18. Lily Putih (2)

542 90 2
                                    

"Dokter, bolehkah aku berjalan-jalan ke luar kamar hari ini? Aku bosan.."

"Mau ke mana, aku tidak akan membiarkanmu kabur, besok kemo ke-7'mu."
Jawab Dokter Park sambil melakukan pemeriksaan paginya.

"Ck. Aku sudah tidak bisa kabur lagi, ada polisi disekitarku sekarang."

"Ahahahaha benar juga. Nyonya Kim, tolong pastikan dia kembali ke ranjang lagi setelah berjalan-jalan."

Nyonya Kim tersipu malu sambil menepuk Jaejong, baru sadar jika putranya sedang menjadikannya candaan. Jaejong mulai membaik karena support dari ibunya. Dia sudah tidak lagi batuk darah, tapi masih pucat dan terkadang mimisan. Satu minggu hanya berbaring di ranjang membuat kakinya lunglai, dia ingin menghirup udara segar sambil melatih lagi otot kakinya.

"Ada taman di belakang gedung ini, mau ke sana?"
Tanya Nyonya Kim sambil mendorong tiang infus Jaejong.

"Mn. Aku bosan melihat tembok setiap hari."
.
.
.
.
.
.
.
Di tempat lain seseorang dengan ragu berjalan menyusuri lorong rumah sakit sambil bergumam sendiri.
"Kenapa aku membawa lily putih.. Aku seperti mau ke rumah duka.. Seharusnya kubelikan bir saja tadi. Ck."
.
.
.
.
.
.
"Kenapa sayang?"
Nyonya Kim heran ketika anaknya tiba-tiba berhenti berjalan dan mematung di tempatnya.

"Yunho..?"

Jaejong dan Yunho saling menatap untuk waktu yang lama ketika mereka tidak sengaja bertemu di lorong rumah sakit. Nyonya Kim mengetahui situasinya, sehingga dia segera menjauh untuk memberi ruang kepada kedua orang itu.

"Ah, ibu perlu ke kamar kecil, apa tidak apa-apa kalau ibu tinggal sebentar?"

"I...iya.."
Degan hati berdebar Jaejong mengijinkan ibunya pergi.

"Yunho, sudah lama sekali, kau terlihat gagah. Bagaimana kabarmu, apa kau sehat?"
Nyonya Kim menyapa Yunho selagi melewatinya, menepuk-nepuk pundak pria besar itu sambil mengusap pipinya seperti yang dia lakukan dulu ketika pria besar itu masih remaja.

"Bibi, lama tidak berjumpa. Aku sehat, terima kasih."
Yunho tersenyum menerima perlakuan hangat Nyonya Kim, membuatnya merindukan masa lalu. Dia sering berkunjung ke rumah Jaejong untuk bermain dan ikut makan bersama mereka. Orang tuanya selalu sibuk, jadi jarang makan bersama, dia malah lebih sering makan masakan Nyonya Kim daripada masakan maid di rumahnya sendiri.

Yunho dan Nyonya Kim bertegur sapa sebentar hingga Nyonya Kim akhirnya benar-benar pergi menjauh. Jaejong menelan ludah, situasi ini sangat canggung, dia tidak pernah membayangkan bertemu dengan Yunho di tempat ini, dengan kondisi seperti ini.. Yunho akhirnya memecah kecangguhan dengan berjalan kikuk mendekati Jaejong. Mereka tidak pernah bertemu dan bertegur sapa selama 16 tahun okey! Yunho tidak tahu harus melakukan apa, dia hanya tidak ingin terus menjadi patung di tengah jalan.

"Ada apa denganmu? Kau seperti orang sakit."
Yunho mengamati tubuh kurus Jaejong, wajahnya yang pucat, dan selang infus yang menggantung.

"Hanya sedikit tidak enak badan.. karena... e... keracunan makanan."
Jawab Jaejong sambil membenahi tutup kepalanya, dia tidak ingin Yunho melihat kepalanya yang sekarang sudah tidak berambut lagi.

Yunho menaikkan satu alisnya. Keracunan makanan? Jadi berhari-hari kegalauannya kemarin hanya untuk memikirkan orang yang keracunan makanan?? Kening Yunho berkedut, ingin sekali rasanya menjewer telinga gadis nakal yang berhasil membuatnya merasa khawatir itu. Sohee hanya membesar-besarkan masalah!

"Memangnya apa yang kau makan.. sudah tua kenapa masih ceroboh. Ck."

"Kita seumuran bodoh."

"Ehem. Aku beberapa bulan lebih muda."
Yunho tidak mau kalah.

PointlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang