Langit sore yang cerah perlahan-lahan berubah mendung dan kelabu, awan hitam pekat mulai menyelimuti langit kota. Angin bertiup kencang menimbulkan daun-daun di pepohonan bergoyang-goyang mengikuti arah angin bertiup.
Tak lama kemudian, titik-titik air hujan dari langit mulai berjatuhan membasahi tanah dan jalan-jalan kota.
Di sepanjang jalan, genangan air mulai terbentuk dan mengalir deras ke saluran air. Suara gemuruh petir terdengar di langit, disusul kilatan cahaya yang memecah kegelapan. Lampu-lampu jalan berkedip-kedip, berhasil menciptakan suasana yang suram dan mencekam.
Beberapa orang yang terjebak di hujan berlari ke tempat perlindungan, sementara yang lain mencoba bertahan di bawah payung atau mantel hujan mereka. Dari yang awalnya hanya hujan gerimis kini berubah menjadi hujan lebat disertai angin kencang.
Seorang wanita berjalan cepat menghampiri sebuah Cafe sambil memayungi kepalanya dengan kedua tangannya berniat menghindari tetesan air hujan.
Sebuah tempat yang nyaman dan hangat bernama "Harmony Café". Terletak di sudut jalan yang tenang, Cafe ini memiliki suasana yang menyenangkan dengan dinding bata ekspos dan dekorasi vintage. Meja-meja kayu dan sofa-sofa empuk mengundang pengunjung untuk duduk berlama-lama sambil menikmati secangkir kopi atau teh.
Kling
Bunyi lonceng saat wanita itu membuka pintu langsung mendapatkan perhatian dari seorang laki-laki yang berdiri di balik meja kasir. Seorang waiter dengan seragam cafe yang rapi dan bersih.
Dia tersenyum ramah saat wanita itu datang dan memberikan salam hangat. Waiter bername tag Wisnu itu memberikan pelanggannya menu untuk dipilih.
"Wedang jahe satu ya, Mas" Wisnu mengangguk paham dan mencatatnya di atas kertas pesanan.
"Apa ada pesanan yang lainnya?" tanya Waiter itu sopan.
"Itu saja" balas wanita itu.
"Baik, Kami akan segera membuatkan pesanan Anda, permisi" pamit laki-laki itu.
Setelah menerima pesanan, Wisnu segera berjalan ke dapur untuk mengambil minuman yang dipesan. Dia memeriksa pesanan dengan cermat, memastikan semuanya sesuai dengan permintaan pelanggan.
Setelah itu, dia membawa pesanan ke meja pelanggan dengan hati-hati dan meletakkannya di atas meja dengan senyum ramah.
"Silakan dinikmati" ucapnya.
Wanita itu berterima kasih sambil tersenyum sekilas. Ia menyeduh secangkir wedang jahe pesanannya untuk menghangatkan tubuhnya.
Sosok gadis yang duduk di atas kursi tinggi di sudut cafe sambil memangku gitar akustik dengan berbagai macam bentuk stiker kecil yang menempel di permukaan gitar sukses menarik perhatiannya.
Gadis itu memegang gitar akustiknya dan menyesuaikan posisi gitarnya. Ia memetik senar dengan lembut, menciptakan alunan musik yang menenangkan dan memenuhi ruangan sehingga menetralisir suara rintik hujan deras di luar cafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Fancy You Dhira
Teen FictionDi balik sosok cantik nan manis itu, tersembunyi luka emosional dari masa lalunya yang telah membuatnya menjadi sangat waspada dan skeptis terhadap dunia di sekitarnya. Ia sulit untuk percaya pada orang lain dan sering kali menarik diri dari inter...