04. Ibu dan Ayah Yang Bungkam

549 92 1
                                    

Satu minggu berlalu, Sohee mulai membiasakan diri tinggal dengan kakek neneknya. Dia memilih menempati kamar milik ibunya dulu. Makanan, uang saku, kebutuhan lainnya, semua yang sebelumnya dia terima dari Jaejong sekarang dipenuhi oleh kakek neneknya. Tuan dan Nyonya Han sudah tua, usia mereka sudah pertengahan 60 tahun, mereka juga sudah tidak bekerja, hanya mengandalkan uang pensiun. Dan Sohee sudah mulai dewasa, jadi dia tahu diri untuk tidak terlalu merepotkan kedua orang itu. Sebisa mungkin Sohee melayani dirinya sendiri di rumah itu dan melakukan sedikit pekerjaan rumah untuk membantu kakek neneknya. Dia juga berusaha untuk menerima apapun yang kakek neneknya sediakan dan berikan, tidak menuntut lebih.

Saat ini Sohee sedang makan malam, memainkan isi mangkuk makannya. Masakan neneknya memang tidak selezat buatan Jaejong, tapi bukan itu sekarang yang membuatnya melamun.






"Nenek, apa nenek tau siapa ayah kandungku?"

Pertanyaan yang tiba-tiba itu membuat Tuan Han di seberang meja hampir tersedak. Cepat-cepat Sohee mengulurkan segelas air padanya.

"Kenapa tiba-tiba menanyakan hal itu Sohee..?"
Tanya Nyonya Han sambil menambahkan lauk ke dalam mangkuk Sohee, berusaha menghindari menjawab pertanyaan.

"Aku ingin bertemu dengannya."

Nyonya dan Tuan Han seketika saling berpandangan.

"Kenapa?"
Tanya Sohee ketika menyadari suasana menjadi canggung.

"e.. tidak, hanya sedang berpikir bagaimana mengatakannya padamu.."

Sohee mengernyit.
"Memangnya apa yang membuat itu sulit dikatakan?"

"Sohee.. Begini.. Sebenarnya.. Ah~ apa kau yakin ingin mengetahuinya?? Kami hanya tidak ingin membuatmu kecewa.."

"Kenapa aku harus kecewa?"

Nyonya Han berdiam diri agak lama sampai akhirnya memutuskan untuk mengatakannya kepada Sohee.
"Baiklah kalau memang kau sangat ingin tahu.. lagipula kau sudah cukuo dewasa sekarang, nenek harap apa yang nenek ceritakan ini tidak membuatmu kecewa..."

"Aku akan baik-baik saja. Jadi siapa ayah kandungku Nek?"

"Pertanyaanmu itu.. Sebenarnya kami juga tidak tahu siapa ayah kandungmu.."

"Hah?"

"Maafkan kami Sohee.. Kami sudah berusaha mencari tahu tentang itu, tapi setiap kali menanyakannya kepada ibumu, dia selalu menutup rapat mulutnya.. Bahkan sampai meninggal pun, dia tetap tidak mau memberitahukan kepada kami siapa yang telah menghamilinya.."
Nyonya Han mulai berkaca-kaca ketika mengingat putri semata wayangnya.

"...."
Ujung sumpit di tangan Sohee tidak lagi bergerak, karena tiba-tiba dadanya terasa sesak.

"Waktu itu, ibumu tiba-tiba menelepon dan mengabari jika akan pulang kemari meninggalkan rumah suaminya. Persis seperti situasimu kemarin. Saat itulah ibumu bercerita tentang suaminya yang--- ya, kau tahu sendiri.. gay.."

"...."

"Ibumu tidak bisa menerimanya, sehingga mengajukan cerai. Selama proses pengajuan perceraian itu dia tinggal bersama kami. Tapi 2 bulan setelahnya, kami mendapati bahwa ibumu ternyata sedang mengandung.. Awalnya kami mengira itu anak Jaejong, tapi ibumu membantah, dia berkata jika selama tinggal bersama Jaejong, mereka tidak pernah berhasil melakukan hubungan seks karena Jaejong selalu menghindar.."

"...."

"Tapi ibumu juga tidak mau mengatakan dengan siapa dia telah berhubungan badan.. Kondisi ibumu melemah seiring dengan bertambahnya usia kandungannya, jadi kami tidak menekannya lagi tekait masalah itu. Kami takut akan memperburuk kesehatannya. Sampai ketika ibumu kritis setelah melahirkanmu dalam kondisi prematur, kami mencoba menanyakannya lagi, tapi sampai di saat terakhirnya pun, ibumu tetap bungkam.."

PointlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang