21. Memori, Buku Sketsa Tua (2)

547 83 4
                                    

Pagi-pagi, sudah menunggu sebuah mobil mewah di rumah Jaejong untuk menjemput Tuan Mudanya berangkat sekolah.

"Apa kau yakin aku boleh ikut?"
Jaejong berbisik sebelum keluar dari rumah.

"Kalau kau tidak mau ikut, aku yang ikut naik bis."

"Eeeh! Jangan! Aku ikut, aku ikut.."

Paman Kang, sopir pribadi keluarga Jung, membukakan pintu mobil untuk Yunho dan Jaejong. Sudah ada seseorang yang lain di dalamnya, tapi masih cukup ruang untuk 2 orang lagi.

"Minggir atau kududuki."
Sapa Yunho kepada Jiyo.

Dengan cemberut, Jiyo mau tidak mau bergeser ke sisi yang lain agar kakaknya bisa masuk.

"Kau duluan."
Yunho mendorong Jaejong masuk.

"Ahaha.. maaf, permisi."
Jaejong merasa tidak enak kepada Jiyo.

Setelah pintu di tutup, Jiyo langsung menyerang kakaknya.

"Aku tahu kakak berbohong pada ibu."

"Aku juga tahu tempat kau menyimpan semua koleksi ikat rambutmu."

"Kakak masuk ke kamarku?!"

"Pintu yang tidak terkunci boleh dimasuki siapa saja."

Jiyo berusaha menendang Yunho dengan kakinya yang kecil, membuat Jajeong terhimpit tak berdaya di antara mereka. Yunho kemudian menarik ikat rambut Jiyo sehingga ikatannya terlepas dan rambutnya terurai.

"Aaaaaah! Aaaaaaaaa! Rambutku....! Haaaaaaaaa!"

Jiyo langsung menangis karena tatanan rambutnya jadi berantakan. Sementara Yunho tertawa terbahak-bahak. Paman Kang menggelengkan kepala karena situasi normal jika dua orang itu berada dalam satu mobil akhirnya dimulai.

"Tu-----"

CEPLES!

"Aaah!"
Yunho memekik ketika Jaejong menapuk tangan jahilnya.

"Apa yang kau lakukan?! Kembalikan!"
Kata Jajeong sambil merebut lagi ikat rambut Jiyo dari tangan Yunho.

Paman Kang yang melihat dari kaca spion mengurungkan niat untuk menegur Yunho, karena nampaknya situasi sudah terkendali oleh orang lain.

"Sudah sudah, jangan menangis. Sini kakak betulkan lagi."
Jaejong menenangkan Jiyo yang masih sesenggukan sambil menyisir rambut gadis kecil itu dengan jemarinya.

"Tidak sebagus sebelumnya, tapi lumayan, kau masih terlihat cantik."

Jiyo langsung mengeluarkan cermin dari dalam tasnya untuk berkaca, melihat hasil prakarya Jeejong pada rambutnya. Jiyo tersenyum kecil, hasil kelabangan Jaejong tidak buruk.

"Terima kasih Kak---"

"Jaejong."
Jajeong memperkenalkan diri.

"Terima kasih Kak Jae."

"Mn. Sama-sama."
Balas Jaejong sambil tersenyum.

"Bagus, sekarang kau menang karena punya pendukung."
Yunho mengeluh kalah.

Jiyo menjulurkan lidahnya untuk mengejek Yunho. Yunho menjulurkan lidahnya juga untuk membalas. Mereka terus saling menjulurkan lidah sampai---

"Hentikan. Apa aku seperti nyamuk bagi kalian?"
Jaejong memijit keningnya yang berkedut. Tidak menyangka pagi harinya akan seramai ini.

PointlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang