25. Approval

701 90 10
                                    

"Yunho, bangun."

"Nnggh... Tidur lagi Jae.. matahari belum bersinar.."

SRET.
Jaejong membuka gorden jendelanya.

"Aaaaah! Mataku.."

"Ayo bangun, aku harus berangkat kerja."

"Bekerja? Bukankah kau baru saja keluar dari rumah sakit?"

"Masih ada anak yang harus kunafkahi, idiot. Lagipula aku sudah sehat sekarang. Beruntung tempatku bekerja sebelumnya masih mau menerimaku setelah cuti panjang."

Yunho melihat Jaejong sedang bersiap merapikan diri di cermin dengan kemejanya, lalu mengintip jam di dinding.
"Masih terlalu pagi untuk bekerja, kenapa terburu-buru.."

"Aku harus mengejar bus."

"Kenapa tidak naik mobil?"

"Aku sudah menjual mobilku untuk mbayar rumah sakit. Biaya pengobatanku kemarin sangat besar, asuransi tidak bisa menanggung semuanya."

Seketika Yunho langsung membuka mata dan tidak merasakan kantuk lagi.
"Kuantar saja."

"Kalau begitu cepat bangun, aku akan membuat sarapan di bawah. Mandi dulu lalu sarapan bersama kami."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Yunho duduk sambil memasang kancing manset kemejanya, Sopir pribadinya sudah mengantar beberapa setel pakaian ganti untuk Yunho semalam.
"Kenapa tidak siap-siap sekolah?"

"Aku sedang libur kenaikan kelas, Paman beruang.."
Jawab Sohee malas sambil terus melihat layar handphonenya.

"Kukira kau tinggal kelas."

"Ck. Aku pandai, mana mungkin tinggal kelas. Apa perlu kuperlihatkan raporku? Aku rangking 2."

"Rangking 2, dari bawah?"

"Dari atas! Kalau saja ayah tidak sakit aku pasti rangking 1."

"Wow. Ayahmu dulu juga selalu rangking 1. Aku rangking 2."

"Dari bawah."
Lanjut Jaejong yang mendengarkan percakapan mereka sejak tadi.

"Hahahaha ternyata Paman yang rangking 2 dari bawah!"

"Ck. Hanya 1 kali. Tunggu, aku punya sesuatu."
Yunho terlihat mencari-cari sesuatu di saku-saku baju dan celananya, mengeluarkan barang-barang yang dia kantongi di atas meja makan karena tidak kunjung menemukan apa yang dia cari.

"Ah, ini. Kau pasti bosan di rumah."
Kata Yunho sambil menyodorkan beberapa lembar voucher Spa dan restoran lagi kepada Sohee.

"Apa ini sebuah sogokan untuk sesuatu?"

"Yasudah kalau tidak mau."

"Mau! Hehe.."
Sohee segera manangkap voucher-voucher yang hendak ditarik lagi itu.

"Berapa nomor handphonemu? Aku akan mengirim orang untuk mengantar-jemputmu kalau mau pergi."
Yunho memberikan handphonenya kepada Sohee.

"Kenapa Paman tiba-tiba jadi sangat baik?"
Tanya Sohee sambil mengetikkan nomornya ke handphone Yunho.

"Aku selalu baik tahu, tanya saja ayahmu."

"Tidak selalu."
Jaejong menimpali.

Sohee langsung menyipitkan mata, menelusuri tujuan tersembunyi Yunho.

"Gerai-gerai itu selalu memberikan voucher mereka padaku setiap kali aku lewat, biasanya kuberikan ke sekretarisku, tapi sepertinya kau lebih membutuhkan. Lihat rambutmu, seperti sapu. Ck.ck.ck."

PointlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang