15

6 1 0
                                    

Dibayar berapa lo? Ha ha ha

Wah cantik-cantik ternyata nakal ya

Mukanya kaya orang bener padahal

Emang ya isinya nggak seindah covernya

Ha ha ha

Ha ha ha

"Nggak." Dhira bergumam di dalam tidurnya.

"Aku nggak kaya gitu," gumamnya lagi sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Nggak!" teriak Dhira sontak membangunkan orang yang tidur dengan posisi duduk bersandar di samping tempat tidur.

Pandu mengucek matanya lalu berbalik menatap gadis yang sudah terduduk di atas ranjang dengan napas tersengal-sengal dan bercucuran air mata.

Pandu mengucek matanya lalu berbalik menatap gadis yang sudah terduduk di atas ranjang dengan napas tersengal-sengal dan bercucuran air mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kakak?" Dhira tak merespon.

Gadis itu menundukkan kepalanya. Kedua tangannya bergerak untuk menutupi wajahnya. Sepersekian detik kemudian, suara terdengar, Pandu bertambah panik.

"Kak? Ada apa? Aku di sini," ucap Pandu berharap agar gadis itu sedikit tenang.

Laki-laki itu hanya bisa menepuk-nepuk punggung Dhira lembut sampai isak tangisnya mereda. Ia lalu memberikan segelas air yang berada di atas nakas supaya gadis itu lebih baik.

Dengan tangan yang masih bergetar sehabis menangis beberapa menit. Dhira menerimanya dan meneguk air dari gelas kaca itu hingga air tersisa setengah.

"Lebih baik?" Dhira mengangguk.

"Kakak perlu sesuatu?" tanya Pandu hati-hati.

Dhira menggeleng pelan.

"I-Ibu sama Ayah pasti mencariku" ucap Dhira mulai gelisah.

"Aku harus segera pulang." Dhira beranjak dari tempat tidur, tetapi Pandu berhasil mencegahnya.

"Kakak tenang dulu, ibuku sudah mengabari orang tua Kakak, kalau Kakak baik-baik aja di sini," kata Pandu dengan suara pelan, tapi tetap bisa terdengar.

Perkataan Pandu sukses menenangkan hati dan pikiran gadis itu.

Hening, tidak ada lagi obrolan di antara keduanya.

"Tuan!" Pandu menoleh ke arah pintu kamar yang sengaja dibuka sejak kemarin malam.

"Nyonya mengajak Kalian untuk sarapan bersama di ruang makan," tutur Falen.

"Ah iya..." Pandu menjeda perkataannya, ia melirik Dhira sesaat.

Gadis itu masih diam sambil menundukkan kepalanya, "kami akan segera ke sana," lanjutnya.

"Baik, Tuan."

"Sebelum pergi. Tolong siapkan- em tidak, tidak jadi, Kau bisa pergi."

"Baik, Tuan," Falen membungkukkan badannya 45 derajat sebelum pergi meninggalkan kamar tamu.

I Fancy You DhiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang