8. Pasar Malam

3 1 0
                                    


"Tak Diya!" teriak Mika sambil berlari dari dapur menuju ruang tamu untuk menyambut Dhira yang baru saja pulang sekolah. Dhira yang baru masuk ke dalam rumah langsung memeluk laki-laki kecil itu.

"Ada apa? Kenapa teriak-teriak gitu?" Dhira melepaskan pelukannya lalu menuntun Mika ke kursi ruang tamu supaya mereka bisa mengobrol dengan nyaman. Dengan tersenyum lebar Mika berkata jika ia ingin pergi ke pasar malam, "Tatak mau tan?" Dhira menghela nafas panjang, "Maaf Mika, tapi Kakak sibuk" tolaknya halus. Mika cemberut.

"Dhira" panggil Ana. Wanita itu kemudian menghampiri mereka berdua dan duduk di sebelah Mika.

"Sekali-kali kamu harus bersenang-senang. Jangan sibuk belajar terus. Istirahatkan otakmu. Kasihan dia" ucap Ana. Dika tiba-tiba muncul dan duduk di sebelah Dhira, "Ibu ada benarnya, Dhira. Kamu ajak Rian sekalian biar dia bisa jagain kalian" ucap Dika.

"Kenapa nggak Ayah sama Ibu aja yang ajak Mika ke sana?" tanya Dhira. Dika langsung menatap istrinya lalu keduanya tersenyum, "Ayah sama Ibu sudah ada janji" balas Ana. Dhira mengerutkan keningnya, "Janji sama siapa?."

"Ada deh" balas Dika membuat Dhira sedikit kesal. Ia kemudian mengiyakan ajakan Mika.

Sekitar pukul setengah tujuh malam, Mika, Dhira dan Rian berangkat menuju lapangan tempat pasar malam itu diadakan. Mereka berangkat dengan mengendarai motor matik milik Rian.

"Mika mau naik apa dulu?" tanya Rian.  Ditengah-tengah kerumunan orang itu Mika celingukan mencari sesuatu, setelah itu ia menunjuk sebuah tempat pemancingan ikan. "Mika mau mancing ikan?" tanya Rian. Mika mengangguk mantap, "He em" Laki-laki itu menggendong Mika supaya tidak hilang. Tak lupa ia juga menyeret Dhira yang sedang mengamati sekelilingnya dengan menarik lengan hoodie gadis itu.

"E-eh kita mau kemana?" tanya Dhira.

"Mau itan" balas Mika.

"A-apa?."

Mereka bertiga berhenti. Rian lalu menurunkan Mika dari gendongannya. "Satu orang berapa bang?" tanya laki-laki itu kepada seorang laki-laki berusia lebih tua darinya.

"Murah bang, sepulu ribu aja" balas laki-laki pemilik tempat pemancingan ikan-ikan palsu itu.

"Bertiga bang" Rian menyodorkan tiga lembar uang sepuluh ribu kepada laki-laki itu.

Mereka bertiga kemudian duduk di kursi kecil yang terbuat dari plastik kemudian mulai memancing. Mika tertawa bahagia ketika sebuah ikan palsu berhasil ia tangkap. Dhira dan Rian ikut senang melihatnya. Dhira menyuruh Mika untuk memasukkan ikan palsu itu ke dalam keranjang.

Setelah bersenang-senang dengan memancing ikan bohongan, Rian menawari Mika untuk naik Kora-kora. Mendengarnya membuat Dhira langsung menolaknya, "Nanti kalau Mika terbang gimana? Main yang lain aja" omel Dhira.

"Mau main boya" ucap Mika. Rian setuju lalu menggendong Mika lagi. Mereka bertiga menghampiri sebuah kolam bola yang letaknya berada di depan mereka.

"Beneran Lo nggak ikut masuk?" tanya Rian. Dhira mengangguk. Ia lebih memilih duduk sembari melihat Mika dari luar kolam bola. Sesekali ia melihat para pedagang di sekitarnya. Namun, tubuhnya tiba-tiba menegang, pandangannya tidak sengaja melihat seorang laki-laki yang tidak asing baginya sedang berdiri tidak terlalu jauh darinya dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku hoodienya. Pandu, laki-laki itu menatap Dhira datar. Tidak ada  seulas senyum manis yang biasa laki-laki itu tunjukan untuknya menyebabkan rasa sesak tiba-tiba menyerang jantungnya.

Ting

Pandangannya beralih pada ponselnya yang berbunyi di saku hoodienya. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengeceknya.

I Fancy You DhiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang