13. Ayah Tidak Akan Meninggalkanmu

567 87 1
                                    

"Tu...tujuh puluh dua kali??"
Jaejong menelan ludah ketika mendengar total kemoterapi yang harus dia lalui.

"Ya, itu baru perkiraan awal. Kita akan melakukannya dalam 3 fase dalam kurun waktu kurang lebih 2.5 tahun. Fase pertama kau akan menjalani 6 kali kemo setiap satu minggu sekali. Fase induksi ini adalah yang paling berat, karena di situ kita akan membunuh penyakitmu dengan cepat atau paling tidak menguranginya sampai level tertentu. Fase-fase setelahnya akan membunuh sisa penyakitmu secara perlahan dan mempertahankan kondisimu hingga penyakit itu tidak kembali lagi. Kita akan melihat perkembangannya pada akhir setiap fase, jika progresnya baik, total kemoterapi bisa berkurang, jika sebaliknya maka bisa bertambah."

Jaejong meremat tangannya yang mulai basah oleh peluh. Sohee yang menyadari kecemasan ayahnya, kemudian menggenggam tangan dingin itu. Jaejong menoleh ke arah Sohee. Teringat kembali janjinya untuk sembuh. Dengan sedikit senyuman, kecemasan itu tergantikan oleh keberanian menjalani proses yang panjang dan menyakitkan itu.

"Kapan aku harus mulai menjalaninya?"

"Secepatnya. Bagaimana kalau besok?"
Dokter Park menawarkan.

"Apa bisa dilakukan di akhir pekan? Aku ingin menemani.."
Sohee mempererat genggamannya.

"Baiklah, akan kujadwalkan di hari Sabtu. 2 hari lagi, Oke? Jika di tengah jalan kita mendapatkan donor sel induk yang cocok untukmu, kita bisa melakukan transplantasi sumsum tulang belakang setelah sel kanker di tubuhmu hilang atau berkurang, jadi kita tetap harus menyelesaikan fase induksi kemo sebelum melakukan transplantasi. Tapi jika tidak menemukan donor, maka kita akan menyelesaikan semua fase sampai kau sembuh."

"Penyakitmu berkembang cepat, jadi kita harus bergerak lebih cepat darinya, tidak bisa hanya mengandalkan donor yang belum pasti. Tapi donor adalah solusi paling efektif, itu akan membuat penyakitmu tidak kambuh lagi."

"Cobalah hubungi kerabat-kerabatmu, siapa tahu ada di antara mereka yang memiliki kecocokan sel induk denganmu. Orang-orang yang memiliki hubungan darah biasanya memiliki tingkat kecocokan yang cukup tinggi."

Jaejong tersenyum miris. Jangankan kerabat, dia bahkan sudah hilang kontak dengan orang tuanya sendiri sejak belasan tahun yang lalu..

-------------

Hari itu sepulang dari Rumah Sakit Jaejong mengambil barang-barang Sohee dari rumah Tuan dan Nyonya Han, kemudian pergi ke kantor polisi untuk menemani Sohee memberikan keterangan lisan. Jaejong sudah melaporkan Boknam kemarin, tapi selain hasil visum, kepolisian juga memerlukan pernyataan langsung dari Sohee untuk melengkapi berkas berita acara mereka.
.
.
.
.
Jaejong dan Sohee baru saja berdiri untuk berpamitan dengan petugas polisi yang menangani kasusnya, keperluan mereka di kantor polisi sudah selesai, tapi tiba-tiba terdengar seruan seseorang yang membuat gaduh ruangan. Jaejong dan Sohee langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Lepaskan aku! Aku tidak memperkosanya! Aku hanya memeluk anakku! Apa seorang ayah tidak boleh memeluk anaknya?!"

"Bukti-bukti mengatakan kalau kau tidak hanya memeluknya! Dasar bodoh!"
Seorang polisi yang menggiring Boknam menggunakan kertas gulung untuk membuatnya diam.

Sohee langsung meringsek ke arah Jaejong begitu melihat Boknam memasuki ruangan. Jaejong menggerakkan lengannya untuk melindungi Sohee di balik punggungnya.

"Orang itu! Orang itu memukuliku! Aku ingin menuntut balik! Dia menghajarku! Lihat! Bekas-bekasnya masih ada! Dia mematahkan gigiku! Aku ingin menuntutnya!!"
Teriak Boknam ketika melihat Jaejong.

Sohee langsung menatap Jaejong dengan tatapan heran. Kapan ayahnya menghajar Boknam? Apa ketika ayahnya menghilang malam itu? Apa karena itu bibirnya terluka? Sohee bertanya-tanya dalam hati sambil mempererat genggamannya pada lengan Jaejong.

PointlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang