Jaejong menyesap rokoknya dalam-dalam, merasakan panas asap membakar dadanya, berharap membakar serta semua beban di hatinya. Mata sayunya melihat ke balik pintu kaca di mana kemeriahan pesta masih tersisa. Menatap seseorang dengan gaun pengantin putih sedang bercengkrama dengan ayah ibunya di meja utama.
Suara langkah kaki tiba-tiba terdengar, mendekat dan berhenti di samping Jaejong berada. Jaejong langsung mengeluarkan korek dari sakunya untuk membantu orang yang baru datang itu menyalakan rokok. Seketika kepulan asap saling berlomba memenuhi dinginnya udara malam.
"Bosan?"
Seseorang di samping Jaejong bertanya."Mn."
"Selamat."
"Terima kasih."
"Aku belum memasukkan angpao untukmu."
"Ck. Tidak perlu."
"Akan kukirim 1 krat bir ke rumahmu sebagai hadiah."
"Pelit sekali. Kirimi aku 10, aku butuh banyak minum setelah ini."
Pria di samping Jaejong tersenyum sambil bermain dengan bibir dan lidahnya, membentuk kepulan asap menjadi cincin-cincin yang melayang. Jaejong mengikuti permainan dengan membuat bola-bola kecil dari asap rokoknya. Mereka tertawa bersama ketika bola asap Jaejong berhasil memasuki cincin asap yang orang itu buat. Mereka sudah sering memainkan permainan itu sejak duduk di bangku SMA.
"Kau mencintainya?"
Pria itu bertanya."Aku harus."
"...."
"Apa kau bahagia melihatku menikah?"
Tanya Jaejong sebelum menyesap lagi rokoknya."Kenapa aku tidak?"
Jaejong berhenti bergerak untuk sesaat ketika mendengar jawaban itu, kemudian menyesap rokoknya dengan sangat dalam hingga dadanya terasa perih.
"Aku lupa kalau kau lebih bersemangat dibanding ayah ibuku ketika mendorongku untuk menikah."
Jaejong tersenyum simpul."Bukankah menikah adalah hal yang baik?"
"Benarkah?"
"Apakah tidak?"
Jaejong tertawa kecil.
"Cobalah sendiri.""Setelah kutemukan orang yang tepat."
"Mn.. Sebaiknya begitu.."
"Apa rencanamu setelah ini?"
"Pulang."
Jawab Jaejong singkat."Ck."
"Tidak ada. Kau?"
"Ke luar negeri."
"Sekolah lagi?"
Pria itu menggeleng.
"Berbisnis. Orang tuaku menyuruhku membuka cabang perusahaan di Amerika."Kehampaan tiba-tiba melanda perasaan Jaejong. Setelah pernikahan, kini jarak juga akan memisahkan mereka.
"Semoga sukses dengan bisnismu."
"Mn."
Keheningan lama mengambil alih, membiarkan kedua orang itu menikmati waktu yang tersisa, karena ntah kapan lagi mereka bisa bertemu setelah ini.
"Yunho.. Jaga dirimu.."
"Kau juga.."
"...."
"...."
"Sampai jumpa.."
"Mn.. Sampai jumpa, Jaejong.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pointless
FanfictionJaejong merelakan perasaannya untuk menikah dengan orang pilihan orang tuanya, mencurahkan belasan tahun hidupnya untuk merawat seorang diri putri yang lahir dari rahim istrinya, tapi apa yang dia peroleh.. Tidak ada.. Pada akhirnya Jaejong kehilang...