"Hei kalian berdua" panggil Alin kepada Rian dan Jovan yang sedang bermain dengan game bersama di ponsel, sebut saja sedang mabar. Namun, mereka berdua hanya melirik sebentar dan hanya berkata 'apa?' membuat Alin semakin tersulut emosi.Gadis itu menatap kesal dua orang di depannya. "Apa kalian akan mati jika tidak bermain game sehari?."
"Ini hanya sebentar kok" balas Jovan.
"Sebentar katamu? Kalian hampir dua jam bermain game" ucap Alin emosi.
"Wah nggak bisa dibiarkan" Renata tiba-tiba datang dan merebut ponsel mereka berdua.
Renata terkekeh melihat ekspresi kesal Rian dan Jovan. "Maaf, ini demi kebaikan kalian."
"Rian!" Panggil Riska. "Apa?" Tanya Rian dengan nada sedih.
"Gantikan Dhira mengetik ya. Dan kau Jovan bantu kami mencari ide untuk kreasi Takoyaki kita" ucap Riska.
"Baiklah" balas Jovan dan Rian sedih karena mainan mereka di sita Renata.
Jam tujuh malam tugas mereka baru bisa selesai.
"Iya, Bu. Aku akan segera pulang" ucap Dhira kepada Ibunya melalui sambungan telepon.
"Ayo, Dhira" ajak Rian yang sudah duduk di atas jok motornya. Dhira mengangguk.
"Alin! Kami pulang dulu, ya" ucap Riska.
"Iya, hati-hatilah dan terimakasih sudah datang kemari" balas Alin ramah.
Dhira segera memakai helm yang disodorkan Rian lalu naik ke jok belakang motor Rian.
Rian, laki-laki itu melajukan motornya dengan kecepatan sedang menjauh dari rumah Alin.
"GWE MAU JAJAN BENTAR" ucap Rian di tengah perjalanan pulang.
"JAJAN?" Tanya Dhira sambil mengeratkan jaketnya karena terkena hembusan angin malam.
"MARTABAK."
"OKE."
Mereka berdua berhenti di tepi jalan untuk membeli martabak telor yang memang dijual di pinggir jalan.
"Makasih, Bang" ucap Rian.
Laki-laki itu mengerutkan keningnya saat melihat Dhira menggigil kedinginan. Ia pun melepaskan jaketnya.
"Nih" Rian menyodorkan jaketnya kepada Dhira. Sedangkan Dhira malah melamun menatap jaket itu.
"Lo kedinginan kan? Pakai aja. Gwe nggak papa kok."
"Aku nggak nanya. Buat kamu aja. Aku udah pakai jaket kok" tolak Dhira.
"Yaudah" Rian kembali memakai jaketnya.
Seperti sebelumnya, Dhira menggigil kedinginan saat berada di jalanan.
"MASUKIN TANGAN LO KE SAKU JAKET GWE" teriak Rian.
"APA?."
"MASUKIN TANGAN LO KE SAKU JAKET GWE!" teriak Rian lagi.
"BIAR APA?" Balas Dhira.
"BIAR ANGET."
"NGGAK PERLU" balas Dhira.
"NGEYEL BANGET LO DARI TADI" kesal Rian.
Setelah beberapa kali berdebat di jalanan. Dhira akhirnya bisa tiduran di atas tempat tidurnya yang nyaman.
"Tenggorokanku jadi sakit karena teriak-teriak di jalan" gadis itu bangkit dan memutuskan untuk mengambil segelas air di dapur.
Segelas air putih berhasil ia habiskan dengan beberapa kali tegukan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Fancy You Dhira
Teen FictionDi balik sosok cantik nan manis itu, tersembunyi luka emosional dari masa lalunya yang telah membuatnya menjadi sangat waspada dan skeptis terhadap dunia di sekitarnya. Ia sulit untuk percaya pada orang lain dan sering kali menarik diri dari inter...