang sama adek."

"Benar ya?" Arjuna mengangguk dan melepaskan pelukannya, ia harus bergerak cepat. Ia tak ingin anaknya akan di perlakukan buruk oleh Hartono.

Setelahnya, beberapa mobil besar itu melaju meninggalkan pekarangan rumah. Sepanjang jalan Arjuna hanya diam, matanya menelisik jalanan yang mereka lalui. Jalanan ini penuh dengan pepohonan, bahkan jalan pun masih tanah dan bebatuan.

Arjuna menghela nafas, ia tentu saja merasa takut. Namun bukan pada Hartono, tetapi pada kondisi anaknya saat ini.

Apakah Ezra sudah makan? Apakah Ezra bisa tertidur dengan nyenyak? Apakah ada yang membuatkan susu untuk anak itu?

Karena terlalu larut dalam lamunannya, lelaki itu tak sadar bahwa mereka kini sudah sampai si tempat tujuan. Arjuna turun dari mobil, ia mendongakkan kepalanya untuk melihat keseluruhan bangunan ini.

Sangat besar, namun tetap tak sebesar rumahnya. Rumah ini seperti tak berpenghuni, banyak tumbuhan yang sudah mati di halaman depan.

Beberapa bodyguard yang Arjuna bawa sudah masuk lebih dulu untuk memastikan kondisi, barulah setelah di rasa aman ia di perbolehkan masuk.

Ezra, anak bungsu. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang