"Maaf, aku e...mencari ruang rawat pasien atas nama Kim Jaejong. Aku ingin menjenguknya, tapi tidak tahu dia dirawat di mana."
"Oh, sebentar, saya akan memeriksanya."
Kata seorang petugas informasi Rumah Sakit kepada Nyonya Kim."Tuan Kim Jaejong, Lantai 4 Gedung Utara, kamar nomor 4301. Anda bisa naik lift dari sini ke sampai lantai 4 lalu bertanya pada security di sana untuk lebih mudahnya."
"Baik, terima kasih banyak."
Nyonya Kim mengikuti petunjuk petugas itu. Seorang security di lantai 4 kemudian mengantarnya sampai ke depan lorong ruang rawat inap Jaejong. Seorang perawat jaga kemudian melanjutkan mengantar Nyonya Kim menuju kamar Jaejong.
"Ah. Tidak. Biarkan aku mengintip saja dari sini. Tidak perlu masuk."
"Anda yakin?"
Nyonya Kim mengangguk. Perawat itu kemudian melepaskan knop pintu yang sudah hampir diputarnya lalu meninggalkan Nyonya Kim sendirian.
Nyonya Kim mengintip Jaejong dari kaca pintu, melihat tubuh kemah putranya terbaring di atas ranjang rumah sakit memejamkan mata. Nyonya Kim menghapus air mata yang menetes dari pelupuk matanya. Lama dia melihat sosok yang terbaring lemah itu dari sana, hingga seorang Dokter menyapanya.
"Kenapa hanya melihat dari luar Nyonya?"
"Ti..tidak apa-apa, aku kemari untuk keperluan lain. Permisi."
"Tunggu. Apa anda Nyonya Kim? Ibu Jaejong?"
Nyonya Kim berkaca-kaca.
"Ya.. itu aku.. Meskipun aku tidak tahu apakah masih layak menyebut diri sebagai ibunya..""Ah akhirnya... Apakah anda kemari untuk memeriksa kecocokan sel induk anda?"
Dokter Park tersenyum lebar.Nyonya Kim mengangguk.
"Apa anda Dokter Park? Dokter yang menangani Jaejong?""Ya, itu aku, meskipun aku tidak tahu apakah masih layak untuk menyebut diri sebagai Dokternya, aku sering memarahi putra anda hahaha."
Canda Dokter Park berhasil membuat Nyonya Kim sedikit mengangkat sudut bibirnya.
"Baiklah, karena anda tidak ingin masuk, aku akan meminta perawat mempersiapkan anda untuk pengambilan sample. Aku akan menemui anda nanti."
"Tunggu. Dokter, tolong jangan katakan padanya kalau aku ada di sini."
Nyonya Kim menahan tangan Dokter Park yang sudah bersiap membuka pintu."Kenapa? Dia pasti senang jika tahu anda datang."
"A..aku tidak yakin dia akan senang melihatku.. Kami tidak pernah bertemu maupun berbincang selama 16 tahun.."
Dokter Park menatap wanita yang mungkin sudah seumuran dengannya itu. Melihat raut wajah sedihnya, Dokter Park akhirnya melempar senyum untuk memberinya ketenangan.
"Baiklah. Jangan khawatir. Aku tidak akan mengatakan apa-apa padanya. Silakan mengikuti perawat ini untuk melakukan pemeriksaan."
.
.
.
.
.
.
.
"Sudah bangun Jae?"
Sapa Dokter Park sambil menekan stetoskop ke dada Jaejong."Aku bahkan tidak tahu apakah aku sudah tertidur.."
Dokter Park terkekeh sambil menyenteri mata Jaejong dan memeriksanya.
"Ada kejutan untukmu hari ini Jae.""Kejutan apa?"
Tanya Jaejong malas. Dokter Park terlalu sering bercanda, jadi Jaejong tidak pernah menanggapi serius semua ucapannya."Ck. Lemas sekali. Ini benar-benar kejutan, yang menyenangkan tentu saja. Jadi, kau ingin kejutan itu dibungkus atau tidak?"
Tanya Dokter Park sambil menekan area perut Jaejong, memeriksa apakah semuanya normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pointless
FanfictionJaejong merelakan perasaannya untuk menikah dengan orang pilihan orang tuanya, mencurahkan belasan tahun hidupnya untuk merawat seorang diri putri yang lahir dari rahim istrinya, tapi apa yang dia peroleh.. Tidak ada.. Pada akhirnya Jaejong kehilang...