"Dhira, siapin wajannya, ya" pinta Alin. Sementara Dhira mengiyakan."Jovan pasangin gasnya!" suruh Riska.
Dengan malas, Jovan melangkah mendekati tabung gas.
"Bisa nggak?" tanya Alin memantau gerak-gerik Jovan yang terlihat kesulitan.
"Sini" Dhira pun datang mengambil alih tugas yang diberikan Riska kepada Jovan.
Semua terkagum-kagum karena Dhira berhasil memasang tabung gas dengan cepat.
"Calon istri idaman ini" puji Jovan.
"Kalau jadi lo, gwe malu sih karna kalah sama cewek" ejek Renata tertawa kecil.
Jovan membalasnya dengan tatapan sinis.
"Ayo-ayo guys! Waktu Kita nggak banyak" seru Alin.
Mereka mulai membuat masakan internasional yang berasal dari Jepang, Takoyaki.
"Balik yang bener, bego" umpat Renata pada Jovan. Niat hati ingin membalikkan takoyaki supaya matang menyeluruh. Laki-laki itu justru menghancurkannya.
"Siniin" Renata menyambar tusuk sate yang digunakan Jovan untuk membalik Takoyaki. Gadis itu mempraktikkan cara yang benar dan mudah untuk membalik Takoyaki tanpa merusaknya.
"Paham nggak?" Jovan mengangguk-anggukkan kepalanya paham.
Laki-laki itu lantas mempraktikkan cara yang Renata tunjukan. Dan berhasil. Ia membalik Takoyaki itu dengan benar hingga adonan dapat matang dan bulat sempurna.
Setelah acara memasak selesai dan juga semua sudah dibereskan, Dhira dan teman-teman duduk melingkari meja untuk memakan takoyaki yang tersisa.
"Uenak banget" puji Renata dengan mulut penuh takoyaki.
"Ditelen dulu, bego" ucap Jovan mengejek.
"Mau mati Lo?" ancam Renata setelah menelan takoyaki di dalam mulutnya. Teman-teman yang lain tertawa.
"Udah guys. Makan aja takoyakinya, nggak usah berantem" sela Alin.
Diam-diam, Dhira tersenyum tipis melihat pemandangan hangat di depannya.
Perhatiannya teralihkan oleh suara notifikasi ponselnya. Itu pesan dari Pandu.
Laki-laki itu mengajaknya bertemu setelah sekolah di atap sekolah. Ia ingin mengatakan sesuatu yang penting padanya. Dan Dhira mengiyakannya.
...
Sesuai kesepakatan bersama, kini Dhira melangkah menaiki anak tangga yang akan mengantarkannya menuju atap sekolah.
Setibanya ia di sana, sosok laki-laki berdiri menghadap dirinya dengan kedua tangannya berada di belakang seolah-olah sedang menyembunyikan sesuatu. Dan jangan lupa senyuman manis yang terukir jelas di wajahnya.
Dhira mendekati Pandu kemudian bertanya, "ada apa?" tanyanya dengan sorot mata tajam.
Pandu tersenyum tipis kemudian membalas, "Hanya..."
Ucapannya terjeda karena terpesona dengan pahatan Sang pencipta di hadapannya. Kedua netranya mengamati setiap inchi wajah mungil dan ramping di depannya. Jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya ketika sorot tajam itu menatapnya seakan dirinya adalah musuh bebuyutannya.
Kulit sawo matang yang mulus dan terlihat halus, bibir tipis berbentuk seperti hati, hidung yang tidak terlalu mancung serta tahi lalat kecil yang terpajang di bawah mata kiri serta pipi kanannya menjadi salah satu daya tariknya.
Angin yang bertiup kencang membuat rambut lurus hitam sepinggang yang terurai indah itu menari-nari mengikuti arah angin. Hal itu memberinya sentuhan lembut dan feminin di samping tatapannya yang tajam. Entah bagaimana lagi mendeskripsikan kakak kelasnya yang satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Fancy You Dhira
Novela JuvenilDi balik sosok cantik nan manis itu, tersembunyi luka emosional dari masa lalunya yang telah membuatnya menjadi sangat waspada dan skeptis terhadap dunia di sekitarnya. Ia sulit untuk percaya pada orang lain dan sering kali menarik diri dari inter...