bonus chapter

19.5K 1.1K 43
                                    

Minggu ini, si kecil Gavinandha sedang aktif sekali belajar berenang. Dan hari ini sudah yang ke empat kali dalam seminggu anak ini berenang. Anita cukup khawatir Ezra akan jatuh sakit, namun ia tak bisa melarang karena suaminya sendirilah yang mengajak si bungsu.

Lihatlah kini, Ezra dengan wajah bahagianya sedang mencoba berenang dengan gaya baru yang ia pelajari dari Elio. Gaya batu-

"Iya, diam aja gitu, kayak batu," Elio berucap dengan bodohnya. Remaja itu memperagakan bagaimana ia yang hanya diam dengan kedua tangan yang di satukan kemudian tubuhnya perlahan lahan masuk kedasar kolam.

"Tenggelam dong kalo cuma diam?"

"Ya iya, batu kan cuma bisa diam."

Ezra yang lelah mendengar ucapan tak berguna Elio akhirnya memilih untuk menghampiri Arjuna yang berada di sisi kolam seraya memakan mie goreng buatan mama.

"Papa, adek mau dong," tangannya menggapai mie yang Arjuna pegang, namun lelaki dewasa itu semakin menjauhkan dari jangkauannya.

"Ini punya papa, punya adek belum matang."

"Adek minta punya papa... satu suap aja," ia berucap dengan nada lucunya.

Arjuna terkekeh lalu menyuapkan satu suapan mie pada bungsunya, setelah mengucap terimakasih Ezra kembali menghampiri Elio dan bermain bersama.

Selagi menunggu mie yang sedang dibuat oleh Anita matang, Elio dan Ezra kini asik bermain bola didalam air. Gavinandha bersaudara itu tampak asik satu sama lain hingga tak memperdulikan sekitarnya.

"Abang, adek, mienya sudah matang nak." Anita datang dengan dua piring mie berbeda ukuran. Kedua anaknya berenang mendekat dan mengambil milik mereka masing masing.

Mereka duduk dipinggir kolam dengan tubuh yang sudah terbalut handuk. Ezra benar benar menikmati setiap mie yang masuk kedalam mulutnya, karena jarang jarang ia bisa makan mie seperti ini.

Anita dan Arjuna sepakat hanya membolehkan seluruh anggota keluarganya untuk makan mie dua kali dalam sebulan. Untuk sehari hari tentu saja mereka lebih banyak memakan makanan bergizi buatan Anita.

"Abang minta dong mie nya."

Ezra membuka matanya yang sempat terpejam karena terlalu menikmati rasa mie, ia menengok piring milik Elio yang ternyata sudah kosong. Anak itu nampak berfikir sebelum akhirnya memberikan sedikit mie pada piring kakaknya.

"Kok sedikit banget?" Elio bertanya.

"Abang kan sudah mam tadi, ini milik adek."

Melihat kedua anaknya yang mungkin akan kembali berdebat kecil, Anita menghampiri keduanya. Menyuruh Ezra untuk melanjutkan makannya dan memberi kode pada Elio untuk berhenti mengganggu adiknya.

Setelah makan, mereka memutuskan untuk langsung mandi dan tidak melanjutkan acara berenang nya karena jari jari si bungsu yang sudah keriput akibat terlalu lama berendam didalam air.

Sebenarnya Anita khawatir jika anak itu akan jatuh sakit, maka dari itu kini ia mengoleskan banyak minyak hangat pada tubuh anaknya berharap bisa membuat tubuh kecil itu merasa hangat.

Tak lupa ia juga membuatkan susu hangat kesukaan anaknya dalam dot.

Jam sudah menunjukan pukul empat sore, biasanya Anita tidak memperbolehkan anaknya tidur di jam jam seperti ini. Namun pengecualian untuk hari ini karena sepertinya anak bungsunya sudah tak bisa menahan rasa kantuknya lagi.

Dengan mulut yang tersumpal dot, mata bulatnya perlahan lahan mulai menutup. Usapan pada punggung sempitnya membuat ia semakin nyaman dan enggan untuk membuka mata.

Ezra, anak bungsu. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang