⊹ trentuno ⊹ ³¹

17.1K 1.4K 10
                                    

Seminggu berlalu sejak di temukan ya Ezra setelah penculikan itu. Dan kini tubuh kurusnya perlahan mulai kembali berisi, pipi tirus itu kembali mengembang dan memerah dan perutnya pun semakin membuncit dengan lucunya.

Luka luka yang anak itu dapatkan pada tubuhnya perlahan mulai membaik, berterimakasih lah pada kedua orang tuanya karena mereka dengan sabar merawat Ezra dengan sepenuh hatinya. Olesan salep khusus untuk lukanya tak pernah di lewatkan oleh Anita di setiap hari sehabis mandi.

Hingga kini luka luka itu hanya tinggal menunggu bekasnya hilang, maka tubuh si kecil akan kembali seperti sedia kala.

Dan hari ini, rumah Gavinandha sudah ramai oleh sanak saudara yang berkunjung. Ingin kembali bertemu di kecil kesayangan mereka semua. Rindu sekali pada bocah satu ini.

Sedangkan gumpalan sosok kecil yang mereka rindukan kini sedang meringkuk takut dalam gendongan Arjuna. Ia tak berani menatap yang kini juga menatapnya dengan pandangan sedih yang amat ketara. Ezra tak suka tatapan seperti itu.

Ia menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher papa.

Anita yang melihat perilaku anaknya menjadi merasa tak enak hati pada mertua sekaligus iparnya. Ia mencoba membujuk bungsunya namun hanya gelengan kepala yang ia dapatkan.

"Sudah, biarkan. Mungkin adek masih takut." Opa akhirnya bersuara ketika melihat sang menantu terus menerus membujuk, atau sekarang lebih seperti memaksa cucunya.

Dan tentu saja Anita langsung berhenti setelah mendengarnya.

Adinda yang sedari tadi memperhatikan akhirnya membisikan sesuatu pada anaknya -Kiya untuk mencoba mengajak bermain Ezra.

Gadis manis itu tersenyum lalu menghampiri Ezra yang masih berada di gendongan papanya, Karena Arjuna yang terlalu tinggi Kiya hanya bisa menjangkau Ezra sampai kakinya saja.

"Adek, mau main sama kakak tidak?"

Ezra menoleh mencari asal suara yang tak asing di telinganya. Ia menunduk dan melihat Kiya yang kini menatapnya dari bawah.

"Kakak punya jelly." Gadis itu mencoba mengatakan sesuatu yang bisa membuat adik kecilnya tertarik.

Dan berhasil, karena Ezra langsung meminta untuk di turunkan detik itu juga. Adinda tersenyum melihat bagaimana cara anaknya untuk membuat yang lebih kecil tertarik.

"Adek mau jelly." Ezra berucap ketika ia sudah sejajar posisinya dengan Kiya.

"Boleh, ayo ikut kakak."

Kedua bocah itu melangkah bersama kearah dapur, tangan mungil itu saling menggenggam membuat semua yang disana merasa gemas.

"Tadi kakak taruh di kulkas Jelly nya." Lengan halus Kiya menarik gagang lemari es itu hingga terbuka, ia sedikit kesusahan mencari Jelly yang ia bawa karena lemari es ini penuh dengan berbagai camilan serta minuman botol milik tuan rumah.

"ini dia." Ah, ternyata Jelly itu sudah ada yang memindahkan pada rak terbawah di mana banyak camilan milik Ezra disana.

Kiya menautkan lagi kedua jemari mereka dan mengajak Ezra pada halaman belakang rumah. Dua anak kecil kini duduk dengan tenang pada sebuah kursi panjang yang berada di sana. Tangan Kiya sibuk membuka jelly jelly yang terbungkus rapih dalam kemasan.

"Ini, mam." Kiya memberi Ezra satu jelly berwarna hijau.

"Telimakasi, kakak."

Mereka benar benar menikmati waktu ini, Ezra tersenyum lucu ketika rasa manis jelly masuk menyebar ke seluruh rongga mulutnya. "Enak." Ucapnya.

Keduanya tak menyadari bahwa sedari tadi ada Elio yang berada tak jauh dari mereka. Lelaki itu tertawa pelan melihat tingkah adiknya yang sedang malu malu, apa lagi saat gadis manis dengan rambut di gerai itu menyuapkan makanan manis pada Ezra yang langsing membuat pipi anak itu bersemu merah.

Ezra, anak bungsu. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang