⊹ ventotto ⊹ ²⁸

16K 1.4K 27
                                    

Arjuna tersentak di tempatnya, ia menoleh kebelakang di mana Doni sudah terbaring lemah dengan darah yang terus mengalir dari tubuhnya, begitupun dengan Hendra yang tadi mencoba membunuhnya kini malah tertembak oleh bodyguardnya.

Lelaki itu menutup pengelihatan si kecil, lalu ia serahkan pada salah satu bodyguardnya untuk langsung di bawa ke mobil.

Arjuna berjongkok di samping asisten pribadinya, "Don.." Suaranya bergetar saat ia mengatakan itu.

Nafas Doni sudah tersengal namun bibirnya menyunggingkan senyum tipis pada Arjuna, "Ngga pa...paa." Ia berbicara dengan tertatih.

"Terimakasih Don." Arjuna berucap sebelum akhirnya Doni menghembuskan nafas terakhirnya.

Lelaki itu mengalihkan pandangannya kearah lain, setitik air jatuh dari matanya. Doni, seseorang yang telah menjabat sebagai asisten pribadinya sudah sangat lama. Doni tahu semua yang Arjuna alami, bahkan tak jarang mereka kadang mengobrol layaknya teman jika Arjuna sedang stress dan butuh seseorang untuk menjadi teman bercerita.

Kehilangan Doni tentu membuat dirinya sedih, namun di satu sisi ia senang karena bungsunya telah kembali.

"Sekarang bagaimana pak?" Arjuna menatap sekeliling dan berhenti pada mayat Damian dan Hendra.

"Lima orang ikut saya, yang lain beresin sisanya."

"Baik pak."

"Jangan lupa cek cctv, dan kirimkan ke saya."

Para bodyguard langsung bergegas membereskan kekacauan yang terjadi setelah Arjuna pergi meninggalkan ruangan. Lelaki itu berjalan masuk kedalam mobil di ikuti lima bodyguardnya. Begitu masuk, ia disuguhkan dengan pemandangan yang begitu menyakitkan hatinya.

Anaknya, Ezra memang hanya diam dan menatap kosong kearah luar. Namun tubuh anak itu sangatlah kecil, lebih kecil dari pada saat bersama kakek dan nenek. Pipi gembulnya pun kini menirus, begitu pun dengan binar matanya yang sudah meredup.

"Adek, hey." Arjuna mengusap rambut hitam anaknya, namun reaksi yang si bungsu berikan justru di luar dugaannya.

Ezra langsung mengangkat tangannya untuk menutupi kepala, seakan mencoba melindungi diri.

"Adek, ini papa nak. Adek kenapa?" Ia menatap anaknya dengan bingung sekaligus khawatir.

Setelah mendengar suara Arjuna, barulah Ezra menurunkan tangannya perlahan. "Papa." Ucapnya lirih.

"Iya sayang, adek kenapa?"

"Jangan pukul adek." Anak manis itu menundukkan pandangannya. Sedangkan Arjuna yang melihat anaknya seperti sedang ketakutan langsung membawa Ezra duduk di pangkuan nya.

Ia sandarkan badan mungil itu pada tubuh Arjuna sepenuhnya. Ia usap pelan agar Ezra bisa merasa aman dan nyaman. "Ini papa, bukan orang lain." Ia terus membisikan kalimat itu di dekat telinga anaknya.

Hingga beberapa menit setelahnya, ia kembali bersuara.

"Adek sudah tenang?" Walau ucapannya hanya di balasan dengan anggukan pelan oleh Ezra, namun itu sudah cukup membuat Arjuna pun merasa tenang.

"Jangan takut, sekarang adek sama papa."

Mobil pun kini melaju meninggalkan desa kembali ke pusat kota, Arjuna tak langsung pulang ke negaranya. Ia memilih check in terlebih dulu di sebuah hotel yang bisa di katakan mewah di negara ini. Bukannya apa, Arjuna rasa ia perlu mengistirahatkan badannya sejenak begitu pun dengan kelima bodyguard yang ia bawa. Masalah Doni, Damian dan Hendra biarlah nanti ia pikirkan.

Karena saat ini ia masih ingin melepas rindu pada bungsunya, sesampainya di kamar hotel. Arjuna langsung mengajak anaknya untuk membersihkan diri. Tak ada yang menarik, hanya mandi seperti biasanya karena tubuh mereka pun sudah sama sama lelah pastinya. Dan satu hal yang baru saja Arjuna ketahui, bawah kini tubuh anaknya sudah tak semulus kemarin. Terdapat beberapa lebam di tubuh si kecil dan itu akan terasa sakit dan perih jika tersentuh atau terkena air. Jadi Arjuna memilih untuk mempercepat acara mandi mereka.

Ezra, anak bungsu. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang