08. Apakah Itu Sebuah Kesalahan?

509 84 13
                                    

Sohee pulang cepat, semua murid dipulangkan lebih awal karena para guru tiba-tiba harus pergi ke suatu tempat, sesama rekan guru ada yang meninggal jadi mereka semua pergi ke rumah duka untuk berkabung.

Pintu rumahnya terkunci, berarti kakek neneknya sedang pergi. Sohee masuk dengan kunci cadangan yang selalu dia bawa, dan tidak repot-reoot untuk berteriak menyapa mereka seperti biasa ketika memasuki rumah. Dia langsung menuju kamar untuk bersantai. Sohee menguap, dia ingin melanjutkan tidurnya.

2 jam kemudian Sohee terbangun karena merasa haus. Dia keluar kamar untuk mengambil minum. Sayup-sayup dia mendengar suara kakek neneknya sedang berbincang, rupanya mereka baru saja pulang.

"Sayang bantu aku memasukkan barang-barang ini."
Kata Nyonya Han sambil memberikan sekantong tas kepada suaminya. Mereka baru saja pulang dari berbelanja. Masih banyak kantong belanja lain yang harus dibongkar.

"Kenapa membeli banyak sekali.."
Tuan Han mengeluh sambil menata barang ke dalam lemari penyimpanan.

"Tenang saja, uang kita sekarang banyak. Kenapa tidak sekali-sekali berbelanja sedikit mewah. Jaejong membiayai semua keperluan kita, aku tidak lagi takut kehabisan uang. Hah...tahu begini kita rawat saja Sohee sejak bayi, Jaejong pasti mau membiayainya seperti sekarang. Kita tidak perlu hidup irit dengan hanya mengandalkan uang pensiunmu. Aku agak menyesal dulu menyerahkan Sohee ke panti asuhan."

"Sudahlah jangan mengungkit masa lalu, kita harus berterima kasih kepada Jaejong karena sudah mengambil lagi Sohee dari sana dan merawatnya sampai sekarang."

"Dia layak melakukan semua itu! Dia yang telah membuat hidup Sungmin menderita!"

"Iya iya.. sudah jangan bersedih.."
Tuan Han menenangkan istrinya yang selalu histeris ketika mengingat tentang putrinya yang sudah meninggal.
.
.
.
.
.
.
Sohee berjalan ke dapur kemudian membuka lemari es untuk mengambil beberapa botol air mineral. Tuan dan Nyonya Han nampak kaget dengan kehadiran Sohee yang tiba-tiba di belakang mereka.

"So...Sohee? Kau tidak sekolah???"
Tanya Nyonya Han agak gugup.

"Aku sudah pulang Nek, hari ini semua murid dipulangkan cepat karena ada guru yang meninggal."

"Oh.. begitu.. e...apa ada yang ingin kau makan hari ini? Nenek baru saja pulang berbelanja, akan Nenek masakkan apapun yang kau inginkan."

"Tidak ada. Masak saja apapun Nek, aku tidak pilih-pilih makan. Aku masih mengantuk, sepertinya aku akan tidur lagi, tidak apa-apa kan?"

"Ah iya, tidak apa-apa, beristirahatlah, Nenek akan membangunkanmu jika makanan sudah siap."

Sohee kemudian kembali ke kamarnya. Dia duduk di tepi ranjang dengan tatapan kosong, memikirkan lagi semua yang didengarnya tadi dari balik dinding..

Panti asuhan..? Benarkah Kakek neneknya dulu membuangnya ke panti asuhan..? Mata Sohee menjadi sangat panas, dia menutup wajahnya dengan kedua tangan dan mulai terisak.

---------------------

Sejak saat itu Sohee menjadi pendiam. Berbagai macam perasaan berkecamuk di hatinya. Sedih, kecewa, rasa bersalah.. Sohee mulai memikirkan Jaejong lagi.. Apakah benar semua yang Sohee terima dari Kakek Neneknya selama ini berasal dari Jaejong..? Sohee manatap layar handphonenya. Apakah handphone ini juga darinya..? Sohee melamunkan lagi perkataan Kakeknya beberapa hari yang lalu. Jaejong yang telah mengambilnya lagi dari panti asuhan.. Apakah karena itu dia kemudian berakhir dengan menjadi anaknya..? Karena Jaejong mengambil apa yang sudah Kakek Neneknya buang..? Jadi, dia adalah sampah yang Jaejong pungut..?

Suara sapaan Guru memecah lamunannya. Sohee segera memasukkan handphonenya ke dalam tas untuk kemudian memperhatikan pelajaran. Guru itu sangat menarik, Sohee tidak ingin melewatkan pelajarannya. Namanya Pak Yoon Doo-Joon, dia guru baru yang menggantikan guru yang meninggal beberapa hari yang lalu. Wajahnya tampan, Sohee mendapat sedikit pengalih perhatian untuk semua beban di hatinya.

PointlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang