⊹ diciassette ⊹ ¹⁷

29.4K 1.9K 16
                                    

Setelah drama Ezra menangis karena terkejut tadi, kini Oma dan yang lainnya sedang dalam masa pendekatan pada anak manis itu.


Segala cara sudah mereka coba, namun sepertinya Ezra sudah terlanjur takut pada mereka. Terbukti anak itu sekarang hanya ingin duduk dipangku oleh sang ibu dan Anita harus terus memeluknya.

"Adek, kasian loh Oma dateng dari jauh mau ketemu sama adek." Kini gantian Arjuna yang coba membujuk anaknya.

Ezra perlahan mengangkat wajahnya ketika mendengar suara sang ayah, "Nanti Oma sama Opa sedih loh." Lanjut Arjuna lagi.

Ezra melirik mereka yang juga sedang menatapnya lalu berganti menatap Anita yang juga kini menatapnya dengan tatapan seolah meyakinkan.

"Maaf Oma, Opa." Ezra berucap lirih, tangan satunya memilin kaus yang di pakai Anita guna menghilangkan rasa gugupnya.

"Ngga papa sayang, sini sama Opa. Tadi kita beli mainan buat adek loh." Opa buru buru angkat bicara ketika melihat Oma yang akan histeris lagi.

"Boleh Ma?" Tanyanya pada sang ibu.

"Boleh sayang."

Dengan perlahan, Ezra mencoba mendekat dengan Opa namun tubuhnya langsung di angkat dan duduk di pangkuan sang kakek.

"Liat nih, banyak kan mainannya?" Opa langsung berucap ketika melihat Ezra yang akan melayangkan protes karena diangkat begitu saja.

Dan benar, fokus anak itu langsung berubah. Ia memperhatikan Opa yang sedang membuka salah satu mainan untuknya.

"Tapi adek udah punya banyak dikamal."

"Beda dong, yang itu kan dari papa, Kalo ini dari Opa." Ezra mengangguk paham.

Pandangannya ia gulirkan pada semua orang yang masih menatapnya dalam diam, namun pandangan itu terkunci pada anak perempuan yang sepertinya usianya diatas Ezra beberapa tahun.

Anak perempuan itu asik menatapnya dengan pandangan minat, seolah ia ingin mengajak Ezra bermain namun seperti ragu.

Orang tua dari anak itu, Adinda - kakak dari Arjuna yang sepertinya menyadari kedua anak kecil ini saling bersitatap pun angkat suara

"Ezra, kenalin ini namanya kakak Kiya."

Ezra mengangguk, ia melambaikan tangannya menyuruh Kiya untuk mendekat kearahnya, "Kakak, sini."

Kiya senang bukan main, ia tersenyum hingga gigi kelincinya nampak. Terlihat manis sekali. Langsung saja Kiya mendekatkan duduknya pada Ezra.

"Halo, adek." Kiya menyapa.

"Kakak sini main sama Ezla, Opa beli banyak mainan." Ezra langsung saja turun dari pangkuan Opa-nya, ia mendekatkan mainan yang di beli Opa pada Kiya.

"Tapi ini mainan cowok."

Ezra mengangguk menyetujui, lalu terdiam sebentar. Karena tak tahu harus apa, ia menolehkan kepalanya pada Anita yang sudah kembali mengobrol bersama yang lain.

"Mama."

Anita menoleh, "Iya sayang?"

"Kakak Kiya pelempuan, ndak bisa main mainan punya adek."

Ezra, anak bungsu. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang