09. Apa Yang Kau Inginkan Sohee?

531 93 0
                                    

Tap. Tap. Tap. Tap.
Sohee menapaki tangga menuju atap sekolah. Dia perlu mencari tempat untuk menghabiskan waktu selama 2 jam ke depan.

Atap sekolah begitu sepi di tengah jam pelajaran. Hari masih pagi, angin yang berhembus begitu segar, meniup rambut Sohee yang terurai panjang. Sohee berjalan sambil melihat ke kanan kiri mencari tempat untuk merebahkan diri. Matanya memicing ketika melihat asap putih mengepul dari balik sebuah dinding. Dia mendekati sumber asap putih itu.
.
.
.
.
.
Yoon Doo-Joon duduk bersandar di dinding sambil menghembuskan asap rokoknya dengan santai. Sebelah tangannya sibuk menyibakkan rambut yang sejak tadi menggelitik keningnya. Sepertinya sepulang sekolah nanti dia perlu ke barbershop untuk memangkas rambutnya yang sudah panjang. Tangannya terus menerus menyibakkan rambut yang mengganggu itu, hingga lama-kelamaan dia menjadi sebal. Tunggu. Sejak kapan dia punya poni?

Doo-Joon mendongak ke atas.
"Astaga!"

JDUG.

"Aaaah!"
Yoon Doo-Joon menggosok belakang kepalanya yang terbentur dinding ketika tersentak kaget melihat hantu kepala wanita menyembul di atasnya dengan rambut panjang yang menjuntai.

"Sohee! Kau membuatku Terkejut!~"
Doo-Joon menepuk jantungnya yang hampir copot ketika menyadari kalau hantu itu ternyata hanya Sohee yang mengintipnya sejak tadi.

Sohee akhirnya keluar dari balik di dinding lalu duduk di sebelah Doo-Joon.

"Apa yang kalau lakukan di sini di tengah jam pelajaran?!"
Tegur Doo-Joon.

"Di sekolah di larang merokok Pak Yoon."
Sohee membalas tanpa mempedulikan teguran sebelumnya.

"Makanya aku sembunyi. Kau tidak boleh disini, cepat kembali ke kelas sebelum terkena sanksi."
Jawab Doo-Joon sambil mengetuk kepala Sohee dengan buku jarinya.

Sohee menggeleng.
"...aku sedang tidak ingin belajar..."

Doo-Joon melihat lagi kesedihan di wajah Sohee seperti yang dia lihat kemarin ketika berbincang di taman. Doo-Joon yakin ada yang sedang mengganggu pikiran gadis itu.

Doo-Joon mematikan rokoknya kemudian menyandarkan lagi punggungnya ke dinding.
"Apa kau ingin bercerita? Aku bisa mendengarkan."

Sohee melihat Doo-Joon, kemudian memalingkan wajah lagi untuk menatap lantai bermain dengan tali sepatunya. Doo-Joon tetap diam di tempatnya menemani Sohee, sampai pada akhirnya gadis itu menceritakan semuanya kepada Doo-Joon, dari kisah ibunya dengan Jaejong, keputusannya untuk meninggalkan Jaejong, perkataan kakek neneknya, keinginannya bertemu dengan ayah kandungnya, hingga pertemuannya kemarin dengan Jaejong.
.
.
.
.
.
.
.
"Pak Yoon.. Apa aku melakukan kesalahan..?"

Doo-Joon menepuk punggung Sohee.
"Aku tidak berhak menilai keputusanmu Sohee, setiap oerang punya kemampuan masing-masing untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Tapi aku yakin kalau ayahmu, e...maksudku Jaejong pasti sangat sedih saat kau meninggalkannya. Hanya dengan mendengar ceritamu saja aku bisa melihat betapa dia menyayangimu seperti anaknya sendiri."

Rasa bersalah yang hinggap di hati Sohee sejak beberapa waktu ini menjadi semakin besar ketika mendengar perkataan Pak Yoon.

"Apa yang harus kulakukan sekarang Pak Yoon.."

"Apa yang kau inginkan Sohee?"

"Aku ingin menjalani hari-hariku dengan bahagia.. bersama dengan keluargaku.."

"Apakah tinggal bersama kakek nenekmu tidak membuatmu bahagia?"

Sohee menggelengkan kepala. Kakek neneknya memang memperlakukan Sohee dengan baik, tapi hanya itu. Selama 2 tahun tinggal bersama mereka Sohee tidak mendapatkan kehangatan keluarga yang dia bayangkan. Dia merasa hanya seperti tamu yang dijamu dengan baik. Dia dan kakek neneknya jarang berbincang ketika di rumah, mereka banyak tidur di kamar atau sibuk melakukan kegiatan masing-masing, jadi Sohee sering berada di kamarnya melakukan hal-hal yang dia sukai sendiri. Apalagi sejak mencuri dengar percakapan kakek neneknya waktu itu, Sohee menjadi tidak nyaman tinggal bersama mereka.

PointlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang