2. Penguntit

11 3 0
                                    

Keesokannya harinya. Dhira menjalani kehidupan di SMA Garuda Pancasila dengan normal seperti biasa. Jam menunjukan pukul 11.45 WIB sebentar lagi bel istirahat kedua akan berbunyi. Dhira yang sedang membereskan buku-bukunya tiba-tiba dihampiri oleh Alin.

"Dhira!" Panggil Alin.

"Iya?."

"Jum'at setelah pulang sekolah kita kerja kelompok, yuk. Ngerjain LKPD dari Bu Nirmala. Oke?."

"Di mana?" Tanya Dhira.

"Di rumahku. Kamu masih hafal jalannya kan?."

"Masih kok" balas Dhira.

"Oh iya. Tolong kasih tahu Rian juga, ya," pinta gadis berambut sebahu itu.

"Iya."

"Makasih ya. Btw kamu mau ikut ke kantin nggak? Ada jajanan baru loh," tawar Alin.

"Nggak dulu. Makasih," tolak Dhira halus.

"Tapi kamu bawa bekal kan?" Dhira mengangguk.

"Ya udah. Aku duluan ya. Bye."

Alin melambaikan tangannya sambil berjalan keluar kelas. Dhira hanya membalasnya dengan senyum ramah yang tak bertahan lama, lalu setelah Alin menghilang dari pandangannya, ia kembali menampilkan wajah murungnya kemudian kembali membereskan buku-bukunya. Setelah selesai, Dhira memilih untuk menghabiskan bekalnya.

"Aduh! Sial!" Umpatan keluar dengan mulus dari mulutnya karena keningnya tertabrak pesawat kertas.

"Siapa sih?" Gumamnya kesal sambil melihat-lihat keadaan sekitarnya yang tidak terlalu ramai.

Ia kemudian membuka kertas yang dilipat menjadi pesawat kertas itu.

Keningnya mengkerut saat tahu jika ada pesan di dalamnya. Ia pun membacanya.

Dear yang lagi baca surat ini

Hai! Apa kabarmu hari ini? Kulihat kamu baik-baik saja dan kamu juga semakin bersinar hari ini. Kamu tahu? Saat pertama kali aku melihatmu. Aku langsung tertarik denganmu. Kamu itu mirip seseorang yang kusukai saat kecil. semoga itu memang kamu.

Dari penggemar rahasiamu.

Setelah membaca itu. Dhira langsung merasa mual dan geli sendiri.

"Kayaknya pesawatnya salah tempat untuk mendarat," gumamnya. Gadis itu kembali melipat kertas ke bentuk pesawat semula lalu menerbangkannya ke tempat yang tepat. Tempat sampah.

Dari kejauhan seorang laki-laki memerhatikan gadis itu sambil tersenyum tipis.

"Lucunya," batin laki-laki itu.

.......

Perpustakaan adalah rumah kedua bagi seorang Andhira. Gadis muda berusia 17 tahun itu memanjakan dirinya dengan berkunjung ke perpustakaan sekolah. Tujuannya adalah mencari ketenangan dan membaca novel di sana.

"Ketemu" gumamnya sembari tersenyum manis. Ia segera mencari bangku kosong untuk ia duduki sembari membaca novelnya.

Saking fokusnya membaca, ia tidak sadar jika seseorang sudah duduk di depannya sambil memandanginya secara terang-terangan.

I Fancy You DhiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang