Wajah dingin tergambar di wajah Pandu, laki-laki itu duduk bersandar di kursinya. Ibu jarinya masih setia menscroll galerinya sejak jam istirahat tiba. Apa lagi jika bukan melihat potret dari pujaan hatinya yang sudah beberapa hari ini sengaja ia hindari. Iya sengaja.Sejak kejadian di pasar malam beberapa hari lalu. Ia masih merasa sakit hati, hingga sahabatnya, Tara, memberinya kiat-kiat untuk mendapatkan hati perempuan. Salah satunya adalah dengan bersikap dingin dan cuek pada perempuan. Meski ia masih mempertanyakan kebenarannya karena Tara sendiri tidak pernah berpacaran, tapi Pandu tetap melakukannya.
Ia selalu berusaha menghindar dari Dhira meski sulit. Bersikap cuek dan dingin kepadanya membuatnya merasa tersiksa. Jujur saja ia jadi sangat merindukan gadis itu.
"Bisa gila Gwe" gumamnya dengan memegang kepalanya yang terasa meriang.
Riana yang baru masuk ke dalam kelas Pandu merasa kasihan dengannya. Laki-laki itu seperti orang yang stres. Gadis itu menghampirinya, "Hei" Pandu mendongakkan kepalanya, "Apa?" tanyanya kesal.
"Dia di Aula" ucap gadis itu dingin. Tanpa ba-bi-bu lagi, Laki-laki itu segera berlari menuju Aula. Ia sudah tidak tahan untuk berada di dekatnya. Setibanya ia di dalam Aula, pandangannya beredar ke seluruh ruang, tapi sosok yang ia cari tidak ada.
Pandu menghembuskan nafasnya, ia berbalik untuk kembali ke dalam kelasnya atau mungkin ke tempat lain.
...
Sepasang mata yang awalnya terpejam kini terbuka. Karena merasa tidur siangnya terusik, siswa berseragam semrawut dengan sebuah anting di telinga kanannya itu bangkit dari posisi tidurnya. Ia mendudukkan dirinya di atas sofa lusuh yang ia jadikan sebagai tempatnya untuk tidur siang. Siswa itu masih duduk diam sambil mengumpulkan kesadarannya. Samar-samar ia mendengar seseorang bernyanyi lagi.
Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku, lengkapi diriku
Oh sayangku kau begitu
Sempurna, sempurna
Siswa bername tag Mirza Aditya itu menoleh ke tempat dimana seorang gadis duduk di kursi lusuh sambil memainkan gitar. Satu sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah seringai yang terlihat menyeramkan. Ia tetap duduk sembari memperhatikan gadis asing itu dari belakang.
Sedangkan Dhira masih asik dengan aktivitasnya sendiri. Bahkan hingga selesai mengcover lagu dari ANDRA AND THE BACKBONE, ia masih tidak menyadari bahwa ia tidak sendirian di sana. Hingga suara tepuk tangan mengejutkannya.
Dhira lantas berbalik. Keningnya berkerut. Tak jauh darinya seorang laki-laki berdiri sambil bertepuk tangan. Wajahnya masih menampilkan seringai membuat Dhira dalam mode waspada.
"Keren" pujinya lalu melangkah pelan mendekati Dhira kemudian menyodorkan tangan kanannya berniat untuk bersalaman, "Gwe Mirza" ucapnya.
Dhira menatap tangan Mirza penuh kewaspadaan. Selain karena tampilan Mirza yang seperti preman, ia pernah mendengar sedikit tentang Mirza. Hanya mendengar. Tentang Mirza Aditya, seorang siswa nakal dan suka membuat kerusuhan membuat Dhira ragu-ragu untuk bersalaman dengan laki-laki itu.
"Gwe nggak akan nyakitin Lo kok" lanjut Mirza memecahkan keheningan di antara mereka. Dhira masih tidak berkutik.
Mirza menarik tangannya lalu memasukkannya ke dalam saku celananya, "Suara Lo bagus" pujinya.
"Makasih" balas Dhira. Mirza tersenyum tipis gara-gara sebuah kata terdengar dari gadis manis di depannya, "Akhirnya Lo bersuara juga."
Dhira tidak membalas dan melihat ke arah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Fancy You Dhira
Novela JuvenilDi balik sosok cantik nan manis itu, tersembunyi luka emosional dari masa lalunya yang telah membuatnya menjadi sangat waspada dan skeptis terhadap dunia di sekitarnya. Ia sulit untuk percaya pada orang lain dan sering kali menarik diri dari inter...