22. Buku Impian

591 93 2
                                    

Yunho memakai jasnya bersiap untuk pergi. Dia akan ke Amerika lagi untuk mengurus bisnisnya di sana.

Sekretaris Yunho masuk ke dalam ruangan sebelum bosnya itu pergi. Dia membawa sebuah amplop coklat besar di tangannya.

"Tuan Jung. Ada kiriman untuk anda. Dari...."
Sekretaris itu membaca nama pengirim yang tertera di atas amplop. Seorang kurir pos mengantarkannya barusan.

"Nona Kim Sohee. Apa anda akan membukanya dulu?"

Yunho melihat amplop itu sejenak, lalu berdecak kesal. Dia teringat bagaimana Sohee telah mengerjainya beberapa waktu lalu, membuatnya mengunjungi Jaejong yang hanya keracunan makanan.

"Tidak. Letakkan saja di mejaku. Aku akan membukanya setelah pulang dari Amerika."

"Baik Tuan Jung. Semua keperluan anda sudah siap. Pesawat anda akan berangkat 2 jam lagi."

"Mn. Terima kasih."

----------------

Beberapa waktu kemudian keperluan Yunho di Amerika sudah selesai, tapi dia masih tetap tinggal di sana karena malas kembali ke Korea. Saat ini sudah sekitar 4 bulan dia berada di Amerika. Yunho berjalan-jalan, menghabiskan waktu akhir pekannya. Dia tidak tahu mau ke mana, dia hanya menjalankan mobilnya menuju tempat yang sepi. Dia ingin ketenangan, karena hatinya tidak tenang sejak bertemu dengan Jaejong lagi beberapa bulan yang lalu.

Yunho duduk di pinggir danau, teringat lagi perkataan yang diucapkan Jaejong hari itu di rumah sakit.

'...Aku senang melihatmu.. meskipun hanya kebetulan. Terima kasih.. Jaga dirimu.'

Kata-kata itu terus terngiang, membuat hati Yunho tidak tenang, karena terasa seperti perpisahan.. Mereka memang akan berpisah saat itu, tapi kenapa Yunho merasa mereka seperti akan berpisah selamanya?

Yunho berdecak kesal kemudian berdiri. Lebih baik dia berjalan-jalan. Langkah kakinya membawa Yunho ke sebuah kebun bunga. Rupanya Yunho mengunjungi lagi danau tempat dulu dia menemukan kebun bunga lily milik seorang pria tua. Ntah apa yang membawanya kembali ke sana..

Yunho agak terkejut melihat kebun itu tidak seindah sebelumnya, tidak lagi terawat, banyak bunga yang layu dan kering. Yunho kemudian mengetuk pintu rumah kayu milik pria tua itu, tapi tidak ada jawaban. Yunho memutuskan untuk berkeliling, mungkin Pak Tua itu sedang berkebun.

"Hey You! What are you doing here!"
Seseorang memanggil Yunho dari kejauhan. Seorang pria paruh baya.

Yunho mendekat untuk menyapanya. Mereka berkenalan. Ternyata itu adalah putra si Pak Tua. Dia yang sekarang merawat tempat itu, karena ayahnya sudah meninggal 3 tahun yang lalu.. Dia hanya bisa merawat rumah peninggalan ayahnya, tidak bisa merawat kebunnya karena tidak mengerti bagaimana cara melakukannya, jadi kebun itu hanya dibiarkan tumbuh liar. Dia hanya akan membersihkan tanaman liar dan bunga kering sekenanya. Yunho sangat sedih.. sedih karena Pak Tua itu sudah meninggal.. dan sedih karena kebun itu tidak terawat..

Akhirnya Yunho menawarkan diri untuk mengelola kebun itu. Yunho berpesan jika akan mengirimkan orang secara berkala untuk merawat kebun itu supaya bisa terus tumbuh indah. Tentu saja pria paruh baya itu tidak keberatan, kebun itu salah satu peninggalan kedua orang tuanya, dia ingin mengenang mereka.

"I really appreciate your help man.. I don't know why you are so passionate about maintaining these lilies, we are not even your family. Your intentions remind me of my father. I thought you must have someone who made you do this, just like my father did for my mother.. I wish I could be like you one day.. Please, be free to come here anytime."

PointlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang