Dhira melangkah masuk ke dalam rumahnya, "Dhira pulang" ucapnya sambil celingukan ke sana kemari mencari seseorang, tapi tidak ketemu. Ia melanjutkan langkahnya menuju kamarnya kemudian merebahkan tubuhnya di ranjang kesayangan.Saat kedua matanya akan tertutup, seseorang memanggil, "Dhira" gadis itu lantas menoleh ke sumber suara nya.
Ana, wanita itu menatap wajah anak perempuannya dengan perasaan gelisah sekaligus lega. Ia lalu menghampiri Dhira dan mengelus pucuk kepalanya dengan lembut, "Dhira udah sarapan belum tadi?" Dhira mengangguk dua kali.
"Tak Diya" panggil seorang laki-laki kecil yang kemudian berlari menubruk Dhira saking senangnya. Dhira melepaskan rindunya pada laki-laki kecil itu dengan memeluknya erat dan mencium kedua pipi tembam Mika.
Tanpa melepaskan pelukannya, gadis itu bertanya, "Mika kapan ke sini?" Laki-laki kecil yang dipanggil Mika itu menjawab dengan kurang jelas karena dipeluk dengan erat, "Tadi padi."
Ana segera menegur anak gadisnya, "Dhira jangan kenceng-kenceng begitu meluknya, kasihan Mika nanti trauma sama kamu" Dhira kemudian melepaskan pelukannya sambil terkekeh, "Mika gemesin sih."
"Tatak ayo main" ajak laki-laki kecil berusia 4 tahun itu dengan antusias seakan lupa jika ia tadi hampir kehabisan nafas karena dipeluk oleh Dhira dengan erat. Dengan senang hati Dhira menerima ajakan itu, "Ayo Mika mau main apa dulu?."
"Matak-matakan" ucap Mika tersenyum lebar hingga memperlihatkan gigi-gigi depannya yang masih mungil. Dhira langsung menurunkan kedua bahunya, "Tapi kamu kan cowok."
"Biarin aja, nanti kalau udah besar biar bisa masak sendiri, iya kan Mika" Mika tersenyum senang.
"Mika!" Seorang duda berusia 35 tahun masuk ke kamar Dhira. Laki-laki itu menghampiri Ana dan mencium punggung tangan Ana, ibu mertuanya, "Fahmi berangkat ya, Bu" Dhira terlihat diam kebingungan, "Kak Fahmi memangnya mau kemana?."
"Kakak ada urusan di luar kota. Mungkin tiga atau empat minggu baru bisa pulang" jelas Fahmi, Kakak ipar Dhira.
Fahmi dan Mika hanya tinggal berdua di sebuah apartemen sederhana. Istrinya adalah kakak perempuan Dhira yang sudah lama meninggal, Adzra. Ia meninggal setelah melahirkan putra pertamanya bernama Mika. Selama Fahmi bekerja, Mika akan ia titipkan di sebuah tempat penitipan anak di dekat perusahaannya. Karena kali ini ia harus ke luar kota, jadi ia menitipkan Mika pada keluarga Adzra untuk sementara. Fahmi lebih percaya Mika akan baik-baik saja jika bersama dengan keluarga Adzra.
"Jadi Mika dititipkan di sini?" Fahmi membenarkan.
"Semua barang kamu udah beres?" Tanya Ana. Fahmi mengangguk, "Sudah, Bu" ia kemudian beralih melihat ke laki-laki kecil di pangkuan Dhira.
"Mika jangan nakal ya. Ayah mau kerja cari uang untuk Mika" Mika langsung turun dari pangkuan Dhira dan memeluk Ayahnya erat, "Ayah janan yama-yama pedinya."
"Iya."
Di halaman depan kediaman keluarga Dhira sudah ada sebuah taksi yang siap mengantarkan Fahmi untuk ke stasiun kereta api.
Terlihat sopir taksi sedang sibuk memasukan koper milik penumpangnya ke dalam bagasi mobilnya. Sedangkan Fahmi masih berpamitan kepada Mika, putra kecilnya yang sangat berarti baginya.
"Dadah Ayah" Mika melambaikan tangannya saat taksi yang dinaiki Fahmi akan pergi.
Kita beralih ke kediaman Pandu, laki-laki itu kini sedang membaca secarik kertas yang menempel di box yang baru saja ia buka. Selanjutnya ia melihat isi box yang ternyata isinya adalah sebuah hoodie bermerk terkenal berwarna biru langit, warna kesukaannya. Selain itu, ada juga sebuah sweater rajutan berwarna coklat muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Fancy You Dhira
Teen FictionDi balik sosok cantik nan manis itu, tersembunyi luka emosional dari masa lalunya yang telah membuatnya menjadi sangat waspada dan skeptis terhadap dunia di sekitarnya. Ia sulit untuk percaya pada orang lain dan sering kali menarik diri dari inter...