9. Asing

6 0 0
                                    


Sudah seminggu sejak kejadian Dhira bertemu dengan Pandu di pasar malam. Mulai saat itu Pandu tidak lagi menghubunginya bahkan untuk sekedar menanyakan kabar. Di sekolah,  laki-laki itu selalu pergi menghindar ketika bertemu Dhira. Ia juga tidak pernah lagi tersenyum dan menyapa Dhira. Hanya wajah datar yang selalu ia pasang.

Dhira yang menyadari tingkah lakunya yang berubah seratus delapan puluh derajat merasa keheranan. Namun, ia mengambil sisi positifnya saja. Apalagi jika dirinya merasa lebih tenang dan bahagia saat Pandu menjadi cuek padanya.

Tidak ada lagi perasaan takut sekaligus gelisah karena tidak ada lagi senyum manis yang menurutnya menyeramkan.

Hari ini setelah jam pelajaran usai, Dhira berencana untuk langsung pulang. Namun, tidak jadi karena ia harus mengikuti ekstrakurikuler musik. Di depan kelasnya seseorang melambaikan tangannya seakan menyuruh gadis itu untuk menghampirinya, "Hei. Ayo kemari."

Dhira melihat ke sekitarnya. Barangkali bukan dia yang dipanggil orang itu. Tapi hanya dirinya yang tersisa di kelas sementara teman-teman kelasnya sudah lebih dulu pulang.

Gadis itu mengacungkan jari telunjuknya kearahnya sambil menampilkan ekspresi kebingungan. Orang itu mengangguk, " Iya kau Dhira kan?" Dhira mengangguk. Orang itu kemudian menyuruhnya untuk segera keluar. Dhira menurut saja.

Dhira POV

Aku segera menghampiri siswi yang berdiri di depan kelasku. Jika dilihat dari ekspresi wajahnya yang datar sepertinya dia orang yang kurang ramah. Aku bahkan harus mendongakkan kepalaku saat berbicara dengannya karena tubuhnya yang lebih tinggi dariku. Bisa dibayangkan jika aku hanya setinggi dadanya saja. Aku tidak tahu namanya siapa. Ia tidak memiliki name tag di seragamnya.

"Kau Dhira kan?" tanyanya lagi. Aku membenarkannya.

"Kalau gitu. Ayo!" ajaknya. Ia meraih lengan kananku dan membawaku pergi entah kemana.

Dan ternyata ia membawaku ke depan kelas 10 MIPA 4. Iya kelas Pandu.

"Ke-kenapa ke sini?"tanyaku sedikit gugup.

"Ruang musik sedang diperbaiki. Jadi dipindah ke sini sementara waktu" jawabnya dengan nada datar.

"Riana!" Panggil seseorang. Aku sontak menoleh ke dalam kelas. Dan seseorang keluar dari dalam kelas dengan menggendong tas sekolahnya. Dia adalah Pandu. Wajahnya terlihat terkejut saat melihatku, tapi ekspresinya kembali datar. Kemudian ia mengalihkan pandangannya kepada siswi tinggi di depanku. Omong-omong tinggi mereka setara jika berdekatan. Pandu menampilkan senyum tipis ketika mengobrol dengan siswi yang ku tahu bernama 'Riana' itu.

Mereka terlihat akrab, "Sudah ku bilang jangan memanggilku seperti itu. Aku lebih tua darimu, jadi sopanlah sedikit" ucap Riana terlihat kesal lalu memukul pundak Pandu kencang membuat laki-laki itu meringis.

Pandu terkekeh, "Suka banget nyiksa Gwe" ucapnya. Aku hanya diam saja menyimak obrolan mereka.

"Jadi make kelas Gwe nggak?" tanyanya. Riana mengangguk, "Jadilah."

"Inget, jangan dibikin berantakan kelas Gwe" Riana mengiyakannya dengan ketus.

Pandu pun pergi meninggalkan kami setelah berpamitan kepada Riana, ia pergi seakan-akan tidak menganggapku ada di sini. Tak lama kemudian teman-teman yang lain datang.

Setelah kegiatan ekstrakurikuler selesai, aku tidak langsung pulang. Moodku agak buruk saat ini. Jadi, aku mampir sebentar ke Cafe. Dengan mengendarai motor milik Ayahku aku sampai sepuluh menit di depan Cafe. Namun, Cafe itu tutup membuat moodku bertambah buruk. Menyebalkan!.

Akhirnya aku memilih langsung pulang saja dikarenakan hari juga semakin gelap.

Setibanya aku di rumah, aku langsung mendapatkan pelukan dari Si laki-laki kecil, Mika. Beragam kata keluar tanpa rem dari mulutnya. Tentu saja dengan bahasa planetnya.

I Fancy You DhiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang