BACKSTORY MUTIA AYUNDA

6K 331 8
                                    

19 Juni 2004.

"Ibu adalah jiwa yang aku dapatkan setelah ibu pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ibu adalah jiwa yang aku dapatkan setelah ibu pergi. Seandainya waktu bisa terulang, mungkin aku tidak akan mau dilahirkan jika kelahiranku membuat ayah kehilangan setengah jiwanya, yaitu ibu."

"Hidup tanpa ibu adalah kegelapan yang aku dan ayah rasakan selama ini. Ayah selalu berjuang untuk melakukan apa yang pernah ibunya dulu lakukan padanya untuk ia lakukan pada anaknya."

"Ayah adalah tulang punggung dan juga sosok ibu yang aku dapatkan. Aku mendapatkan semuanya dari ayah. Ibu......"



_____________________

Mutia Ayunda.


Seorang gadis cantik dengan rambut panjang yang dibiarkan tergerai indah sebatas pinggang itu tengah duduk diantara makam-makam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang gadis cantik dengan rambut panjang yang dibiarkan tergerai indah sebatas pinggang itu tengah duduk diantara makam-makam.
Kepalanya bersandar pada salah satu batu nisan itu.

Awan yang menghitam dan juga rintikan hujan pun ikut dalam kesedihan gadis itu.

Beberapa daun layu jatuh berguguran menyentuh tanah.

Gadis cantik itu tersenyum miring dengan tatapan penuh dengan kesedihan, ia mengusap pelan batu nisan itu.

Mungkin ini adalah ujian terberat dalam hidupnya, meskipun ia tumbuh dengan kasih sayang seorang Ayah, ia juga menginginkan pelukan dan juga kasih sayang dari seorang Ibu. Ibu yang telah berjuang melahirkannya dengan susah payah.

Ibu yang sudah bertaruh nyawa demi dirinya, demi anak yang menginginkan hidup di dunia.

Sembilan belas tahun telah usai dan ia tidak pernah tahu bagaimana wajah sang Ibu secara nyata, wajah sang malaikat pelindungnya.

Tanpa bisa ditahan, tangisannya begitu pecah saat mengingat bagaimana indahnya cerita Ayahnya tentang sang Ibu.

Mutia mengusap lembut ukiran nama Ibunya, ia mengecup batu nisan itu. "Ibu, udah lama ya? anakmu ini sudah tumbuh besar ditangan suamimu. Ibu nggak mau lihat Mutia? Mutia terus nungguin Ibu di teras rumah, berharap kalau ini cuma mimpi."

SEMESTA TAK AKAN MEMBENCI KITA YANG PERGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang