37. KITA BERPISAH

1.5K 101 4
                                    

''Gue benci sama namanya perpisahan! kalau memang ujung-ujungnya pisah, kenapa harus ada pertemuan bahkan kenapa harus ada rasa nyaman dan cinta ketika akhir dari semuanya adalah perpisahan.''

--Bintang Bara Altezza

''Sudah ku relakan berkali-kali tetapi rasa ini terus kembali dan selalu datang. Ternyata melupakanmu tak semudah aku mengenalmu.''

--Bara, Kita Berpisah.

••••••••••••••••••

Hari demi hari telah berganti, Puncak dari perjuangan siswa-siswi kelas dua belas SMA Garuda Bangsa adalah hari ini. Hari terakhir mereka merasakan pusingnya pelajaran dan juga hari terakhir mereka memakai baju putih abu-abu. Perjuangan yang begitu sulit dan juga persaingan berakhir di hari ini.

Mutia saat ini berada di rumah Bara, Gadis itu tersenyum lebar tatkala semilir angin meniup lembut permukaan kulitnya. Pagi ini, langit menunjukkan keindahannya dengan warna yang indah bahkan langit hari ini begitu cerah tidak seperti sebelum-sebelumnya. Kicauan burung pun tidak ingin ketinggalan untuk ikut meramaikan pagi hari milik dua insan itu.

''Hallo, Bara.'' sapa gadis itu dengan riang saat melihat Bara yang baru saja keluar dari dalam rumah.

Bara sedikit terkejut dengan kehadiran Mutia yang tiba-tiba. Dua detik setelahnya~ Cowok itu tersenyum manis. Tangannya mengusap-usap pelan puncak kepala gadis yang tengah tersenyum padanya itu. Hari ini, Mutia menggunakan ikat rambut berwarna putih yang dulu pernah Bara belikan untuknya. Bara tertawa kecil saat melihat ikat rambut pita itu berada di rambut indah Permatanya.

''Cantik banget sih calon istrinya, Gio.'' ujar Bara kepada Mutia. Gadis itu memukul lengan Bara dengan keras.

''Udah izin sama Gio belum tadi? Izin kalau lo ke rumah gue. Nanti dia marah-marah lagi.'' tanya Bara kepada gadis cantik pemilik senyum indah.

Mutia mengangguk. ''Tadi dia yang ngantar gue kesini, Dia tadi mau ketemu sama lo tapi dia keburu di telepon sama anak buahnya. Katanya mereka butuh tanda tangan buat meeting.'' balasnya dengan tangan dan bibir yang meragakan kedatangannya lalu Gio yang pergi terlebih dahulu karena di telepon anak buahnya.

Bara terkekeh saat melihat peragaan bibir dan juga tangan gadis itu. Benar-benar menggemaskan! pantas saja Gio ngotot buat jatuh cinta dan berjuang buat dapatin Mutia. Gadis itu benar-benar membuat orang-orang yang melihatnya gemas, Meskipun terkadang ada sifat emosionalnya.

Setelah bercanda gurai mereka pun terdiam sejenak untuk merasakan udara pagi ini yang benar-benar berbeda. Tenang, Indah dan juga Damai.

Mutia memandang kedua mata tajam Bara. Kedua mata itu seperti memperlihatkan bayang-bayang tubuhnya. Gadis itu tersenyum simpul lalu melihat ke sekeliling perumahan itu.

''Ada apa?'' tanya Bara saat melihat gelagat aneh Mutia.

''Ada orang, 'ya?'' tanya balik gadis itu.

Tak menunggu lama, Bara langsung bergegas menuju ke luar pagar dan tidak melihat siapa pun yang ada di sana. ''Nggak ada siapa-siapa, Mut.'' teriak Bara dari luar.

''Ya udah, sini masuk aja, gue takut di dalam sendirian.'' balas Mutia.

Tidak tahu aja kalau Mutia tengah menjahilinya.

Bara datang dengan wajah datar dan bingung. ''Lo bercanda 'kan? ngaku, nggak!''

Gadis itu tertawa.

''Dasar, suka usil!'' tutur Bara seraya mengacak-acak rambut Mutia

''Mau berangkat sama lo boleh nggak, Bar?'' Mutia tersenyum dengan tangan yang berada di belakang. Dirinya masih di tatap manis oleh Bara.

''Boleh, Ayo kita berangkat naik motor.'' ajak Bara seraya menggandeng tangan Mutia. Mereka berdua berjalan menuju ke garasi yang ada di samping rumah Bara.

SEMESTA TAK AKAN MEMBENCI KITA YANG PERGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang