Mutia saat ini tengah berada diparkiran sekolah, tentunya dengan Karin disampingnya. sudah hampir sepuluh menit yang lalu setelah bel pulang sekolah mereka tak kunjung pulang karena Karin tak kunjung di jemput oleh Jaegar. tampak air muka Karin yang cemberut.Mutia yang melihat air muka Karin bukannya ingin marah justru gemas melihat bibir gadis itu yang bergumam tanpa henti. Pantas saja semua cowok menyukai Karin, dia saja kalau jadi cowok pasti sudah terobsesi dengan gadis yang ada disampingnya itu.
Mutia bersandar di salah satu pohon yang tengah mereka singgahi. Karin terus bergumam kesal karena Jaegar sembari tadi tak kunjung datang menjemput mereka berdua.
"Jaegar ini memang cowok nggak jelas," kesalnya kepada Mutia.
"Yang sabar, kita tunggu lagi, bentar juga dateng." ujarnya menyakinkan Karin.
"Mut," panggil seseorang.
Mereka berdua menoleh bersamaan, "Bar, belum pulang?" tanya Mutia saat melihat segerombolan teman-teman Bara yang baru saja keluar dari gedung sekolah.
"Belum, kalian berdua belum ada yang jemput?" tanya Bara mendekati mereka.
"Belum. emang Jaegar sukanya kita yang nunggu bukan dia." jawab Mutia yang mulai kesal.
"Tuh, mobilnya Gio dateng, jemput itu." sergah Vano saat menunjuk kearah gerbang sekolah.
Mobil sedan itu berhenti tepat didepan mereka dan benar saja, Gio yang keluar dari pintu pengemudi itu.
"Gue jemput, Rin. Jaegar emang tolol." ujarnya kesal saat tepat didepan tubuh Karin.
"Udah hampir sepuluh menit tahu, Gi. capek tahu, naik angkot tadi udah tidur dikamar." ungkap Karin kesal.
Gio mengangguk pelan, "Ya, maaf. tadi ada urusan penting."
Gio menoleh kearah mereka, terutama kearah Bara dan kawan-kawan. "Ayo, pulang, Mut. mau pulang sama gue apa sama Bara?"
"Gue nggak bawa motor, tadi aja gue dibonceng sama Bumi. Mutia ikut lo aja, Gi." kilah Bara.
"Males gue sama lo, Gi." tutur Mutia kepada Gio.
"Masalah itu 'kan kita berdua aja, nggak usah banyak orang tahu. ayo pulang sama gue, keburu kena omel gue sama Jaegar." ucap Gio seraya memegang pergelangan tangan Mutia.
"Pulang, Bar, Van, Bumi dan semua teman-temannya Bara." pamit Gio. Cowok itu terlihat menarik pelan tangan dari dua perempuan itu. Kanan Karin, kiri Mutia.
Mereka semua mengangguk, "iya," balas mereka kompak.
Setelah selesai saling sapa dan juga berpamitan, mereka bertiga pergi meninggalkan gerbang sekolah. Didalam mobil juga Mutia hanya bisa diam dan melihat setiap perjalanan meskipun berkali-kali sudah dia lihat.
•••••••••••••••••••••••••
Gio tengah melihat Surya yang sedang membuat kandang burung merpati. Cowok itu duduk di atas tanah. Dengan cekatan cowok itu membantu Surya.
"Burung dari siapa, Yah?" tanya Gio kepada Surya.
"Dari Bara katanya," singkat Surya.
Gio menoleh kearah Mutia yang berjalan kearahnya. "Bara kasih lo burung? ada apa?" pertanyaan bertubi-tubi itu membuat Mutia memalingkan wajahnya kesal.
"Nggak usah dibikinin kandang, Yah. buang aja burungnya, jelek." cemburu Gio. Cowok itu tampak kesal, ia mencabik-cabik rumput yang ada di bawah kakinya. Tampak kesal dengan jawaban dari Surya dan juga Mutia tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA TAK AKAN MEMBENCI KITA YANG PERGI
Novela Juvenil''Semesta tak akan membenci kita yang pergi'' Buku ini menggambarkan perjalanan emosional dan refleksi tentang kehilangan dan perpisahan. "Semesta selalu punya cerita untuk setiap penghuninya." "Tolong izinkan saya, Pada saat sebelum ditembak mati...